̶̶̶̶ ̶«̶ ̶̶̶ ̶ ̶ ̶̶̶ ̶«̶ ̶̶̶ ̶Chapter 2 ̶»̶ ̶̶̶ ̶ ̶ ̶̶̶ ̶»̶ ̶̶̶ ̶ ̶ 

238 34 0
                                    

Usai mendiskusikan hasil belajar mereka selama 3 bulan ini, Jibeom dan Sohee kembali ke rumah. Baru saja mereka melangkah masuk ke dalam rumah, keduanya disambut oleh orangtuanya mereka yang saat ini tersenyum menyambut kedatangan anak-anaknya.

"Jibeom-ah, uri adeul!" Seru Kim Jihyuk.

"Ne, abeoji?"

Jibeom melirik adiknya karena bingung kenapa sang ayah terlihat bersemangat memanggilnya. Sohee yang tak tahu-menahu mengangkat bahunya. Masih dengan kebingungan yang ia rasakan tiba-tiba saja kepala keluarga Kim ini menghampiri sang anak sulung dan langsung memeluknya.

"Chukhae! Kau mempertahankannya dengan baik," celetuk Jinhyuk.

"Abeoji.. apa ini maksudnya nilai ujianku?" Tanya Kim Jibeom.

"Tentu saja!" Seru sang ayah. "Hahaha Jibeom-ah satu langkah lagi maka kau akan menjadi mahasiswa SNU!"

"Ah.. ne..."

Seunghee—ibu Jibeom dan Sohee yang juga ada di sana merangkul sang anak perempuan. Ia tersenyum kepada Sohee dan mengucapkan selamat untuk si bungsu.

"Uri Sohee juga mendapatkan peringkat satu. Chukhae Sohee-ya!" Ucap Seunghee.

"Eomma gomawo—"

"Jibeom-ah pertahankan nilainya itu! Kau harus mencetak gol juga saat masuk SNU. Kau harus menjadi yang pertama di antara yang terbaik," potong Jinhyuk.

Sohee yang hendak berterimakasih kepada ibunya menghentikan ucapannya. Ia menatap sang ayah yang sejak tadi tidak ada melihatnya barang sedetikpun. Merasa bahwa ayahnya tak peduli dengannya Sohee memilih naik ke lantai atas karena ia jengah dengan ayahnya yang pilih kasih kepada dia dan kakaknya.

.

"Omo!!!! Uri adeul peringkat kedua!"

Ibu Jaehyun—Jinhee sangat bersemangat saat Jaehyun memberitahunya bahwa ia berada di peringkat dua pada ujian semesternya kali ini. Pasalnya ini peringkat tertinggi Jaehyun selama SMA. Biasanya pemuda itu hanya mendapatkan 3 hingga 5 namun kali ini ada perubahan.

"Chukhae tapi jangan merasa puas dulu. Kau pikir kau bisa masuk kedokteran SNU kalau nilaimu pas-pasan seperti itu?" Sambung Tuan Bong.

"Ne appa," jawab Jaehyun.

"Kau lihat Kim Jibeom! Dia konsisten mendapatkan peringkat satu sejak dulu. Kalian selalu belajar bersama di perpustakaan tapi kenapa kau tidak bisa seperti dia?" Omel Bong Taegyu.

Mendengar omelan ayahnya Jaehyun memanyunkan bibir. Dia dan Jibeom memang selalu ke perpustakaan bersama-sama tapi saat belajar mereka akan berkonsentrasi sendiri-sendiri. Apalagi mata pelajaran mereka berlainan karena berbeda sekolah.

"Appa Jibeom bersekolah di SMA biasa sedangkan aku di SMA Sains. Aku tidak bisa mengandalkan Jibeom karena pelajaran kami berbeda,"

"Jibeom itu pintar kalau kau bertanya pasti dia tahu jawabannya,"

Bong Jaehyun menggaruk kepalanya yang tak gatal. Inilah rutinitasnya tiap habis ujian. Ayahnya pasti akan mengomelinya dan membanding-bandingkannya dengan Kim Jibeom. Iya, dia tahu kalau Jibeom itu pintar tapi tidak setiap ujian juga kali mereka dibanding-bandingkan.

.

Hong Joochan sudah lebih dari 30 menit duduk di tangga depan rumahnya. Ia tengah berpikir apa yang harus dikatakan kepada orangtuanya nanti saat memberi tahu mereka kalau ternyata peringkatnya turun. Ini semua karena perutnya melilit saat ujian matematika. Akhirnya ia permisi ke toilet yang berartikan jatah waktunya mengerjakan ujian berkurang. Maka dari itu dia tidak mengisi beberapa soal yang berakibat nilainya menjadi turun di pelajaran tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GOLDEN CASTLE 【By Fanita】Where stories live. Discover now