Prologue (2)

24 2 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 14.30 saatnya sekolah bubar. Raut wajah gembira tergambar pada wajah anak-anak SMK itu, karena akhirnya mereka bisa mengistirahatkan otaknya yang dipakai dari jam 7.00 sampai 14.30. Purnama mengemasi barang-barangnya kedalam tas sambil menunggu Reviall piket kelas, Robby pulang terlebih dahulu karna ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Pur duluan saja nanti aku nyusul sebentar lagi" Ujar Reviall.
"Beneran nih gak takut ditinggal sendiri?" Tanya Purnama sambul bergurau.
"gak akan lah" Jawab Reviall dengan santai.
"Yaudah duluan Viall!" Salam Purnama pamit.
"Yo hati-hati" Jawab Reviall.
Purnama pun pulang melalui jalan lorong dia melihat Rini yang belum pulang sendirian sedang membawa barang-barang tugas kelompok bahasa inggris tadi, Rini kelihatan kesusahan membawa barang yang begitu banyak. Purnama tidak tega melihat seorang perempuan membawa barang yang begitu banyak yang seharusnya dibawa oleh laki-laki. Entah mengapa padahal dikelompok Rini ada laki-laki yang menganggur, Purnama pun menghampiri Rini berniat untuk membantunya.
"Hai Rini mau di bantu?" Tanya Purnama.
"Eh Purnama gak usah aku juga bisa kok, aduh!" Jawab Rin sambil terjatuh.
"Bisa gimana nyatanya kamu jatuh, ini barang harusnya dibawain sama laki-laki masa kamu perempuan bawa barang yang berat gini?" Saut Purnama.
"Iya deh, maaf ya ngerepotin" Ucap Rini.
"Tenang saja gak usah minta maaf " Ujar Purnama.
Purnama mengangkat barang Rini yang tak begitu berat baginya, mereka berjalan menuju gerbang sekolah, diperjalanan mereka mengobrol dengan akrab biasanya mereka malu-malu tapi entah mengapa rasa malu itu sedikit hilang, dan Purnama tidak terlalu gugup lagi berbicara kepada Rini begitu pun sebaliknya. Sikap humoris yang dimiliki Purnama memang dapat membuat orang yang asalnya canggung terhadapnya bisa menjadi akrab.
"Anu, Rin, apa kamu yakin nanti kita pergi ke curug siliwangi kamu mau bareng sama aku?" Tanya Purnama agak malu.
"Loh, memangnya kenapa Purnama? gak bisa ya?" Jawab Rini heran.
"Bukan nya begitu tapi apa kamu tidak malu? Malu dibonceng menggunakan motor matic ? Ya kan ada Rizki yang menggunakan motor yang sport terlihat bagus begitu." Ujar Purnama
"Aku gak peduli meski harus dibonceng menggunakan motor matic sekalipun" Ucap Rini sambil tersenyum.
Purnama pun terlihat malu saat mendengar kata tersebut, mukanya agak memerah saat berjalan karena kata kata Rini tadi. Langkah demi langkah mereka berjalan, dan akhirnya merekapun sampai digerbang sekolah, Mereka pun melanjutkan perjalanan ke jalan raya, jarak dari jalan raya memang agak jauh ke gerbang sekolah.
"Pegal ya Purnama.?" Tanya Rini
"Oh enggak kok, kalau begini masih kurang lah heheh." Jawab Purnama sambil agak bergurau.
Mereka berdua pun sampai ditempat biasa menunggu ayah Rini yang akan menjemput , tetapi karena jam sekolah pulang agak awal jadi ayah Rini menjemputnya agak lama, sambil melepas bosan Purnama dan Rini bercanda dan mengobrol dengan seru, tak kurang selalu ada senyum dari Rini, yang membuat hati Purnama senang karna guyonannya bisa membuat orang yang dia sukai senang dan tersenyum. Ketika asik bercanda gurau tiba-tiba datang segerombolan anak kelas XII menghampiri mereka berdua, tidak lain itu adalah Doni dan anak buahnya yang berjumlah 4 orang.
"Oi! Anak sialan! Kamu tadi yang ngehajar aku, akan kubalas perbuatan mu tadi." Ucap Doni dengan geram.
"Yang tadi, belum puas kalah ? Mau tanding ulang?" balas Purnama.
"Kita bakal ngehajarmu sampai hancur anak arogan!" ucap salah satu anak buah Doni.
"Ooh jadi beraninya keroyokan ya? Gak berani satu lawan satu? Takut kalah lagi gitu" Sindir Purnama kepada Doni.
"Alah banyak bacot cepat serang anak itu!" Teriak Doni kepada anak buahnya.
"Purnama?!" Ucap Rini khawatir.
"Tenang Rini, biar aku atasi ini kamu menjauh ya jangan dekat dekat." Ujar Purnama kepada Rini sambil tersemyum.
Purnama pun berbalik badan dan menghadap gerombolan preman sekolah yang sedang menghampiri dia. Muka nya yang tersenyum tadi langsung berubah menjadi muka serius yang menyeramkan dengan tatapan tajam. Hal itu sontak membuat Doni dan gerombolannya kaget, tapi itu tidak mengurungkan niat mereka untuk menghajar Purnama. Serangan pertama dari depan, Purnama menahan kepalan yang akan menghantam wajahnya dengan telapak tangannya, dia pun memutar tangan yang dipegangnya itu yang membuat anak buah Doni kesakitan, ketika kesakitan Purnama pun memukul wajah orang itu dengan Uppercut nya. Hal ini membuat orang tadi terpental kebelakang, lalu serangan dari samping kiri, Purnama menoleh lalu meliuk diantara tangan yang akan menghantamnya, dia berhasil menghindar lalu memegang tangan orang tersebut, lalu memutar dan mendorong orang tersebur jatuh ketanah, lalu dia menendang muka orang tersebut sampai terpental dan membuat hidung orang tersebut berdarah. Lalu dari arah kanan ada serangan kembali, Purnama pun langsung menangkisnya lalu memukul cepat dua kali kearah muka salah satu anak buah Doni. Dan dari belakang ada satu anak buah Doni, yang akan menyergap Purnama. Lalu dengan refleks Purnama mundur lalu memegang salah satu tangan yang akan merangkulnya, lalu dia tarik dengan keras sampai badan dari anak buah Doni itu terhempas ketanah. Semua anak buah Doni tumbang hanya tinggal Doni seorang.
Dia terlihat kebingungan apa yang harus dia lakukan, karena dia tau kalau dia melawan Purnama maka pasti dia akan babak belur.
Doni pun melihat sekitar dan ternyata dia dekat dengan Rini, ini merupakan kesempatan bagus untuk Doni dia pun berlari kearah Rini, dan tiba-tiba.
"Ahh!" Teriak Rini.
Rini berteriak yang membuat Purnama kaget, saat dilihat ternyata Rini sedang dipiting oleh Doni dari belakang.
"udah menyerah aja , atau cewek ini terluka!" Ancam Doni.
"Lepaskan! jangan sakiti dia!" Teriak Purnama.
Lalu anak buah Doni tadi bangkit dan segera menyergap Purnama dari belakang, akhirnya Purnama tertangkap. Anak buah Doni yang lain pun segera bangkit, mereka pun melesatkan pukulan kepada perut Purnama. Buk! Buk! Hantaman ke lima kali pada perut Purnama, dia terlihat biasa saja karna mungkin sudah terbiasa dipukul bagian perut. Lalu salah seorang anak buah Doni memukul bagian muka. Buk! Hantaman yang keras membuat darah keluar dari hidung Purnama, dia terlihat pasrah menerima pukulan demi pukulan agar mereka melepaskan Rini.
"Haha, akhirnya kau merasakan rasa sakitnya." Ucap Doni.
"Enaknya diapakan wanita cantik ini ya..?" goda Doni.
"Jangan sentuh dia keparat!" Ucap Purnama dengan marah.
"Hah! diam kau! Suka-suka aku apa yang akan aku lakukan ke cewek ini" Ujar Doni.
Rini hanya bisa pasrah karena dia sudah kelelahan terus dipiting oleh Doni. Doni mulai melaksanakan aksinya dia sudah melihat-lihat tubuh Rini.
"Pertama aku ingin tau bagaimana tubuh kamu!" Ucap Doni
"Jangan!" Sentak Purnama dengan wajah babak belur.
"Jangan sekali-kali kau lakuin itu! Atau kau bakal menerima akibatnya!" Ancam Purnama.
"Apa yang bisa kamu lakukan? sudah babak belur begitu" hina Doni.
Doni pun mulai mencoba untuk membuka baju Rini secara paksa, saat akan menyentuh bajunya tiba-tiba.
"Bos! Dia gak bergerak!" ucap anak buah Doni.
Doni pun berhenti dan menoleh kearah sumber suara.
"apa maksud mu?" tanya Doni.
"Dia sama sekali gak bergerak bos, apa kita membunuhnya?" ujar anak buah Doni sambil khawatir.
"Tenang kalian, kita harus cek lebih dulu apa dia mati atau enggak!" ujar Doni sambil berjalan ke arah Purnama yang tertungkul kebawah.
Saat Doni akan melihat wajah Purnama, seketika Purnama bangun dan mengagetkan Doni dan anak buahnya. Saat bangun dia terlihat sangat marah, tatapannya sangat tajam dan membuat Doni menggigil ketakutan.

"a apa itu? " Ucap Doni sambil bergemetar.
Semua ketakutan melihat Purnama saat itu, lalu Purnama pun langsung menyerang mereka berlima dan.. Buk! Buk! Kreek! Kreek!. Perlahan Purnama bangun dia melihat Rini dihadapannya.

"Syukurlah kamu siuman ." Ucap Rini sambil tersenyum.
"Rini juga untung saja kamu baik-baik aja" ucap Purnama.

Dia pun melihat sekitar berusaha mencari Doni dan ternyata, Doni dan keempat anak buahnya telah babak belur. Baju mereka yang putih berubah menjadi merah karena darah dari hidung mereka. Mereka semua tergeletak tanpa bisa apa-apa, Purnama kaget dia tidak percaya kalau saat dia tidak sadar dia telah melakukan ini kepada Doni dan anak buahnya sampai separah ini.

Breaker : Time Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang