Pagi

90 15 15
                                    

Pagi? Kusebut itu sebagai nafasku.
Aku selalu saja tidur cepat cepat saat malam hanya karena aku ingin segera menemui pagi.
Menghirup nafas segar, tanpa ada bau menggelegar.
Aku akan bangun sepagi mungkin, bergegas merapikan diri dan memapah semangat baru. Karena diesok hari ada sesuatu hal yang akan kuperjuangkan.

Aku sosok seseorang yang gampang akrab, atau bisa dibilang sangat mudah bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Lihat saja, seseorang yang baru kukenal akan kubuat tertawa dengan leluconku.
Tak salah, jika disekolah aku mempunyai banyak teman. Mereka memanggilku Haris.

"Eehg tunggu! Hariss" seseorang dari belakang memanggilku dengan berlarian.
Siapa lagi? Kalo bukan zayn aku mengenal suara khas yang keluar dari bibirnya.

"Iya? Zayn ada yang perlu dibantu?" jawabku dengan gaya pekerja bank.
Nafas zayn masih tak mampu berbicara, terpaksa aku mengajaknya duduk didekat aula sekolah.
Aku mengambil satu botol air mineral dari ranselku, aku hendak meminumnya.
Hahaha benar yang kuduga, zayn merebut airnya dariku.
Aku terkekeh melihat sikap zayn yang masih sama seperti dulu.
Pandanganku beralih seketika, tepat didepan pintu aula.
Terlihat seorang gadis cantik, terhelai rambutnya panjang matanya indah dan sangat indah. Tapi dia berbeda?
Mengapa matanya seolah tak mau menatap lingkungannya seakan ada beribu air mata yang terbendung disana.
Kulihat bibirnya, tak merekah senyum sedikitpun. Kedua tangannya memegang rapat kedua ujung ranselnya seperti ada ketakutan pada dirinya.

"Hariss? Hariss? Hariss?" Tangan zayn melambai lambai didepan mataku, melenyapkan semua khayalku.

"Aduhh zayn, ganggu ajha si!" dengusku kesal.

"Acieee lagi liatin gadis itu yak -,-" ledek zayn dengan tertawa kecil.

"Hmm itu siapa ya?"

"Ga tau si, katanya anak baru gitu. Ehg btw hidung dia mancung banget si kek keturunan acha acha nehi nehii ajha"

"India kaleee"

"Yaelah salah dikit doang."

"Dia hidungnya mancung, nah lu bibirnya yang mancung ehg ga deng :v manyun"

"Ish..... -_ jahatttt" zayn memukul mukul pundakku

Aku berlari dan tertawa menghadap arah belakang sesekali aku menjulurkan lidahku dan berkata "Emang enakkk :v"

Bruuuuuukk

Tak sengaja aku menabrak gadis didepan pintu aula tadi, aku terkejut.
Lalu berdiri dan mengulurkan tanganku padanya.
Bola matanya menatapku tajam, sepertinya dia marah besar padaku.
Uluran tanganku masih saja tidak ia terima.
Dia beranjak berdiri sendiri dan mengacuhkan uluran tanganku.

"Why? Apakah aku telah melakukan kesalahan besar?" batinku

Dia menepuk nepuk roknya, membersihkan dari debu yang mungkin saja tertempel pada roknya.
"Ehg aduhh maap ya, aku ga sengaja" ucapku dengan nada sok polos

Yaa lagi lagi dia mengabaikanku.
Sudahlah, mungkin dia masih marah padaku. Tapi tetap saja aku tak mau kehilangan kesempatan ini, kubaca nama yang ada pada sisi bajunya.
Tertulis Risaa Sabrina Prayudita

"Hariss!!" Teriak seseorang dari arah berlawanan
Aku bergegas menuju suara itu, zayn masih saja mencariku.
Zayn! Zayn! Zayn! Ganggu ajha si

Udahlah aku belum dimaafin '(

maapkan aku risaa

Bel sekolah kali ini berdentang lebih awal, tak usah bertanya kenapa dan mengapa?
Aku benar benar tidak mau tau apa alasannya.
Aku bergegas bersama tas ranselku menuju aula sekolah, apalagi? Kalau tidak ingin bertemu dengan gadis tadi.
Aku harap dia masih ada disana.
Segerombolan anak osis membuat ramai jalan pintu keluar, entah apa yang sedang mereka perdebatkan aku tak mau tau.
Huft...
Yang benar saja mereka menghalangi jalanku, cukup lah! Aku ingin pulang, tidak tepat waktunya untuk menemui gadis itu.
Padahal aku ingin sekali minta maaf padanya. Takdir berkata lain, apa boleh buat? '(

Pagi & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang