BAB 2 - Euphoria

8 1 0
                                    

Sorry and Enjoy :)

***

Youre my euphoria

***

Kring kring

Bunyi bel sekolah dengan nyaring.

Saat ini luna dan devan sedang melakukan percecokan karena telat datang kesekolah. Tadi pagi terjadi drama alay seperti biasanya. Dan dikarenakan tidak ada yang ingin mengalah maka,menghambat waktu.

"Gara gara lo kera! Lama banget sih! Mandi ga bersih! Nyetir lelet! Pake acara ngaca dulu lagi! Telat gara gara lo! Enak pula kalau lo ngaca itu langsung sadar! Lah ini gak ada perubahan apa apa, gue pecahin juga kaca spion mobil lo!." Oceh Luna dengan sebal. Pada saat luna membangunkan devan untuk segera mandi, sabun dan sampo belum bersih di badan devan. Devan yang tadinya mandi menggunakan air panas, diseret kembali oleh luna ke kamar mandi dan menyiram badan devan dengan air dingin.

"Bacot nih mak lampir! Lagian yang punya sekolah kan papa gue, sans coy." Jawab devan dengan santai sambil membenarkan jambulnya yang tak sempat ia tata saat dirumah luna.

"Bapak lo kera!" ceplos luna.

"Anjir, kasar lo! Udah buru mending turun. Gue anterin ke ruangan bocin." Titah Devan,lalu keluar dari mobil sambal membawa tasnya.

"bocin? Bocah cinta?" tanya luna tak mengerti maksud dari devan.

"Bocin tuh botak licin. Udah deh nanti lo liat sendiri." Kata devan menjawab pertanyaan bingung dari luna.

"Parah lo! Lo yang namain?" tuduh luna seraya berjalan beiringan dengan devan yang akan menuju ke ruangan bocin.

"Fitnah lo! Tapi emang iya sih, cenayang lo?" tanya devan tak jelas. Ia pun merogoh saku celana untuk mencari bungkus permen karet kesukaan nya.

"Gue dukun. Bukan cenayang."

Devan pun hanya mengangguk tanda bahwa ia mengerti.

"Mau?" tawar devan pada luna seraya memberikan satu bungkus permen karet.

"Gak, gue gak suka." Tolak luna.

"Bagus sih, gue juga gak ikhlas ngasih ke lo. Tapi gue tawarin dulu, kalo lo mau ya ambil, terus nanti gue ambil lagi sebelum lo makan." Ujar Devan.

Luna yang mendengarnya hanya memandang wajah devan dengan datar seakan tak ada yang menarik.

"Nih ruang bocin. Masuk gih, gue mau ke kelas, soalnya sudah mulai perlajaran pertama." Langkah devan terhenti saat sudah didepan ruangan kepsek. Langkah luna pun ikut terhenti seperti devan saat devan mengatakan bahwa yang didepannya adalah ruangan kepala sekolah.

"Temenin dong bang. Bang kan baik,ganteng pula" Rayu luna.

"Nah gitu kek dari tadi. Gue nungguin lo ngomong gitu dari tadi. Gue males pelajaran pertama,pelajaran seni budaya. Materi yang bakalan dibahas apa, tapi yang dia bahas selalu tentang orang cina,gimana orang cina punya anak,temen nya yang udah mati tiba tiba gentayangan di mimpi dia Karena belum bayar batik, gimana dia ngelakuin ke muridnya, pernah gampar muridnya. Nih ya lu harus tau,karena kalau dia ngajar dikelas lo,lo pake headset aja gak bakalan ketauan,lo mau tidur juga gak ngaruh di dia asal masih ada ang ngedengerin dongeng dia. Contohnya nih,misalkan materi kami tentang musik, nanti yang di bahasnya gimana orang cina berdaga-." Ucapan devan terhenti karena luna menyumpal mulut devan dengan gelas plastik bekas.

"Diem, ayo masuk." Perintah luna.

Devan hanya mengangguk dan mengetuk pintu ruangan kepala sekolah dengan sopan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang