Jika benar adanya emas adalah produk ekstraterestrial, dengan sebuah atau banyak supernova sebagai tanah airnya. Terbangun dari partikel hidrogen yang melahap neutron, menambah terus massanya sampai gemuk, hingga pada suatu titik dia mewujud partikel emas. Gelombang kejut supernova membawa partikel emas menjelajah alam raya. Kebetulan, sebagian dari mereka hinggap pada bumi kita yang kala itu masih muda, berkondensasi, lalu dirangkai jadi urat-urat bawah tanah oleh aktivitas geotermal.
Singkat cerita, bumi makin kaya. Kehadiran emas menjadikan asetnya tak cuma air, tanah, dan atmosfer ideal. Planet yang demikian cocok sekali dihuni makhluk cerdas dan serakah seperti manusia. Maka, jika ada manusia biasa—bukan nabi, bukan mesias, atau apa pun sebutannya—yang mengaku tak butuh harta bumi selain air, tanah, dan atmosfer ideal, bukankah dia bohong besar?
Menggantung. Biarkan yang barusan tetap jadi retorika karena aku tidak berminat menyurvei tujuh koma tujuh miliar manusia soal ketertarikan mereka terhadap si logam mulia.
Hanya saja, jika memang manusia seperti itu ada dan tidak sedang berbohong besar-besaran, bukankah dia tidak manusiawi? Kurang manusiawi? Cerdas, tapi tidak serakah? Atau, bagaimana?
"Aku nggak butuh emas, aku cuma butuh kamu."
"Berlian nggak butuh?"
"Nggak, aku butuhnya cuma kamu."
Edan! Bahkan kemewahan terestrial saja manusia satu ini tidak butuh!
"Uang? Saham? Properti?"
"Nggak, pokoknya cuma kamu."
Edan, edan! Bahkan kemewahan terestrial yang bisa dibuat dalam sekejap saja manusia satu ini tidak butuh!
"Mabuk kamu, Cas. Pulang sana!"
Namanya Lucas, baru pindah ke rumah sebelah tahun kemarin. Bahasa Koreanya masih berlepotan, bahasa Inggrisnya pun belum lancar benar. Tapi, bisa-bisanya dia sudah ahli menggombal. Dan, Lucas ini sepertinya agak bebal. Kugertak seperti barusan pun cuma terkekeh menyebalkan.
"Jadi, Mark, kamu mau, kan, jadi kekasihku?"
Kekasih, dia bilang? Pacar, begitu?
Tentu jawabanku, "nggak mau."
Pintu depan kututup tanpa minta diri. Lucas mungkin sakit hati, tapi biarlah hal itu jadi urusannya sendiri. Aku ingin dia jera, ingin dia sadar kalau kelakuannya bikin risih.