Akhir Bahagia Idaman Para Pembaca

429 72 20
                                    

Setengah jam berlalu. Kuintip dari jendela, Lucas masih betah berdiam diri di teras rumahku. Kepalanya tertunduk, pundaknya turun naik, sesekali terdengar isakan dan bunyi ingus diserot. Oh, dia nangis?

Aku tidak tahu dia pernah ditolak berapa kali. Tapi, ditilik dari kondisinya sekarang, sepertinya penolakan kali ini benar-benar menyakitkan. Atau, dianya saja yang terlalu dramatis? Memelas sekali, kasihan.

Mark Lee dididik oleh Mama dan Papa untuk jadi anak baik hati yang tidak pelit simpati-empati. Maka, aku pergi ke teras menemui Lucas.

"Lucas?"

"Hm."

"Sudah, dong, jangan nangis di sini. Nggak malu, tuh, ditonton Jisung sama Kak Yuta?" Kuusap punggung Lucas, berusaha menenangkan tangisnya.

Lucas mengangkat kepala. Jarinya menarik kerah bajunya, mendekatkan kerah baju dengan lubang hidungnya. Iuh, dia menyeka ingus pakai kerah baju!

Saat napasnya sudah agak tenang, Lucas menatapku. "Mau, Mark, jadi pacarku?"

Harus kujawab apa? Kalau kutolak lagi, dia pasti menangis, atau kemungkinan paling parah, dia bakal bikin tenda di pekarangan rumahku dan berdiam diri di sana sampai entah kapan.

"Hm?" adalah jawaban paling bijak yang bisa kuberikan.

"Mau jadi pacarku?"

Haruskah kuiyakan? Kalau begitu, nanti kami berpacaran? Lucas jadi pacarku, begitu? Lalu, kami akan pergi kencan. Ke kafe, ke bioskop, ke taman kota, ke toko buku, ke taman bermain, ke mana saja. Pada kencan itu, kami akan bergandengan tangan, berangkulan, bertukar kalimat manis, berpelukan, berciuman, dan lebih jauh lagi yang terlalu menggelikan untuk dibayangkan.

"Iya, mau."

Apa kataku barusan? Kurasa aku harus segera mengakui kalau sebenarnya aku agak naksir dengan laki-laki ini. Tapi, untuk meningkatkannya jadi rasa suka, bahkan cinta, cukup butuh usaha mengingat kelakuannya yang kadang bikin orang mempertanyakan kewarasannya.

"Benar, Mark?"

Sudah bagus kujawab iya, masih saja butuh diyakinkan. Tidak lihat apa, mukaku merah tidak keruan? "Benar."

Lucas memelukku erat. Mukaku mendarat di dada bidangnya. Kudengar sorak-sorai Jisung dan Kak Yuta, sepertinya mereka lebih bahagia atas berpacarannya aku dan Lucas ketimbang kami sendiri.

"Aku cinta Mark!" Teriak Lucas kencang sekali. Duh, belum apa-apa sudah bikin malu!

"Ya, ya, boleh, lakukan sesukamu."

*

[a/n]

Sebagai kompensasi atas kekhilafan fanfiction LuYang kemarin.

Sebagai bukti kalau aku sedang tidak kuat menulis yang jorok-jorok seperti request dari Ruru dan Lee.



[LuMark] Opera PicisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang