Hari itu aku baru sampai di perusahaan untuk sesi wawancara. Titin dan Cinta adalah dua pegawai departement Komunikasi Marketing yang menemuiku. Titin kelak menjadi mentor dalam program 3 bulan magang itu, sedangkan Cinta menjadi yang nomer dua. Aku berasal dari dunia pendidikan, tentu saja harapanku bukan sekedar mempelajari nilai moral belaka. Aku juga tidak magang di perusahaan Fashion, jadi untuk apa Titin malah sibuk mengurusi moral dan gaya berpakaianku. Belum lagi ini adalah perusahaan super raksasa, dan aku bukannya memanggil nama-nama orang dengan sebutan yang tidak pantas atau aku juga tidak datang ke kantor dengan pakaian seronok. Tapi itu semua yang membuat penilaian magangku dianggap omong kosong.
Hari pertama sebetulnya berlangsung baik-baik saja. Titin membawaku ke beberapa meja untuk diperkenalkan. Tim HRD juga memperkenalkanku dengan beberapa anak magang lain. Tidak ada bahan materi yang ditawarkan untuk aku pelajari, tidak ada juga pelatihan atau pidato perkara sistem marketing yang berlangsung. Yang ada hanya pembelajaran karakter, "si A adalah bos, kamu harus hati-hati dan hormat, sedangkan si B itu yang paling kritis jadi jangan sampai kelakuan kamu bikin aku jadi bahan pembicaraan satu kantor, sedangkan si C itu sih golongan pemalas jadi kamu gak perlu terlalu banyak kontak sama mereka," petuah Titin padaku di hari pertama.
Ini pengalaman pertamaku magang, jadi aku iya-iya saja dulu. Aku masih bisa menunda untuk paham materi yang perlu aku pelajari demi penyusunan tesis. Aku juga tidak sudi mencari masalah dengan mentor magangku sejak hari pertama, aku putuskan menurut. Satu minggu berlalu dan aku masih belum dibebankan materi apapun. Titin sibuk dengan kisah hidupnya dan selalu datang telat. Ketika aku tanya apa yang bisa aku bantu, jawabannya "aku sibuk ada meeting ini itu," oke baiklah aku sabar lagi. Tapi minggu kedua pantatku mulai gatal. Aku mulai mencari celah.
Dengan mental baja akhirnya aku beranikan diri menemui Cinta. Sesuai dengan gayanya yang lembut, Cinta dengan ramah mendengarkanku dan memberikan apa yang aku minta. Pertanyaan-pertanyaan teknis seputar departemen yang belum aku dengar sebelumnya juga akhirnya aku peroleh dari Cinta. Selain itu Cinta juga memberiku kesempatan untuk membantu salah satu proyek kerjanya. Hatiku mulai terasa enakan. Naasnya ketika Titin mendengar kabar bahwa aku menemui Cinta dan kini bekerja untuk salah satu proyeknya, Titin mulai menonjolkan kekuasaannya atas diriku yang sebenarnya berada dibawah mentornya. Baru satu hari aku bekerja dengan proyek baru itu dan aku langsung dicopot kembali. Lagi-lagi kini aku terabaikan, harus duduk-duduk saja sambil membaca beberapa materi yang tersedia dalam kolom share di komputerku. Tidak ada banyak karena apapun yang bisa diakses olehku hanya yang bersifat tidak penting saja atau tidak confidential, semua bahan-bahan itu aku lahap dalam waktu sehari. Tapi dari sana aku mulai paham tentang program apa saja yang sedang dikaji oleh departemen ini.
Karena Titin selalu datang terlambat, aku bersiap datang subuh ke kantor mempersiapkan diri menemui manager departemen tempat aku magang ini. Lagi-lagi tanpa sepengetahuan Titin. Sang manager tidak terlalu berapi-api juga menjawab keinginanku untuk diikutsertakan dalam program pembuatan sistem QR scan untuk konsumer yang sedang digarap. "Kamu boleh ikut terlibat di meeting," setidaknya aku mendapat sinyal positif darinya untuk bergabung dan tidak dihukum duduk manis di pojokan kursi seperti anak kecil kena hukuman oleh gurunya.
Gimana? Pensaran gak apa yang terjadi selanjutnya antara Soé dan Titin??
Yuk kasih komen dan like-nya kalau mau lanjut kisah Soé dan Titin Mak Lampir
YOU ARE READING
Gila Hormat
Short StorySoé bertemu kali pertama dengan calon mentor untuk program maganya di perusahaan Eropa raksasa yang juga membangun markas di tanah air itu. Di awal Soé berasumsi bahwa sepertinya wanita ini baik dan bersedia mengajarkan banyak hal yang perlu Soé pel...