chapter 1

4 1 0
                                    

Hari ini, tepat pada tanggal 27 november 2018 dalvin anggara berusia 18 tahun. Seharusnya dia bahagia namun kenyataanya, meski ada berpuluh-puluh kejutan fantastis, pesta besar, dan ratusan orang yang mengucapkan selamat ulang tahun, dalvin sama sekali tidak merasakan bahagia seperti ulang tahun sebelumnya. Ada yang kurang, namun dalvin tidak ingin mengakuinya. Egonya terlalu besar untuk sekedar berkata kalau dia menyesal pernah mengatakan hal yang begitu menyakitan perasaan seseorang.

"kenapa lo bro, diam-diam bae. Acara lo nih, bukannya happy-happy malah sepet amat itu muka."

"gapapa kok, gue Cuma capek aja, happy kok gue. Mata lo aja picek, makanya punya mata belo dikit biar ngeliatnya jelas"

"yakin banget gue vin, yakin. Lagian ya, menurut buku yang gue baca, ketika seseorang ngomong terus belakangnya ditambah kata "kok" itu tandanya dia boonga. Hayoo ketauan kan lo"

'gini nih temenan sama orang yang kebanyaan baca tapi ngak bijak dalam nerapin apa yang dia baca. Semua info dimakan mentah-mentah, bego lo za. Muka doang yang ganteng, makan tuh ganteng"

Rafeza danaraja salah satu teman seperjuangan dalvin anggara dalam menempuh pendidikannya sejak sekolah dasar. Cowo ganteng blasteran indo-korea-kanada yang selalu jadi most wanted disekolah tapi sayang kelakuanya nauzubilah luar binasa, iya luar binasa kalo udah dihadapan mereka-mereka aja, kalau udah membaur sama orang banyak mah kelakuan setannya itu ilang udah. Sok kalem si tai. Good boy like a bad boy, itulah julukan feza dari dalvin yang sam sekali ngak diterima oleh feza.

Rafeza cemberut mendengar perkataan dalvin yang menurutnya sangatlah kurang ajar tersebut.

" woy bangke, sok iye banget jadi orang, dari lo juga gantengan gue, begonya iya begoaan lo" feza tak terima, karna menurutnya kegantengannya adalah mutlak dan ngak boleh ada yang ngehina. Emang sinting si feza.

"pliss laguage za, ini banyak orang, lo mau kedok sok good boy lo ketauan. Kan kasian fans lon kalo tau aslinya lo kek gini amat" dalvin terkekeh dengan ucapannya sendiri

"ye si anying, seneng juga kan lo. Kan enak kalau liat davin ketawa ganteng kek gini"

"sialan" dalvin melotot sebal ke arah feza yang sekarang membalas tertawa meledeknya.

Feza masih terkekeh sebelum akhirnya berhenti setelah dia menyadari beberapa orang mulai melirik kearah mereka. Feza berdehem, meneralkan rasa geli yang tersisa.

Feza kembali ingin meledek dalvin namun urung , di tau jika temannya satu ini sedari tadi hanya mencoba untuk terlihat baik-baik saja.

Feza menarik dalvin menjauh dari keramaian."apaan lo narik-nari gue,ntar gue dicariin orang woy"

"udah sih ikut aja, bacot amat jadi cowok"

Sampai diteras depan keadaan sunyi berbanding terbaik dengan pesta yang ada dihalaman belkang rumah dalvin.

"vin, kalau emang sayang kenapa ngak ngaku aja, kenapa harus pake acara sok-sokan ngak perduli sama dia, kenapa pake acara bikin dia sakit ati sama bacotan lo yang kurang ajar banget. Kalo udah kayak gini nyesel kan lo." Feza menghela nafas sesudah mengatakannya. "ngak ngerti gue" lanjutnya

Baiklah, terimah kasih untuk rafeza yang sudah membuat dalvin semangkin merasa bersalah untuk hal yang sedari tadi dipikirkannya.

"semuanya ngak kayak yang lo liat za, semuanya ngak sesimpel itu."

"itu kata lo, nyatanya coba aja lo bisa nerima kenyataan, semuanya ngak bakaln kayak sekarang. Lo Cuma terlalu gengsi untuk jujur, lo gengsi untuk ngelanggar ucapan lo sendiri. Kita temen udah lama ya fin, gue tu banget bacotan lo kemaren yuh ngak ada yang jujur dari hati. Jadi sebelum semuanya makin telat, mending lo perbaikin selagi bisa. Setidaknya sebelum di bener-bener jauh ngak kegapai lagi sama lo."feza menepuk pundak dalvin diakhir kata kemudian berlalu mendinggalkan dalvin sendirian. "oh ya, soal pesta tenang aja, biar gue yang handel" lanjutnya sebelum benar-benar meninggalkan tempat tersebut. Feza tau temannya butuh kesendirin untuk menjernikan otaknya yang keruh.

Setelah kepergian feza, dalvin termenung. Semua hal yang berkaitan dengan hal tersebut berputar dikepalanya . semuanya, kenangan demi kenangan, janji mereka, sampai pada hari petaka tersebut.

menghela nafas dengan kasar, dalvin mencoba menyingkirkan dia yang terus menghantui pikirannya. Tidak, dia tidak salah. Salahkan rasa terlarang yang sudah hadir diantara mereka. Seharusnya tidak akan seperti ini jika saja "dia" bisa menepati janji yang mereka buat, jadi jangan salahkan dalvin jika dia bersikap seperti ini.

To be continue...

8 januari 2018, 19:55 wib

Tinggalkan jejak, vote+koment

Panjang atau masih pendek?

Bagus atau ngak?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

love friendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang