Risa Sabrina Prayudita

51 8 1
                                    

Sebut saja namaku risaa,
Aku membenci keramaian, tapi aku juga tak suka kesepian.
Aneh? Bisa disebut seperti itu.

Pagi ini tak secerah hari sebelumnya, matahari tak mau muncul, bagus!
Jika saja matahari berada diatasku, mungkin aku malas untuk memapah hari baru.

Aku berjalan bersama ransel biruku, kulihat bangunan asing untuk yang kedua kalinya.
Apakah aku sanggup? Untuk menatap mereka yang sama sekali belum aku kenal.
Atau sekedar memberikan senyum manis pada mereka.
Ahg, kurasa itu terlalu berlebihan.

Aku ragu memasuki gerbang tinggi didepanku, apakah pagi ini aku akan mendapat teman?
Atau sama saja seperti sekolahku yang dulu semua orang mungucilkanku, mereka menganggap aku itu aneh.

Memang benar, aku sulit bersosialisasi dengan lingkunganku.

Kriiiiinggg

Terdengar nyaring suara bel sekolah.
Aku bergegas masuk, mencari kelas baruku.
XI, XI ,XI, XI, XI, XI, XI, XI, XI, XI, XI, XI
Aduh, dimana kelasku.
Kulihat pintu pintu kelas, tak ada kelas bertuliskan XI IPS2.
~Ya tuhaan, bantulah aku.

Aku berlarian mondar mandir dipintu kelas, yang didalamnya telah ramai anak anak lainnya.
Mungkin aku terlihat aneh bagi mereka.
Tapi apa boleh buat? Untuk mencari kelasku saja aku tak bisa.

"Risaa Sabrina Prayudita" panggil seseorang dari seberang sana.
Dia siapa? Mengapa dia bisa tahu namaku? Dan suaranya juga cukup lantang.
Apakah dia seorang guru?

Aku mengacuhkan panggilan itu, dan terus berjalan menyusuri tiap tiap kelas.

"Risaa Sabrina Prayudita" suara itu makin mendekat dibelakangku.

Tetap saja, aku tak mau menoleh. Barangkali dia bukan orang baik.

"Risaa Sabrina Prayudita!" suara suara suara itu makin menjadi jadi, lebih lantang dari sebelumnya.

Kuberanikan diriku untuk menoleh kebelakang, wajahku sedikit canggung untuk menatapnya.
Aku menunduk menghadap kedepannya.

Oh astaga mengapa dia memakai sepatu guru? Apa jangan jangan! Aduh gawat!
Baru pertama masuk sekolah, masa iya udah dapat masalah?

"Mengapa risa berjalan mondar mandir didepan kelas?"

"Rii...riisaa...aaa..aaa..nuu...pak" suaraku sedikit gugup.
Aku menunduk, tak berani melihat wajah seram pak bahar.

"Mari, ikut saya!"

Aku berjalan mengikutinya, aku harap bapak itu tidak membawaku ke ruang BK.

Aku mengikutinya, tetap menundukkan kepala hahaha tapi aku sedang tidak mengheningkan cipta.

Bapak itu mengarahkanku kepada salah satu kelas, yang terdengar ramai ditelingaku.
Apakah disana sedang ada keributan?
Atau mereka sedang membully seseorang?

Dalam hati aku masih bertanya tanya, mengapa ada kelas seramai ini layaknya seperti pasar.

Aku masuk didepan kelas bersama bapak yang bertuliskan "Mr bahar" didadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pagi & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang