"Besok-besok hujan-hujanan lagi aja ya. Tidak perlu menunggu paman Lee untuk menjemput kamu."
Itu suara ibumu yang baru saja memasuki kamar dengan sebaskom air hangat dan handuk kecil. Kamu tahu betul bahwa beliau sedang menyindirmu. Kemarin siang hujan turun sangat deras. Kamu bosan menunggu Paman Lee -sopir keluargamu- yang tak kunjung datang hingga hampir sore, akhirnya memutuskan untuk menerobos hujan agar cepat sampai di rumah. Namun malamnya, kamu terserang demam dan belum turun hingga pagi ini.
"Ibu tidak bisa menjagamu. Ada rapat yang tidak bisa ditunda." Ucap ibumu sembari meletakkan handuk basah di keningmu, setelah sebelumnya diperas lebih dulu.
"Tidak apa-apa, ibu berangkat saja. Lagipula aku hanya demam." Kamu menjawab dengan suara parau.
"Terakhir kali kamu sakit, kamu hampir jatuh dari tangga." Ibumu mendengus.
"Nanti Youngjo akan kesini. Ibu sudah memintanya untuk menjagamu."
Sontak kamu membelalakkan mata ketika mendengar nama yang baru saja disebut oleh ibumu.
"Kenapa Kak Youngjo?! Lagipula aku bisa mengurus diriku sendiri!"
“Sudah ya, ibu berangkat dulu.” Ibumu tak mempedulikan protes yang kamu ajukan, kemudian mengecup pipimu sekilas sebelum menghilang di balik pintu kamar.
Kamu menghela napas kasar. Masih tidak percaya mengapa ibumu meminta lelaki itu untuk menjagamu.
Tidak, kamu tidak membencinya. Justru sebaliknya, kamu sangat menyukainya. Kamu menyukai Kim Youngjo. Mahasiswa semester tujuh yang sudah tiga tahun ini menjadi tetangga sebelah rumahmu. Ia cepat akrab dengan keluargamu, terutama ibumu yang ingin sekali memiliki anak lelaki. Ia tinggal sendiri di kota ini, sedangkan keluarganya menetap di kota lain.
Lelaki dengan senyum manis itu sudah hampir setengah tahun mengisi hatimu. Kamu sempat berniat untuk menyatakan perasaanmu padanya. Ah, tapi ayolah, kamu hanya seorang siswi SMA tahun ketiga, sedangkan di kampusnya pasti banyak yang jauh lebih cantik darimu. Sehingga kamu memutuskan untuk menyimpan perasaan itu seorang diri.
ooOoo
Kamu terbangun dengan rasa nyeri di bagian kepala. Lantas meringis pelan sambil beringsut mengganti posisimu menjadi duduk. Manikmu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Kamu tertidur cukup lama.
Kepalamu sontak menoleh ketika mendengar pintu kamarmu terbuka. Lebih tepatnya dibuka, karena di sana sudah berdiri seorang pemuda dengan mangkuk ditangannya menatapmu terkejut, pun dengan dirimu.
Kamu hampir lupa soal Youngjo yang diminta ibumu untuk menjagamu. Si lelaki lantas tersenyum dan meletakkan mangkuk tersebut di meja nakas. Kamu sempat meliriknya sekilas, semangkuk bubur nasi dengan sayuran.
Youngjo duduk di pinggir tempat tidurmu kemudian menempelkan punggung tangannya di dahimu. Tubuhmu tersentak kecil akibat perlakuannya.
“Masih panas,” gumamnya, yang masih bisa terdengar olehmu.
“Pusing nggak?” tanyanya dan kamu hanya mengangguk.
Iya, pusing liat kakak, makin hari makin ganteng.
“Makan dulu ya, setelah itu minum obat.” Youngjo menyodorkan semangkuk bubur tadi ke arahmu, namun kamu hanya diam sambil melihat bubur tersebut dan wajah Youngjo secara bergantian. “Ah, mau kusuapi?”
Baru saja tangan si pemuda ingin bergerak, kamu sudah menyambar mangkuk tersebut dan memakan isinya. Youngjo terkekeh melihat tingkahmu. Tangannya bergerak mengelus suraimu, lantas berucap, “Maaf ya, kakak sembarangan masuk rumahmu. Kakak sudah mengetuk pintu rumahmu, namun tak ada jawaban dan pintunya tidak terkunci. Kakak kira terjadi sesuatu, makanya kakak langsung masuk.”
Kamu hanya mengangguk mengerti. Selain karena tak tahu harus menjawab apa, kamu juga sedang menahan detak jantungmu yang tidak beraturan semenjak lelaki itu menunjukkan senyumnya.
“Mmh... aku minta maaf karena sudah merepotkan kakak.” katamu akhirnya.
Pemuda itu lagi-lagi terkekeh. “Tidak apa. Lagipula tidak ada kelas hari ini dan juga kakak tidak keberatan untuk menjagamu.” Ucapnya diakhiri dengan senyuman.
Percayalah, kamu sudah hampir pingsan mendengar kata-katanya. Kamu pun mempercepat acara makanmu, setelahnya menyerahkan mangkuk kosong itu pada Youngjo.
“Ini, minum dulu setelah itu minum obatnya.”
Kamu mengambil segelas air yang diberikannya dan meminumnya perlahan. Tak lama, Youngjo menyodorkanmu sebuah obat. Obat yang sudah dibeli oleh ibumu malam tadi. Kamu sadar bahwa sejak tadi Youngjo terus memerhatikanmu, namun kamu tak berani menoleh.
Sampai akhirnya kamu meletakkan gelasmu di meja nakas dan tanpa sengaja matamu bertemu dengannya. Kamu hampir menahan napas saat melihat ekspresi teduh lelaki itu. Ia kembali mengusap rambutmu, lembut.
“Jangan sakit lagi, ya. Kamu membuatku khawatir.”
Khawatir, katanya. Apakah kamu boleh merasa senang? Kamu dikhawatirkan oleh orang yang kamu sukai. Tentu saja kamu senang, wajahmu bahkan sampai memerah.
Si pemuda tampak ingin mengatakan sesuatu namun diurungkannya niat tersebut.
“Kakak ingin memberitahu sesuatu padamu, tapi nanti saja kalau kamu sudah sembuh.”
Kamu yang penasaran pun hanya mengerutkan dahi, tak berniat bertanya apapun.
“Sekarang istirahat, ya. Semoga kamu cepat sembuh.” Pemuda itu mendekat ke arahmu lantas mencium dahimu sekilas. Setelahnya, ia bangkit dengan membawa mangkuk dan gelasmu keluar kamar.
Kamu? Jangan ditanya. Sesaat setelah ia menciummu, wajahmu semakin memerah dan langsung menyembunyikan diri di balik selimut. Kamu bahkan dapat mendengar suara detak jantungmu sendiri.
Satu hal yang kamu tidak tahu adalah, wajah Youngjo pun sama merahnya dengan wajahmu.
ooOoo
Kim Youngjo (Ravn)
KAMU SEDANG MEMBACA
When You're Sick (ft. ONEUS) [ON HOLD]
FanfictionKetika kamu sakit, mereka yang menjagamu // ONEUS's au // bemyblue