Chapter 1

4.4K 186 2
                                    

.

Saat ini Bryan tengah menikmati waktu luangnya dengan Lian. Jarang sekali ia punya banyak waktu seperti ini, dulu.. ia selalu menghabiskan banyak waktu dengan sahabatnya itu. Entah untuk belajar, bermain atau hanya sekedar makan bersama.
Masalah yang datang akhir-akhir ini membuat Bryan tak bisa bersantai barang sedikitpun.
Dan beruntungnya,  pekerjaannya sudah selesai sejak satu jam yang lalu dan kebetulan juga Lian datang mengunjunginya. Mengajaknya menikmati kopi disiang bolong.

Lian mendengus setelah memperhatikan Bryan sedari tadi. Membuat pria itu menoleh dan menatapnya heran.
"Apa bulan madu mu berhasil?" Tanya Lian setelah lama mereka terdiam. Pria itu menghela nafas saat tidak mendapati jawaban dari sahabatnya.

"Kau seperti tak ada disini walau memang ragamu disini." Ujarnya.

Bryan tersenyum miring, "Aku hanya sedang memikirkan kapan kita memiliki waktu luang terakhir kali? Akhir-akhir ini kita selalu sibuk dengan pekerjaan."

Lian menggelengkan kepala. "Tidak, hanya kau saja yang sibuk. Aku cukup memiliki waktu, karena beberapa hari terakhir tak ada pasien yang memiliki riwayat penyakit serius."

"Yah mungkin kau benar." Gumam Bryan lirih. Ia mengetukkan jari di meja cafe, kemudian Bryan teringat saat Lian dan Farrel datang bersama di kediaman Bagaskara.
"Kau.. kenapa kau mengajak Farrel saat itu?" Tanya Bryan penasaran. "Padahal aku tak menyuruhmu untuk membawanya, dia sudah cukup direpotkan dengan masalah perusahaan."

Lian memgerjapkan matanya, berusaha mengingat kejadian hari itu. Ah.. ya. Bryan memang tidak menyuruh ia membawa Farrel untuk menyusulnya. Tapi.. ia seendiri yang membawa asistan Bryan tersebut.
"Kau memang tak menyuruh, aku hanya berinisiatif sendiri untuk membawanya saat menyusul kau kesana, dan memang saat kau pergi dia datang kerumah sakit. Aku cuma beri tahu dia kalau kau tidak ada di tumah sakit, dan aku akan pergi menyusulmu. Lalu dia meminta untuk ikut, jadi ya.. ku bawa saja. Sekali-kali punya supir gratis tak apa kan?" Jelas Lian panjang lebar, tak lupa dengan senyum menjengkelkannya.

Bibir Bryan berkedut menahan senyum, ia ingin tertawa saat mendengar kata "Supir gratis" dari Lian tadi.

"Yah tak masalah sih, aku hanya heran. Kenapa kau mau merepotkan orang lain untuk menyupiri mu. Sedangkan kau sendiri sudah mahir menyetir mobil dari umur empat belas tahun." Ucap Bryan sebelum menyesap kopinya.

Lian mengangguk pelan, ia mengambil kentang goreng yang sedari tadi dianggurkan lalu memakannya. "Kadang aku lelah juga, kebetulan hari itu aku ada pasien dan rumahnya sangat jauh.. jadi ya begitulah."

Lian berhenti mengunyah saat menyadari kalimat Bryan tadi. Empat belas tahun. Itu berarti Bryan menyinggung pertemuannya dengan Sasya.
Saat itu Lian yang menyetir mobil mereka. Walaupun masih empat belas tahun, Lian sudah mahir mengendarai motor maupun mobil.
Bryan juga demikian.

"Kapan pernikahanmu berlangsung?"

"Uhuk..uhuk.." Lian menatap tajam sahabatnya yang bahkan menatap balik dengan tatapan. "apa salahku?"

Setelah minum, Lian berdehem pelan. "Rencananya sih secepatnya, terlebih kami juga sudah mendapat restu." Ada keraguan dalam suaranya. Bryan menyadari hal itu.

"Apa yang kau ragukan?" Tanyanya.

Lian tersentak, ia memasang senyum tipis. "Azuna ingin kita saling mengenal dekat dulu. Dia tak ingin buru-buru."

"Dan kau setuju?"

"Tentu saja, kalau itu memang demi kelancaran hubungan kami kenapa tidak?"

Bryan menepuk pundak sahabatnya, "Semoga kalian dipersatukan sampai maut memisahkan." Katanya tulus.

Menara Cinta (Season 2) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang