S

1.1K 109 18
                                    

Taehyung tidak tahu apa yang terjadi. Ia merasa tidur lama sekali. Bahkan Taehyung bermimpi bertemu dengan orang-orang terkasihnya. Jungkook, Jimin, Yoongi dan kedua mama dan papa. Bukan masalah serius jika saat ia membuka mata langsung bertatapan dengan orang terkasihnya. Namun saat ini, ketika Taehyung membuka matanya, membiasakan cahaya yang masuk kedalam dan semakin dalam ia baru menyadari jika sekarang ia berada entah dimana.

Tidak ada Jungkook

Tidak ada Yoongi

Tidak ada Jimin, terlebih mama dan papa yang sangat ia rindukan.

Kepalanya berdenyut sakit, namun lebih baik dari beberapa waktu yang lalu. Perban terpasang apik di kepalanya. Namun ia bersyukur masih diberi napas oleh tuhan.

Taehyung mengedarkan pandangannya ke segala arah ruangan ini. Ruangan ini seperti rumah sakit sederhana yang tampak terawat. Berdinding putih dan bersih gorden biru. Lurus di depannya terdapat foto seseorang yang sangat terkenal di dunia.

Seseorang diktator yang sangat kejam, katanya. Pemimpin Korea Utara.. apakah sekarang Taehyung boleh menangis? Ia berada di Korea Utara?

.
.
.

Jungkook kehilangan separuh jiwanya. Kekasih tercinta hilang entah dimana. Operasi penyelamatan Taehyung gagal karena dirinya. Jungkook bukan kekasih yang baik bukan? Ia tidak bisa menyelamatkan kekasihnya sendiri dari bahaya.

Dimana sekarang Taehyung? Apa yang sedang dilakukannya? Apakah Taehyung juga merindukannya? Jikalau Jungkook dapat memutar ulang waktu, mungkin kejadian ini tidak terjadi.

Sudah 3 hari Taehyung menghilang tanpa jejak. Mobil hijau tua yang digunakan penculik ditemukan di dekat pelabuhan dengan kondisi penuh dengan darah. Darah tersebut sudah pasti darah Taehyung bukan?

Operasi penyelamatan Taehyung yang dilakukan oleh tim yang dipimpin Jungkook dan Yoongi tidak dapat menemukan titik temu hingga saat ini. Padahal mereka sudah berjaga dimanapun. Batas sebelah utara, pelabuhan bahkan bandara. Namun Taehyung tidak dapat ditemukan. Bagaimana orang itu membawa pergi Taehyung dari Incheon? Apakah benar mereka pergi ke Utara? Atau mereka masih di Selatan dan menyembunyikan Taehyung dengan baik?

Pertanyaan tersebut masih berputar dengan cantik di kepala Jungkook. Jungkook tidak dapat melupakan hal ini barang sebentar saja. Bahkan penampilan Jungkook jauh dari kata baik. Kantung mata yang semakin menghitam, rambut yang lepek karena keringat dan wajahnya yang lumayan pucat tidak dapat dihindari lagi. Selain itu, Jungkook juga menolak makan. Padahal Jimin sudah dengan susah payah membujuk kekasih sahabatnya untuk makan. Ah Jimin juga berusaha keras membujuk kekasihnya sendiri untuk kembali ceria.

"Jungkook, aku datang." Suara Jimin kembali terdengar pagi ini. Jimin memang tidak pernah absen untuk mendatangi Jungkook dan Yoongi beberapa hari ini.

Jungkook hanya terdiam, melirik Jimin sebentar kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sebenarnya hanya mengalihkan pandangan dari Jimin.

"Makan terlebih dahulu Jung." Jimin menaruh kotak makanan yang ia bawa dari rumah di depan Jungkook.

Jungkook berdecih. Ia muak.

"Mulai saat ini kau tidak perlu mengantar kan makanan padaku Jim, keluar dari ruangan ku dan jangan kembali." Ujar Jungkook tajam.

Jimin terdiam. Bukankah ini kesalahannya? Jika saja ia menemani Taehyung ke kamar mandi, pasti semua ini tidak akan terjadi. Taehyung pasti masih berada disampingnya sekarang. Disamping dirinya, Jungkook dan Yoongi.

"Kau masih marah padaku?" Tanya Jimin lirih.

"Kau masih berani menanyakan hal itu? Cih." Jungkook melirik tajam pada Jimin yang berdiri di depannya dengan kaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang