Prolog

52 14 0
                                    


  Kini jalan, pohon, mobil, rumah, dan yang lainnya di selimuti benda berwarna putih kecil. Kupikir itu bukan masalah yang besar, tapi jika di biarkan akan menjadi kekacaun dan menjadi bencana.

Namun di balik lamunan Jungkook, tiba-tiba seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Membuat Jungkook menoleh ke arah suara tersebut.

" Jeon Jungkook " panggil seorang perempuan 30 tahun itu dengan pakaian putih khas rumah sakit.

Membuat Jungkook menoleh ke arahnya, terlihatlah perempuan itu tergesa-gesa dengan nafasnya terpenggal-penggal. Membuat Jungkook menatapnya aneh dan heran. Dengan wajah tanpa dosa, Ia langsung bertanya dengan kata 'apa?'.

" Apa? "

" Apa? Kau bilang apa? Kau tahu ini jam berapa? "

" Mana ku tahu, kau tak beri tahu "

" Dasar bocah ini, di tanya malah menjawab ya! Ini waktunya pemeriksaan!dasar bocah ini! "

" Bi sudah ku bilang namaku Jeon Jungkook, bukan bocah!Aku punya nama bi! "

" Terserahlah, ayo Jungkook mau bibi tarik telinganya atau bibi cubit pipimu hingga membleh?"

" Bibi jahat!Jungkook janji tidak akan nakal bi sungguh! " ( dengan nada memohon dan eyesmile manjanya).

" Kau bilang kau sudah dewasa! Tapi lihat penampilanmu melebihi anak ayam, anak ayam saja akan ingat bila ibunya bilang pulang tapi kau? Malah lenjeh-lenjeh di sini! "

" Bibi kan bibiku, bukan induk ayam yang bibi bicarakan "

" JEON JUNGKOOK! " kesal wanita tersebut sambil menarik telinga Jungkook dengan amat sadis mungkin kini telinga Jungkook hampir copot karenanya.

Kini terlihatlah Jungkook yang duduk di kursi rodanya dengan telinganya yang memerah. Dengan meringis terkadang sesekali ia membayangkan bagaimana bila telinganya itu copot dan tidak tumbuh lagi. Apa kata Ironman nanti?, pikirnya.

Tiba-tiba bibi Yu datang, dan duduk di samping Jungkook, di samping kursi rodanya yang kebetulan ada kursi ruang tunggu. Membuat Jungkook pun berlagak ngambek sambil melembungkan pipinya layaknya bocah ngambek tak di belikan balon. Bibi Yu hanya tersenyum melihat keponakannya itu berlaku layaknya anak berumur lima tahun padahal umurnya sudah menyentuh 20 tahun.

" Kau masih marah? " tanya bibi Yu sambil membereskan rambut keponakannya yang berantakan.

" Tak tau " jawab Jungkook singkat menbuat bibi Yu hanya tersenyum.

" Kalau kau masih marah, akan ku buat telingamu itu hilang dua-duanya!" Ancam bibi Yu membuat Jungkook memohon ampun pada bibinya.

" Ampun bi! Ampun.... " rengek Jungkook membuat pelukan bibi Yu semakin erat.

" Maaf ya bila bibi menyusahkanmu, namun kaulah yang kini bibi punya..., " seru bi Yu dengan air mata yang jatuh dari mata kecilnya. Membuat Jungkook langsung menghapus air mata bibinya itu sambil tersenyum.

" Bibi tidak salah, Jungkook lah yang bersalah selalu menyusahkan bibi, selalu menghilang tanpa izin, dan membuat bibi susah, padahal jika bibi tidak menerima Jungkook, mungkin Jungkook sudah tia..., " belum Jungkook selesai bicara jari telunjuk wanita paruh baya itu menutup pembicaraan Jungkook dan kembali memeluknya.

Kini di dalam badai salju yang lebat, terdapat dua orang yang menangis. Membuat Salju itu seketika mereda, dan kembali berjalan dengan lancar. Akhirnya Jungkook pun pulang, dengan di antar bibi Yu kerumah peninggalan ayah dan ibunya. Yang pergi meninggalkannya sendirian dan menitipkannya pada bibi Yu dan tak pernah pulang ke rumah untuk bertemu dengan putranya ini sekali saja, tidak pernah.

" Kau tak mau menginap di rumahku saja? " tanya bibi Yu dengan wajah yang khawatir karena wajah Jungkook yang sedikit pucat.

" Tidak bi, aku di sini saja, besok atau lusa aku akan menginap " jawab Jungkook sambil tersenyum.

" Janji? " tanya wanita itu kembali dengan memberikan kelingkingnya.

" Janji bi! " balas Jungkook sambil menyatukan kelingkingnya dengan wanita tersebut.

" Baiklah, jangan lupa minum obat ya! " teriak wanita tersebut dengan mobilnya yang sudah meninggalkan kediaman Jungkook.

Jungkook pun masuk ke dalam rumahnya yang sangat hangat namun sendirian. Itulah yang membuatnya merasa kesepian bila berada di rumahnya yang besar namun tak punya teman dan keluarga. Apa artinya uang jika tidak punya keluarga dan teman yang menemani, itulah yang selalu mengiang dalam pikiran Jungkook.

Aku takut...,
Eomma, appa tolong Jungkook...,
Jungkook tak bisa melihat,
Kenapa gelap?

Eomma?
appa?
Apa kalian dengan Jungkook?
Jungkook takut sendirian dan gelap..,

Eommaaaaa..., hiks..,hiks..., appa..., hiks.., kenapa kalian jahat hiks..., eomma appa..., hiks.., tolong jangan pergi hiks..., eomma..., appa kumohon..., jangan tinggalkan Jungkook sendirian... hiks.., di sini..., eomma..., hiks appaaa...

Eomma jahat!
Appa jahat!
Jungkook benci kalian!benci!

Kenapa eomma tidak pulang bi?
Kenapa? Dimana eomma dan appa bi?
Jungkook ingin bersama eomma dan appa...,

------------------------

Tolong jangan pukul, ampun aku akan berikan semuanya...

Tolong jangan ambil itu, itu dari hadiah dari eomma...,

Tolong jangan...,

" Haha pengecut.., udah sana pergi! "

Siapapun tolong aku?
Tolong?
Kenapa aku tidak punya siapapun untuk menolongku dan memelukku di kala aku susah seperti ini...,
Kenapa?

Semoga di kehidupan ke depan aku menemukan eomma dan appa juga teman-teman yang selalu ada di kala senang maupun susah!.

Hopefully my wishes will come true, and please make it eternal

Salam hangat dan cinta untuk kalian❤
Semoga suka dan beri vote dan koment agar lebih semangat😁
Thank you semua:)♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be my friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang