Bagian 10

3.9K 160 17
                                    

"Cerita mas, jangan diem aja."

"Tapi janji kalo aku cerita. Kamu jangan marah, dan jangan tinggalin aku sama anak-anak. Kita butuh kamu Ar."

"Kita lihat ntar mas."

"Ar."

"Mas mau cerita atau aku cari tau sendiri. Dan inget mas, cerita orang kadang dilebih-lebihkan."

Braga menghela nafasnya, kini dia menghadap ke depan.

"Aku dan Lili pernah hampir bertunangan. Tapi saat di hari pertunangan, Lili memutuskan untuk ke Amerika karena dia mendaptkan tawaran menjadi model disana. Selain itu, dia juga ingin ikut bersama orang tuanya. Gak pernah ada kata putus di antara kita. Sekitar enam bulan atau satu tahun berlalu, dari dia pergi aku ketemu kamu. Aku penasaran sama kamu. Tapi kamu susah di dapetin. Aku gak yakin aku jatuh cinta sama kamu, tapi aku bilang cinta sama kamu semua karena Aninta yang menurut aku butuh seorang ibu. Kamu menolak menikah dengan ku, tapi akhirnya kamu menerima. Karena aku mengancam akan memberitahukan ke orang tua kamu tentang vidio kamu dan foto-foto kamu saat kamu kuliah dan bekerja di luar negri. Kamu takut aku akan memberitahukan ke orang tua kamu. Akhirnya kamu terima. Satu tahun kita menikah aku berusah terima kalo kamu belum siap untuk melakukan hubungan suami istri. Puncaknya saat itu, saat kamu kembali menolak aku. Aku pergi ke club dan bertemu Lili kembali. Awalnya aku cuma iseng aja, tapi lama-lama keterusan. Lili bisa ngertiin aku. Dan aku ngerasa kalo aku masih mencintai Lili. Kamu tau semua itu, tapi aku dengan gilanya membawa Lili kerumah dan bermesraan di depan kamu. Aku cuma mau kamu tau saat itu. Kalo aku bisa dapetin kepuasan sama cewek lain. Tapi aku salah, apa yang aku lakukan salah. Aku malah buat kamu membenci aku. Sampai akhirnya kamu buat skenario kalo kamu selingkuh di belakang aku. Marah, aku marah, tapi aku yang masih merasa sakit hati atas apa yang aku lihat malah membiarkan kamu pergi dengan laki-laki itu. Aku nyari kamu, tentu aja aku nyari kamu. Tapi ayah, ibu dan Lian gak pernah ngasih tau kamu ada di mana. Setelah 6 atau 7 bulan kamu pergi, surat cerai datang ke aku. Tapi aku sama sekali gak menandatanganinya. Sebagai tanggung jawab aku, aku membiayai semua kebutuhan keluarga kamu dan aku juga ngasih uang bulanan buat kamu. Lewat ibu kamu, entah kesampaian atau enggak. Yang penting cuma dengan cara ini aku merasa kalo aku bisa bertanggung jawab sama kamu."

Braga kembali menghela nafasnya,

"5 tahun berlalu, kita ketemu lagi. Kamu masih belum bisa maaffin aku. Kamu akhirnya memilih pergi lagi ninggalin aku. Saat aku mau ngejar kamu, aku mengalami kecelakaan. Kamu kembali menemui aku. Tapi semua tetap terjadi, kamu tetap memilih pergi ninggalin aku dan juga Arga. Tapi kamu membawa Arika yang sedang kamu kandung. Aku fikir kamu belum memaafkan aku, tapi aku mendapat satu tulisan yang kamu tinggal. Aku pergi karena aku mencintai kamu. Itu yang kamu tulis."

Braga mengeluarkan sebuah liontin yang dia pakai sebagai kalung, kemudian membukanya. Didalam liontin itu ada tulisan yang dimaksud. Braga memberikannya pada Arbilla. Arbilla menitikan airmatanya.

"Maaffin aku yang harus ninggalin kamu sama Arga. Aku melakukannya karena aku gak mau buat kamu dan yang lain kahwatir."

"Tapi dengan kamu pergi buat kita semua kahwatir. Kanker otak stadium 3, kalo sampai Allah gak mengizinkan kamu bernafas lebih lama gimana? Kita semua gak ada disamping kamu Ar."

"Aku pasti sudah memberitaukan semuanya ke Kak Alexander dan juga Mbak Shera. Apa yang harus mereka lakukan jika terjadi apa-apa sama aku."

Braga menghela nafasnya, dia mengenggam kedua tangan Arbilla.

"Setelah aku menceritakan semua ini, apa kamu akan pergi meninggalkan aku dan anak-anak lagi?"

Arbilla memalingkan wajahnya,

"Ar..."Panggil Braga sambil mengeratkan genggamannya.

"Apa tulisan tangan ini belum menjelaskan semuanya mas?" Tanya Arbilla menatap Braga.

"Aku mencintai mu mas. Dulu aku pergi bukan karena aku gak mau ada di samping kamu. Tapi aku pergi karena aku gak mau buat kalian kahwatir." Lanjut Arbilla.

"Aku sekarang telah kembali, aku gak akan ninggalin kalian lagi. Karena kalian adalah hidup aku." Ucap Arbilla penuh keyakinan.

Braga menarik Arbilla kedalam pelukannya.

"Terimakasih sayang, terimakasih. Aku mencintai mu." Ucap Brga dan mencium samping kepala Arbilla.

Braga melepaskan pelukannya. Mata mereka saling beradu. Braga menipiskan jarak mereka. Hembusan nafas Braga menyapu lembut wajah Arbilla. Begitu pun dengan hembusan nafas Arbilla menyapu lembut wajah Braga. Arbilla memejamkan matanya saat bibir mereka bertemu. Braga mulai memagut bibir Arbilla dengan lembut. Bibir yang selalu dia rindukan selama 10 tahun ini. Lembut bagaikan permen kapas dan manis seperti gulali.

Ciuman Braga dan Arbilla semakin panas, lidah mereka sudah saling membelit. Sampai suara teriakan membuat mereka langsung melepaskan tautan  bibir mereka.

Aninta langsung berlari menghampiri Braga dan Arbilla.

"Papa, mama.Anin gak mau punya adik lagi!" Seru Aninta menatap Braga dan Arbilla kesal.

Braga hanya mendengus kesal. Sedangkan Arbilla masih mengatur nafasnya dan juga malu karena ketahuan sedang berciuman dengan Braga.

"Anin gak mau punya adik lagi. Adik Anin udah banyak, Pa, ma!" Ucap Aninta masih dengan kesal.

"Siapa yang mau kasih kamu adik sih?" Tanya Papanya.

"Tadi papa ngapain sama Mama?"

"Pura-pura gak tau. Belajar biologi kan? Pasti tau gimana proses reproduksi terjadi."

"Papa!"  "Mas!" Pekik Aninta dan Arbilla bersama-sama.

"Astaga kalian berdua ini."  Ucap Braga mengusap telinganya karena pekikkan Arbilla dan Aninta.

"Habisnya papa. Kalo ngomong, di pilih-pilih kenapa!"

"Kamu udah umur 17 tahun lebih jadi omongan kaya gitu gak masalah. Lagian, papa tadi kan pakek bahasa di pelajaran biologi. Jadi, ya gak ada masalah. Kecuali papa pakek bahasa yang aneh-aneh."

"Iish, papa...ngeselin!" Ucap Aninta menekuk wajahnha kesal.

"Ayo ma, kita pergi aja." Ucap Aninta menarik tangan Arbilla.

"Eh, ngapain bawa mama." Ucal Braga sedikit berteriak.

Braga pun ikut masuk kedalam,

"Pa." Panggil Arga saat melihat Braga masuk.

"Ini Arikanya. Dia minta di gendong aja nih pa."

"Sini biar mama aja." Ucap Arbilla mendekati Arga.

"Biar Papa aja ma."

Braga mendekat dan mengambil Arika dalam gendongan Arga.

"Badan Arika makin panas Ar."

"Aku buatin makan dulu, habis itu dia minum obat. Kamu duduk aja mas, sambil di pangku. Kalo lagi sakit dia maunya di pangku aja."

Braga mengangguk, dia pun duduk di sofa ruang keluarga. Arbilla pergi ke dapur.

"Aku bantuin ya ma." Ucap Aninta.

"Iya."

Arbilla pun pergi kedapur dan memasak bersama Aninta. Arga duduk disamping Braga.

"Arika tiduran aja yuk. Kalo duduk kaya gini gak enak." Ucap Arga.

Arika hanya mengelengkan kepalanya.

"Udah biarin aja. Mungkin Arika lebih nyaman begini."

Arga hanya megangguk saja.

Bersambung....

Part datar yes, iyes lah... Hehehehe... Belum ada konflik ya. Untuk sekarang biarin dulu mereka tenang sebelum konflik datang menyapa. Wehehehehe... Udah kaya apa aja ya...

Ayo donk, banyakain koment dan vote, semua itu buat mood aku naik loh.. So, ramaikan koment dan votenya ya...😃😃😃

Sexy Lecture My MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang