jalan-jalan

106 5 0
                                    

Setelah menyantab makanan yang dibeli oleh Lucas dan Haechan, kini keluarga Papah Kim mau keluar jalan-jalan, mencoba mobil anyar. Mobil anyar tapi second.

"Pah . . Rep nengdi?" tanya Haechan.

"Jalan-jalan nChan, nyoba mobil." jawab Papah Kim, "melu ura? Po neng ngomah dewean?" (Ikut ga? Atau dirumah sendirian)

"Yo melu pah . . . Mosok nChan ditinggal neng ngumah dewe." ( ya ikut pah . . . Masak nChan ditinggal dirumah sendirian)

"Yo wes . . ndang mlebu mobil!" Perintah Papah Kim, ( ya udah . . Buruan masuk mobil )

"Gendong Pah." Haechan mengulurkan tangannya, supaya Papah Kim menggendongnya.

"Woalah . . . Cah gede gendongan." gerutu Papah Kim. ( woalah . . . Dah besar, masih minta gendong )
Papah Kim - pun menggendong anak bontotnya, menuju depan. "Gyu . . Jo lali lawang e dikunci!" ( Gyu . . Jangan lupa pintunya dikunci )

Keluarga Papah Kim kini sudah berada didalam mobil. Mingyu yang menyetir mobilnya, Papah Kim duduk disebelah Mingyu, sedangkan Lucas duduk berdua bersama dengan Haechan dibelakang.

"Pah, . . Kemana nih?" tanya Mingyu.

"Sakarepmu Gyu." Papah Kim memberi perintah.

"Ke gunung aja ya Pah, ada festival lampion disana."

Usul Mingyu disambut antusias oleh kedua bocah Kingkong yang duduk dibelakang. Papah Kim hanya mengangguk setuju dengan usul anak sulungnya.

Mobil segera meluncur kearah utara, kearah pegunungan. Meski hari sudah berganti malam, karena festival lampion hanya dibuka jika sore hari.
Hawa dingin berhembus menerpa kulit wajah dan tangan yang tidak terlindung pakaian.

"Ademmm. . ." keluh Mingyu begitu membuka pintu mobil, ia segera merapatkan jaketnya.

"Pah. . . nChan seng gendong sopo?" tanya Haechan pada sang Papah.

Papah Kim menoleh pada Haechan, lalu beralih memandang Mingyu dan Lucas. "Piye? Gelem gendong nChan Gyu, Cas?" ( gimana? Mau gendong nChan?)

Keduanya menggelengkan kepalanya, "Emoh Pah, nChan abot." jawab Lucas, disetujui oleh Mingyu. ( ga mau Pah, nChan berat.)

"Yowes nChan tinggal neng mobil wae, Papah yo wegah gendong nChan." sahut Papah Kim. ( ya sudah, nChan ditinggal do mobil aja, Papah juga ga mau gendong nChan.")

"Yowes, tinggal wae nChan, nChan ngrepoti kok, nChan nakal," dumel Haechan, kemudian memalingkan mukanya kerah lain. Ngambek mode on.

"Dih . . Gitu aja ngambek, ayok jajan!" ajak Mingyu, kemudian membantu Haechan keluar dari mobil, dan menggendongnya dibelakang.

Kemudian mereka berempat memasuki taman lampion setelah membayar tiket.
Mingyu dan Haechan hanya keliling dekat aja, mengingat Mingyu harus menggendong Haechan yang tidak ringan, maklum Haechan juga jago makan, bisa dipastikan tubuhnya padat berisi.

"Nunggu kene ae yo nChan." usul Mingyu. ( Nunggu sini aja ya nChan). Haechan menggangguk, meski sebenarnya ia juga pengen nyusul Papah Kim dan Lucas berkeliling lebih jauh lagi dan foto-foto.

"Sesok nek wes mari sikile, tak terke ndene meneh." Mingyu tahu apa yang diinginkan Haechan. (Besok kalau sudah sembuh kakinya, tak anter kesini lagi)

Haechan mengangguk lagi, "Bener lo Mas."

"Iyo. . . wes saiki meh jajan opo?" tawar Mingyu.

"Jagung bakar ma wedang ronde aja mas, jagungnya yang pedes." pinta Haechan.

Mingyu menuju pedagang yang berada didekat ia duduk. Ia memesan makanan sesuai permintaan Haechan dan juga keinginan dirinya.

"Sesok sekolah lo nChan." Mingyu berkata sambil memakan jagung bakarnya.

"Kan kaki nChan jeh loro mas." ( kan kaki nChan masih sakit mas) Haechan ngeles. Haechan masih males buat pergi ke sekolah, apalagi nanti ketika di sekolah ia tidak akan bisa kemana-mana, kan ga ada yang gendong.

"Lha opo arep neng ngumah dewe?" ( lha apa mau dirumah sendirian?) tanya Mingyu.

"Lha kan enek Lucas mas neng ngumah." ( lha kan ada Lucas di rumah mas) balas Haechan.

"Sesok Lucas wes mulai sekolah." (Besok Lucas sudah mulai sekolah.) jawab Mingyu.

Haechan mengerucutkan bibirnya, sebel dia disuruh sekolah, bosen dia kalau harus dikelas terus. Tapi Haechan juga ga mau di rumah sendirian, takut. Bingung Haechan tuh.

"Wah lagi maem opo gaes?" ( Wah lagi makan apa?) Lucas tiba-tiba muncul dibelakang Haechan. Bikin kaget Haechan.

"Ngageti wae Cas." ( bikin kaget aja Cas) Haechan semakin cemberut, apalagi jagung yang ia pegang hampir jatuh karena kaget.

"Sori nChan, sengaja." Lucas nyengir. "Pah, aku tumbaske jagung yo." (Pah, aku belikan jagung ya) pinta Lucas pada Papah Jongin.

"Tukuo opo sak senengmu." ( belilah apa yang kamu sukai) balas Jongin.

Lucas-pun dengan semangat empat lima memesan apa yang ia inginkan, dari jagung bakar sampai mie goreng telur. Lucas sangat menikmati moment kebersamaan dengan keluarga Papah Jongin.

"Lho Gyu, arep nengdi?" (Lho Gyu, mau kemana?) tanya Papah Jongin ketika melihat Mingyu meninggalkan bangkunya.

"Enek gebetan Pah, kudu gercep iki." (Ada gebetan Pah, harus gercep ini) sahut Mingyu.

Semua memandang kemana Mingyu pergi, penasaran gimana wajah gebetan Mingyu.

"Wah mbak Wonu." teriak Haechan.

"Lho nChan kenal?" tanya Papah Jongin penasaran.

"Kenal Pah, mbak Wonu kie seng magang neng sekolahanku Pah." ( Kak Wonu itu yang magang di sekolahanku Pah) jelas Haechan. "Ayu to Pah?"

"Iyo, ayu . . . Makane mas mu semangat empat lima." Papah Jongin mengangguk menyetujui omongan Haechan jika gebetan Mingyu itu memang cantik. "Tapi masalahe, mbak e gelem ura karo mas mu?" ( tapi masalahnya, kakak nya mau ga sama kakakmu ) sambung Papah Jongin.

"Lha kui Pah seng meragukan. . ." (lha itu Pah yang meragukan.) Haechan dan Lucas tertawa bersama, membayangkan wanita yang dipanggil Wonu itu menolak Mingyu. Memang adik-adik durhaka yang tidak mau mendoakan kebahagiaan kakaknya.

#

"Lho Gyu . . Rai-mu kok elik banget ngunu kui ngopo? Ditolak karo Wonu opo pie?" ( lho Gyu . . Mukamu kok jelek banget gitu kenapa?ditolak sama Wonu apa gimana?) tanya Papah Jongin yang melihat putra sulungnya kembali dengan wajah muram.

"Jebul e Wonu wes nduwe pacar Pah." ( ternyata Wonu dah punya pacar Pah) jawab Mingyu pasrah. Lucas dan Haechan langsung tertawa mendengar jawaban Mingyu, berarti apa yang mereka pikirkan itu benar.

"Hust . .ora diguyu mas e." ( hust . .jangan diketawai kakaknya)
"Lha Gyu kok ngerti nek Wonu wes nduwe pacar?"( lha Gyu kok tahu kalau Wonu sudah punya pacar?)

"Lha mau dikenalke pacare karo Wonu, jebule Wonu ndene karo pacare Pah." (Lha tadi dikenalkan pacarnya sama Wonu, ternyata Wonu kesini sama pacarnya Pah) cerita Mingyu dengan wajah memelasnya.

"Tikung ae mas." kompor Haechan.

"Iyo mas, sebelum janur kuning melengkung, iyo to Pah." Lucah menambahkan.

Mingyu hanya mendelik mendengar komentar dua saudaranya itu. Ingin rasanya Mingyu menyumpal mulut keduanya dengan sandal.

"Piye Gyu? Seneng tenan ura karo Wonu?" ( gimana Gyu? Suka beneran ga sama Wonu)

"Ya suka banget lah Pah."

"Yowes wani ura nikung?" (Yaudah berani ga nikung?) Papah Jongin ikutan ngompori.

"Wanilah Pah, . ." (Beranilah Pah) Mingyu menjawab dengan penuh semangat karena merasa tertantang.

😂😁












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Apa Dengan Papah KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang