02 | Sepatu Terbang

3.3K 46 1
                                    

🎀🎀🎀

"Maaf ya aku tidak bisa mengantarmu pulang?"

"Tidak apa-apa, Dav. Aku tahu pekerjaanmu lebih penting." Davian membelai pipi Ara lembut saat ini mereka sudah kembali ke taman dimana mobil Ara berada, Davian sendiri tidak bisa mengantar gadis itu pulang sekedar mengikutinya dari belakang seperti biasa, Davian harus kembali ke kantor karena pekerjaannya sudah menunggu dan Ara dengan pengertian bisa mengerti kondisi kekasihnya.

"Kabari aku jika sudah tiba di rumah, ya?"

"Iya."

"Hati-hati di jalan dan jangan mengebut, Sayang!"

"Iya-iya."

















🎀🎀🎀














Ara bersenandung riang meskipun sedang terjebak macet di jalanan karena hatinya sedang berbunga semenjak bertemu dengan Davian, klakson-klakson dari pengendara lain terdengar seperti alunan musik yang merdu di telinganya efek dari pertemuan dan lamaran dari Davian tadi, tidak sabar rasanya menunggu sang Ayah kembali dari perjalanan bisnis karena Davian berjanji akan membawa keluarganya untuk datang melamar Ara.

Meskipun begitu Ara memilih tak segera kembali ke rumah dan justru mampir ke sebuah Mall untuk berbelanja alat make up, gadis cantik itu segera memarkirkan mobilnya setibanya ia di basement dan naik ke lantai atas menggunakan lift, Ara segera menuju toko alat make up yang menjadi langganannya dan langsung di sambut staf toko tersebut.
Setelahnya ia pergi ke toko baju memilih beberapa pakaian lalu membungkusnya, Ara memilih pulang setelah menenteng beberapa paper bag hasilnya berbelanja hari ini. Setelah turun dari eskalator sebuah stan dengan nama "JAJANAN TRADISIONAL INDONESIA" mencuri atensinya, jarang sekali ia menemukan stan jajanan seperti itu di Mall sebesar ini, Ara yang merasa tertarik memilih untuk menghampiri stan tersebut dengan langkah lebar.
Tiba-tiba seseorang menabrak bahunya hingga ia nyaris terjerembab ke lantai, bahkan paper bag yang ia bawa sudah jatuh berserakan di lantai.

Bruk!

"Hei, berhenti!" Ara berteriak. Tidak peduli jika suaranya memancing perhatian pengunjung Mall yang lain, pria dengan setelan jas mahal itu berbalik dengan tatapan tegas dan wajah arogan.

"Kau?!"

Ara tidak percaya jika akan bertemu dengan pria ini lagi. Daniel si pria menyebalkan, bossy, angkuh, sombong dan semua kalimat jelek yang menggambarkan pria itu, Ara mengumpat bahkan bersumpah serapah saat menemukan wajah Daniel yang sama sekali tidak bersalah. "Kau? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Daniel santai. "Ah, aku ingat sekarang. Kau gadis ceroboh waktu itu 'kan? Yang sengaja menabrakkan diri ke mobilku."

"Apa kau bilang, ha? Sengaja? Kau sinting atau benar-benar gila sebenarnya?" Ara mendebas tidak peduli jika dirinya sudah menjadi tontonan.

"Jaga ucapanmu, Nona!" Perintah Daniel dengan nada bossy nya seperti biasa. Namun bukannya merasa takut Ara justru memancing emosi Daniel agar semakin meledak. "Kau ini sepertinya pria berpendidikan tapi kenapa tidak tahu sopan santun terhadap orang lain?! Kemarin kau menabrakku dan hari ini kau menabrakku lagi dan faktanya kau tidak pernah meminta maaf sekali pun, kemarin kau justru meminta supirmu memberiku uang alih-alih meminta maaf karena sudah menabrakku hingga jatuh."

𝑴𝒊𝒏𝒆 (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang