bab 2 - sunset

622 83 31
                                    

Mungkin pertemuan kita
Memang di takdirkan
Untuk bersama
- solitude

Alasan seseorang kerumah sakit tetapi bukan bekerja di bidang kesehatan adalah antara dua, membesuk atau rawat inap.

Salsha adalah yang membesuk, namun sebenarnya dirinya sangat tidak ingin pergi kerumah sakit, dirinya sangat tidak suka bau obat-obatan, tidak suka jarum suntik, tidak suka melihat darah.

Ia sedang berjalan menuju taman rumah sakit.  Sungguh membosankan berada di dalam sana bersama orang-orang yang berwajah palsu.

Ia telah sampai di taman, terdapat beberapa pasien yang sedang berjalan-jalan menggunan kursi roda menikmati udara segar. Ada pula para pembesuk yang sedang bersantai sepertinya.

Salsha duduk terdiam, memperhatikan para pasien yang berlalu lalang di depannya. Walaupun mereka sedang sakit, tetapi senyum tidak pudar dari wajah pucat mereka. Karena mungkin mereka bersama orang yang mereka sayang.

Berbeda dengan dirinya, yang selalu sendiri dan bersama orang-orang yang penuh dengan kepalsuan.

Bukannya Salsha berprasangka buruk, tetapi itulah kenyataan yang ia dapatkan. Contoh saja, bahwa ibunya sendiri pun bersikap seperti itu di depannya.

Salsha merasakan bangku di sampingnya terisi oleh seseorang. Namun ia acuh, mungkin orang tidak kenal pikirnya.

"Nggak baik woy ngelamun"

Salsha seperti kenal suara itu, ia pernah mendengarnya. Lantas dirinya menoleh dan benar saja Salsha mengenali orang ini. Dia adalah orang yang di hukum bersamanya kemarin di perpustakaan.

Ia kembali menatap kedepan, mengacuhkan perkataan Iqbaal tidaklah penting.

"By the way, kita belum kenalan lho, gue Iqbaal" ujar Iqbaal

"Gue Salsha"

Iqbaal mengangguk, mengikuti arah pandang Salsha yang sedang mengamati para pasien.

"Lo ngapain kerumah sakit?" Tanya Iqbaal yang mungkin sedang ingin mencoba membuka percakapan.

"Jenguk sepupu gue"

Iqbaal hanya meng-oh kan ucapan Salsha.

"Lo sendiri, ngapain?" Salsha balik bertanya

"Nganter berkas bokap, ketinggalan di rumah"

Salsha mengangguk paham, mereka kembali terdiam. Memperhatikan orang-orang yang berada di taman. Berkelana dengan pikiran asing yang merajalela.

Iqbaal menoleh kepada Salsha "lo mau ikut nggak?" Tanyanya

Salsha ikut menoleh, tatapan mata mereka bertemu. Tatapan yang datar namun terdapat kesedihan didalamnya.

"Kemana?"

"Pokoknya nggak bakal nyesel kalo lo ikut"

"Bolehdeh" salsha mengiyakan

Iqbaal bangkit, begitupun Salsha. Berjalan beriringan meninggalkan area rumah sakit. Langkah mereka sedikit lebih lambat, menikmati ketenangan kota di sore hari yang sedikit sejuk karena tadi siang kota ini di landa hujan.

Mulut mereka memang saling diam, tetapi dari lubuk hati mereka ingin sekali mengutaran sebuah percakapan yang mungkin akan berlanjut dan menyenangkan.

Di tengah perjalanan Salsha berhenti saat melihat seorang kakek menjual susu berwadahkan botol kaca dengan berbagai rasa.

Salsha mendekat, di ikuti dengan Iqbaal

SolitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang