00 | Prolog

36 6 4
                                    

(+)

BANYAKNYA pasang mata menelanjangi sebuah foto harian kampus yang terpajang di papan pengumuman. Dalam foto itu, nampak seorang lelaki yang mengalungi medali emas dalam posisi tegak. Terlukis senyum tipis diwajahnya seraya memegangi hadiah bertuliskan juara dan nominal uang hasil kemenangannya atas lomba yang diikuti. Dibawahnya kalimat panjang menyertai menjelaskan isi berita itu.

Semua orang mengenalnya. Semua orang mengaguminya. Dan semua orang mengejarnya.

Namun tahu diri serta sadar diri.

Kali ini, lelaki itu kembali mengepakkan sayapnya dan semakin membuktikan diri bahwa dia adalah entitas manusia yang sulit digapai. Ketika seseorang mencoba untuk mendekatinya, dia malah semakin terbang tinggi.

Tentunya tanpa dia sadari.

Selalu dan selalu papan pengumuman mengabarkan kepada warga kampus betapa berbeda lelaki itu dan betapa dia hidup di dunia yang lain. Namun nyatanya bukan itu yang diinginkannya.

Apa yang terlihat bahagia, belum tentu bahagia. Apa yang terlihat sedih, belum tentu sedih. Sama halnya dengan lelaki itu yang tidak menginginkan binar-binar kekaguman itu, melainkan rasa ketenangan tanpa terbebani dengan ekspektasi yang diharapkan manusia darinya.

(-)

Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, mata-mata lainnya tengah sibuk memaku pandangan pada seorang gadis yang tengah memesan segelas es teh pada Ibu Kantin. Bisikan-bisikan jahanam dapat didengarnya tapi memilih dia abaikan.

Dia jelas adalah sumber kebencian sempurna yang dijadikan samsak oleh orang-orang agar merasa lebih baik. Cibiran dan tatapan sebelah mata adalah makanan sehari-harinya.

Dulunya dia selalu menghindar. Dulunya dia selalu menjauh. Dan dulunya dia selalu bersembunyi.

Namun hanya dia yang terus merugi.

Sedangkan orang-orang yang telah menghinanya justru hidup dengan baik seakan apa yang mereka lakukan tak berarti apa-apa. Bodohnya dirinya diperlakukan seperti pelaku kriminal yang tidak pantas untuk bernafas sekali pun.

Tentunya dia marah pada orang-orang dan pada dirinya sendiri.

Setelah beberapa waktu melarikan diri, akhirnya dia mencoba untuk kembali. Sayangnya saat kembali semuanya tetap sama, orang-orang masih berjiwa setengah iblis. Maka dia berusaha mencoba membuktikan bahwa apa yang dituduhkan tidak benar dan bahwa dirinya adalah kambing hitam yang muncul di waktu dan tempat yang salah.

●●●

Terima kasih telah memberikan waktu yang berharga kalian untuk mengintip cerita ini. Semoga kalian betah ya. Sampai ketemu lagi di next chapter.

Cheers,

Imajiandara

HIT THE HEADLINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang