Datang Meminang

13.2K 1.7K 130
                                    

Minat order buku bisa wa:
Putri +62 822-1377-8824
Angelivin +62 813-9852-0888

🖤🖤🖤

Berapa mobil berjejer di perkarangan rumah bordil, kali ini bukan kedatangan para lelaki hidung belang yang menginginkan cinta satu malam, melainkan keluarga yang terhormat dan terpandang. Juragan Janitra dengan para istrinya dan ketiga putranya.

Sebisa mungkin para penghuni rumah bordil menyambut ramah kedatangan mereka dan meminta mereka untuk masuk, tapi memang masih saja di antara istri juragan Janitra enggan menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah bordil jadi merekapun di jamu hanya di depan teras.

Maksud kedatangan mereka memang sudah di ketahui tuan Dewata jauh hari yang berasal dari utusan juragan Janitra yang memberitahukan perihal bertamunya mereka. Tidak lama tuan Dewatapun keluar menyapa ramah pada keluarga tersebut. Beliau duduk bersila saling menghadapan hanya terpisah dengan meja panjang yang di atasnya sudah di sungguhi minuman dan berbagai buah-buahan.

"Seharusnya tuan Dewata ndhak perlu repot menjamu kami." Kata Juragan Janitra, lelaki itu di perkirakan berusia 60 tahun tapi masih terlihat gagah bersanding dengan dua istrinya. Yang lebih mencolok adalah ketiga putra juragan Janitra. Aura mereka menjadi perhatian para gundik yang mencuri pandang kepada para juragan muda itu.

"Tidak masalah Juragan Janitra, sudah selayaknya kami menyambut tamu terhormat seperti keluarga anda." Sahut Tuan Dewata.

"Begini, tentu tuan Dewata sudah mengetahui niat dari kami datang kemari, apakah di setujui?" Tanya Juragan Janitra.

Sejenak tuan Dewata berfikir, ia memang beberapa saat lalu bicara empat mata dengan Cempaka, dan Dewata menyerahkan keputusan pada wanita itu. Tuan Dewata pun memanggil Cempaka yang sudah siap sedari tadi. Cempaka keluar, sedikit menundukan kepalanya. Sejenak ketiga juragan muda itu, Anas Janitra, Aksa Janitra dan Elang Janitra menatap ke arah Cempaka tanpa berkedip.

Cempaka duduk bersimpuh di samping tuan Dewata. Cempaka terlihat cantik mengenakan kebaya sederhana berwarna putih gading yang sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat.

"Cempaka, kedatangan keluarga Janitra kemari ingin meminangmu untuk menjadi mantu di keluarga besar mereka. Kamu akan di peristri Juragan muda Anas Janitra apakah kamu bersedia?" Tanya tuan Dewata.

Cempaka mendongakkan kepalanya, tepat tatapannya tertuju pada Anas. Rasanya sudah sangat lama ia tidak bertatap muka dengan Anas sejak pristiwa kedua saudaranya memperkosa Cempaka. Anas seolah di telan bumi enggan mengunjunginya lagi. Tatapan Cempaka beralih pada sosok wanita yang hanya terdiam, duduk di samping Anas. Wanita itu tidak lain adalah istri pertama Anas bernama Sinta. Wanita yang sangat cantik dan berkelas. Rasanya tidak sebanding dengan Cempaka untuk di jadikan selir kedua di antara pernikahan mereka.

"Gimana jawabanmu." Bisik tuan Dewata.

Cempaka meneguk salivanya, sementara Elang sedari tadi memandangi wajah Cempaka, mata lelak itu menyipit tajam, jantungnya ikut berdetak cepat menunggu jawaban dari Cempaka.

"Maaf, saya ndhak bisa menerima lamaran ini, karena ada seseorang yang sudah lebih dulu melamar saya." Jawab Cempaka sontak semua mengerutkan keningnya heran, terutama Anas yang seakan tidak terima dengan jawaban Cempaka berikan.

"Apa maksudmu?" Tanya Anas gusar dengan mata yang melototi Cempaka.

"Apakah ndhak jelas jawaban yang saya berikan." Kata Cempaka tenang.

Juragan Janitra mengeram marah, ia mengebrak meja, menunjuk pada Cempaka.

"Ini suatu penghinaan untuk keluarga saya, kamu fikir kamu cukup pantas bersanding dengan putra saya!"

"Tidak ada yang menghina anda dan keluarga anda tuan Janitra, saya harap emosi di turunkan, biar Cempaka yang menjelaskannya." Kata Dewata berusaha meredam amarah yang mulai tersulut.

"Siapa lelaki yang berani melamarmu heh." Tanya Anas.

Cempaka melirik pada Elang yang mengerutkan keningnya.

"Elang Janitra." Sahut Cempaka.

Semua tatapan tertuju pada Elang yang mengepalkan tangannya tanpa mengalihkan tatapannya dari Cempaka.

"Beliaulah yang melamar saya, dan saya sudah menjawabnya. Bukankah begitu Juragan Elang Janitra." Kata Cempaka menyeringai.

Anas berdiri merenggut kerah baju Elang.

"Beraninya kamu menikung masmu sendiri!"

Elang hanya bungkam, rahangnya mengeras dengan tatapan yang beradu pada Anas.

Yang lain di antaranya Aksa berusaha merelai perkelahian itu, Aksa pun sangat syok dengan kabar ini.

"Sabar mas, duduklah." Bisik Aksa pada Anas.

Amarah Anas mulai mereda, ia duduk kembali dengan nafas yang memburu.

"Apakah itu benar Elang, kamu sudah lebih dulu mempersunting Cempaka?" Tanya Juragan Janitra.

Iris mata Elang memerah, ia menatap pada Cempaka. Kobaran amarah dan dendam sangat jelas terlihat dari tatapan lelaki itu. Dan Cempaka sengaja melakukan ini semua. Menyulut amarah dari ketiga bersaudara itu dan mempermalukan Elang yang selalu mengaku dirinya paling suci. Tapi Cempaka sudah bisa menebaknya Elang Janitra tidak akan mengakuinya malah menyangkal semua apa yang di ucapkan Cempaka.

"Benar, aku sudah meminangnya. Dan aku ingin pernikahan di laksanakan secepatnya."

Deg

Rasanya jantung Cempaka berhenti berdetak, ia tidak percaya atas jawaban dari Elang, yang ia pikir lelaki ini akan mengingkarinya.

Anas mengendus kasar, ia bediri tanpa pamit melangkah meninggalkan rumah bordil di susul istrinya Sinta.

Juragan Janitra hanya menghela nafasnya, ia berpamitan pada Dewata untuk pulang.

Tinggal Aksa dan Elang masih bergeming, tidak lama Aksapun menyusul rombongan bapaknya.

Tuan Dewata mengerti akan privasi untuk Elang dan Cempaka, ia pun beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah.

"Hebat permaianan kamu ciptakan, ndhak sadar siapa yang kamu lawan heh." Desis Elang.

"Masih ada waktu untuk menyangkalnya, toh, yang malu keluarga kalian juga yang di bilang sangat di hormati dan terpandang." Kata Cempaka membuang tatapannya dari Elang.

"Aku ndhak akan menyangkalnya. Dan ingat satu hal, kamu sudah memutuskan untuk menjadi istriku maka lihatlah apa yang akan ku lakukan setelahnya untuk membayar kebohongan lidahmu itu."

"Kamu mengancamku?"

"Kamu fikir sendiri, seharusnya kamu bercermin sebelum mempermalukan aku di hadapan orang tuaku dan para saudaraku, kamu hanya wanita sampah yang ndhak sederajat dengan lelaki terhormat sepertiku."

"Rasanya ndhak pantas lelaki terhormat memperkosa wanita kotor berkali-kali, itu namanya mu..na..fik." tekan Cempaka.

Elang tertawa samar, ia sedikit mencondongkan tubuhnya mendekati Cempaka.

"Bersiaplah, menyandang namaku di belakang namamu, dan kamu akan lihat penderitaan sesungguhnya." Kata Elang berdiri dan melengos pergi.

Air mata Cempaka menetes menatap punggung Elang yang semakin menjauh. Entah apakah kebohongan ini membuatnya puas nyatanya tidak, karena Elang adalah lelaki paling brengsek yang Cempaka temui. Lelaki itu tidak akan segan menyakiti Cempaka lebih dalam demi tujuan pribadinya.

Cempaka akan menerima tantangan itu kalau memang Elang menerimanya sebagai seorang istri. Dari pada ia harus menjadi selir mas Anas atau selamanya menjadi pelacur tidak salahnya ia menjalani pernikahannya dengan Elang Janitra, pria berhati kejam dan dingin yang akan Cempaka luluhkan.

"Mbakyu!" Lamunan Cempaka buyar saat Puspa mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

"Mbakyu yang sabar." Bisik Puspa di balas anggukan lemah Cempaka. Yang semakin terisak.

CempakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang