epilogue

1K 222 70
                                    

pagi itu terasa sendu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pagi itu terasa sendu. angin yang dingin dengan sombong berhembus menusuk kalbu. sang mentari bersembunyi di balik awan yang kian menggelap, malu malu. bumi sedang sedih, rintikkan air matanya mulai membasahi alam yang kelabu.

pakaian serba hitam yang membalut tubuhnya, lengkap dengan payung yang dibawanya di tangan kanan, mingyu berdiri, sendiri.

tidak dapat dipungkiri, kaki nya terasa sangat lemas. ia mungkin bisa tumbang kapan saja. hatinya terasa seperti dirajam batu. sesak, namun ia memilih untuk bertahan.

jujur saja, mingyu membenci semua orang sekarang. tidak adil, kenyataan pahit yang menimpanya kemarin, entah, semua terasa sangat tidak adil di benaknya.

orang-orang di sekitarnya menjalani hidup mereka dengan normal, sedangkan mingyu harus terjebak, dalam lubang rasa sakit yang ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar.

orang-orang di sekitarnya menjalani hidup mereka dengan normal, sedangkan mingyu harus terjebak, dalam lubang rasa sakit yang ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

seakan-akan dunia mengacuhkannya. satu pun kabar tidak ada yang sampai padanya. kurang ajar, pikirnya. mingyu juga merupakan salah satu orang terdekat hara, jelas ia berhak tahu mengenai semuanya.

namun, disinilah, mingyu berdiri. dibawah payung hitamnya yang melindungi kepalanya dari rintikan hujan, menatap dalam nisan abu-abu tua di depannya dalam diam.

bunga-bunga yang diletakkan diatas makamnya mulai terlihat layu. mingyu tersenyum tipis, kemudian meletakkan satu tangkai bunga mawar merah yang masih segar untuk menggantikan bunga-bunga lainnya yang layu.

klasik, memang. tapi mawar-lah bunga kesukaan hara, dan mingyu tahu betul.

"ini, aku bawakan kamu mawar, kamu suka?"

tanpa dikomando, kenangan tentang mereka berdua, tiba-tiba saja terputar dengan jelas layaknya sebuah film lama di kepala mingyu. kenangan yang manisnya menjadikan adiksi,

mingyu tidak sanggup.

seketika itu, ia tidak mampu membendung air matanya lagi. mengalir, menuruni pipinya tanpa meminta izin. setidaknya, air matanya dapat tersamarkan oleh hujan yang kian turun deras.

ia masih membiarkan air matanya dengan leluasa mengalir, tubuhnya tidak beralih, masih ingin tinggal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ia masih membiarkan air matanya dengan leluasa mengalir, tubuhnya tidak beralih, masih ingin tinggal.

lalu dengan segala tenaga yang tersisa pada dirinya, disela tangisnya,

"a-akhirnya aku bisa bertemu kamu, walaupun bukan di rumahmu, atau kedai kopi kesukaanmu dulu,"

mingyu berhenti sejenak, "tetapi Tuhan menghendaki kita untuk bertemu disini." lanjutnya sambil tersenyum pahit.

mingyu menyeka air mata yang mengalir dengan tangan kirinya.

"aku rindu wangi rambutmu, aku rindu lesung pipi dan mata indahmu yang seketika menyipit disaat kamu tertawa,"

mingyu menghela nafas berat, "hara, aku merindukan semua tentangmu." lanjutnya, hatinya semakin sesak.

sepersekian detik kemudian, mingyu berjongkok di sebelah nisan pujaan hatinya, memegangnya dengan hati-hati, walau tahu itu akan membuat hatinya semakin hancur berkeping-keping.

"sungguh, aku tidak pernah mengira kisah kita berakhir seperti ini. mimpi-mimpi kita untuk masa depan, seketika harus hilang begitu saja tanpa pamit."

"maafkan aku, karena dengan bodohnya tidak pernah bertanya. maafkan aku, karena selama ini tidak bisa menemanimu berjuang sendirian. maafkan aku, karena tidak bisa menepati janji, untuk bisa bersamamu hingga akhir."

mingyu memejamkan matanya, sambil menarik nafas dalam-dalam, "namun, aku mengerti, ini pastilah yang terbaik. untuk kamu, untuk aku, dan untuk semua orang yang menyayangi kamu,"

"oleh karena itu, hara,

aku ikhlas."

ia kemudian berdiri, mengelus dadanya pelan, lalu tersenyum, "istirahatlah dengan tenang, hara,"

"ingat aku masih mencintaimu,

and i won't ever stop on loving you."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

udah, jangan nangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

udah, jangan nangis.

voicemail, officially kelar! thank u yaaaa yang udah mau baca cerita sampah ini yaAllah :(

endingnya maaf kalo harus begini ahdhshshshsh nangis sendiri nulisnya asli

gimana, kalian suka?

anyway, thanks a lotttttttt
and i lop yu ol! <3

semoga ketemu di cerita cerita
aku yang lain, ya!

©SLYTHERULES, 2O19.

voicemail, mingyu. ✔Where stories live. Discover now