My Precious Life (Bag 2 - Hidup itu adalah Perjuangan)

27 1 0
                                    

Disadur dari Buku "My Precious Life" oleh Selvi Pritawati Sudarlin.

Editor : Lamsihar Iruel

"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18)


Tak ada yang instan dalam hidup ini bila ingin mengalami hidup dalam keberhasilan dan hidup dalam masa depan yang cerah. Semuanya pasti perlu sebuah proses yang panjang, berat dan melelahkan, kadang ada kalanya proses itu menyakitkan. Perjuangan masih sangat ingin panjang.

Dalam hal ini saya kagum dengan semangat orang tua saya. Perjuangan mereka dalam hidup ini sangat menyakitkan dan mungkin ada kalanya tidak mengerti apa yang harus di lakukan agar dapat bertahan hidup.

Namun Tuhan menyertai sehingga ada banyak cara yang kadang terbersit dengan cepat ke dalam pikiran mereka sehingga kami mampu bertahan hidup dari hari ke sehari. Di tambah lagi ada anggota keluarga baru saat itu, seorang adik perempuan yang lucu, dan pintar hadir dalam hidup kami. Kelahirannya menjadi penghiburan bagi ke dua orang tuaku dan menambah semangat hidup bagi ke dua orang tuaku. Adik perempuanku diberi nama Dwiya Sudarlin.

Dia lahir menjadi kado Natal terindah di dalam keluarga kecil kami di tengah kesulitan hidup yang mendera kala itu. Adikku yang mungil sehat dan lucu. Tuhan baik.. Mamaku seperti mengurus dua bayi kembar, saat itu umurku 3 tahun, namun tetap seperti bayi yang itu umurku 3 tahun, namun tetap seperti bayi yang baru lahir yang harus di urus segala-galanya. Namum kesulitan yang ada tetap di jalani dengan tegar dan kuat. Demi kami buah hati mereka. Di Bayat kami pernah punya rumah, dan juga kolam ikannya. Rumah yang cukup untuk kami yang hanya keluarga kecil. Setiap sore mereka senang membawa kami mandi dikolam dan berendam.

Dulu badan ku selalu kepanasan mungkin kerena kaku, dan kejang. Karena keadaan itu aku selalu menangis setiap hari, mama senang membawa ku berendam di kolam. Papa mencari ikan di sungai hampir setiap hari, Dan mendapatkan banyak ikan.. kami makan banyak ikan dan juga telur-telurnya. Walaupun gaji papa sangat sedikit tapi anak-anaknya tetap mendapatkan makanan bergizi.


Papaku hanya sebentar mengajar di SDN2 Bayat, Belantikan Raya, ketika adik ku beumur 2 setengah tahun, kami pindah ke kota Pangkalan Bun. Berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Rumah di sana dijual untuk mengobati ku, lagi dan lagi. Kami berangkat dari dari sana menumpang mobil taksi (waktu itu disebut taksi) di tengah mama saat itu sedang hamil muda. Tentu sangat tidak mudah. Di tambah harus mengurus dua anak yang masih kecil. Karena dulu jalan dari Bayat ke Pangkalan bun sangat jelek, jadi perjalanan kami memakan waktu lama. Sekitar satu harian penuh.

Sampai di sana, kami tinggal di rumah sewaan selama belum mendapat rumah dinas. Papa bekerja sebagai guru SD, di SDN BARU 8 kota Pangkalan bun, kalau siang kadang menjadi kuli bangunan dan kadang juga jadi tukang getek, dan juga guru les. apa pun di lakukan asalkan halal dan tidak melanggar hukum, papaku adalah seorang ayah yang sangat bertanggung jawab untuk hidup keluarganya. Walau ada kesedihan yang menjadi trauma di hatinya melihat keadaanku, namun tetap tersembunyi dalam hatinya.

Keadaanku yang selalu menangis kadang kala membuatnya jengkel, kadang mungkin tak sadar papa menjewerku, mencubitku, supaya aku diam dari tangisku yang memusingkan kepalanya. Aku yang tidak mengerti isi hati nya, sempat berpikir bahwa papa tidak sayang pada ku. Aku pun takut dekat dengannya. Aku memang sakit pada sarafku, tapi tidak sampai mengidap keterbelakangan mental dan aku bisa berpikir dengan baik.

Namun tidak bisa berbicara Dengan baik, karena itu aku sulit menyatakan keinginanku. Hanya dengan tangis. Dulu tanganku hanya bisa mengejang kebelakang, keras dan kaku. Dan segalanya harus di bantu oleh orang lain. Tidak hanya itu, badanku sering merasakan sakit. rasanya seperti di tarik-tarik dari leher sampai ke punggung, rasanya untuk bernapaspun sangat sulit. Tapi aku orang tuaku tetap gigih melatihku. Sehingga akhirnya aku bisa berdiri, dan badanku menjadi lebih ringan. Namun kebahagiaan itu hanya sebentar aku kembali sakit, dan berubah menjadi nol lagi. Tidak bisa apa-apa lagi, hanya bisa menangis dan menangis.

Kesaksian Hidup - My Precious LifeWhere stories live. Discover now