Setelah sekian lama purnama..
Hehe...***********
Kita beranjak keluar kamar, menuju ruang keluarga, mengingat dekorasi ruang tamu masih full decor, untuk persiapan iringan pengantin besok sedang tidak bisa digunakan untuk berbincang santai.
Masih beriringan aku dan Ethan melangkah ke ruamg keluarga. Rumah kedua orang tua ku ini tidaklah besar seperti rumah gedong pada umumnya. Meskipun keluarga dari ayahku adalah orang yang berasal dari kalangan berada, tidak serta merta membuat ibu ku menjadi seseorang yang panjat sosial. Mereka tetap hidup dengan sederhana, dan mendidikku seperti itu juga.
Kami duduk santai berhadapan dengan ayah dan ibu ku. Menyunggingkan senyuman untuk mereka, dan mereka pun membalasnya.
"sini anak ibu.. Ayah sama ibu mau menjelaskan semuanya dari awal ya.. Maaf telah membuat mu membebani dengan permintaan kita yang mendadak."
Aku pun tersenyum mengakuinya.Ayahku menggenggam lembut tangan kananku, dan berdehem pelan.
"Sebelumnya kamu sudah tahu bukan bahwa nama suamimu adalah Ethan." aku menggangguk.
"Ethan ini sebenarnya adalah mahasiswa ayah dulu. Umur Ethan yang saat itu hanya terpaut 13 tahun dengan ayah membuat kami akrab. Tapi tentu saja kita sangat profesional saat di kampus sebagai dosen dan mahasiswa." tangan ibu ikut meraih tangan yang dipegang ayah bergantian, meremas lembut sebelum ayahku melanjutkan perkataannya.
"Saat kamu berusia 12 tahun, kelas 2 SMP ya bu, Ethan ini ingin meminang kamu. Tentu saja ayah menolak, mengingat umurmu yang masih sangat belia. Dan kami sempat bersitegang, hingga tahun berikutnya ayah mendengar bahwa Ethan menikah." aku menatap Ethan di sebelahku dan dia tersenyum padaku.
"Ayah akhirnya bersikap biasa lagi pada Ethan, karena ayah pikir dia sudah melupakan niat nya untuk meminangmu. Haha.. Ternyata ayah salah. Setahun yang lalu tiba-tiba Ethan mendatangi ayah di Kampus, dan berkata 'Maaf mas Ibnu, saya pikir saya sudah melupakan Liora, tapi 2 minggu yang lalu saya tidak sengaja melihat Liora dan sangat mengganjal di hati saya selama 2 minggu itu untuk tidak memikirkan Liora.' Ayah yang terakhir mendengar kabar bahwa dia sudah menikah pun menolak mentah-mentah permintaan Ethan, seburuk-buruknya ayah, ayah tidak mau anak ayah menjadi maduan lelaki lain. Namun Ethan menjelaskan bahwa setahun setelah pernikahannya dia bercerai, permasalahan apa itu biarkan Ethan yang akan menjelaskannya padamu. Dan selama setahun belakangan ini Ethan sudah membuktikan kesungguhannya untuk bersamamu. Dan akhirnya kami menerima lamaran yang ketiga kalinya Ethan. Maafkan ayah dan ibu yang tidak menceritakan semua ini dari awal, nak." Ayah menundukkan wajahnya sedih. Tak sampai hati aku bila marah dengan keputusannya yang menurut beliau itu baik untukku.
Selama ini ayah dan ibu selalu memberikan keputusan padaku, semua yang aku putuskan selalu diterima baik oleh mereka. Dan kali ini apa salahnya jika aku yang menerima keputusan mereka.
Bukankah begitu seharusnya?Setidaknya itu yang aku pikirkan selama sebulan hingga sampai pada satu kejadian yang sangat tidak disangka-sangka. Yang menjadikanku wanita yang rapuh dan hilang arah.
"ayah, ibu.. Dari awal Liora menerima keputusan ayah dan ibu tanpa gugatan juga Liora tau dampak nya. Liora bener-bener percaya sama keputusan ayah dan ibu untuk masa depan Liora kali ini." aku tersenyum melirik ke arah pria diaampingku yang baru saja resmi menjadi suami ku.
'Tentu saja ketampanan Ethan adalah jackpot yang aku terima sendiri' lanjutku dalam hati."Baiklah jika begitu, ayah bersyukur memiliki anak hebat seperti Liora." ayahku mengelus sayang puncak kepalaku. Membuatku meleleh dengan kasih ayah seperti ini. Membuatku selalu menjadi Daddy's little girl seterusnya.
"Tapi sekarang surgamu bukan lagi pada ibu dan ayah, nak. Surgamu ada di sebelah mu sekarang. Ibu dan ayah hanya menjadi ladang pahala untuk kalian." ucap ibu sambil mengelus dan memelukku.
Seusai acara ijab tadi sebenarnya aku sudah melakukan ruwat sungkem. Dan saat acara sungkem itu aku tidak begitu emosional, aku masih bisa menjaga sikap yang santun. Tapi entah kenapa saat ini yang paling menggetarkan hati. Mengoyak segala emosi yang tersimpan beberapa hari terakhir, saat ayah memintaku untuk menikah dengan lelaki tua pilihan ayah.
Saat itu aku yang ingin berontak tidak kuasa melihat pengorbanan ayah dan ibu padaku selama ini.
Yang bisa aku lakukan saat itu adalah mengiyakan segalanya untuk mereka berdua. Bagaimanapun aku percaya keputusan ayah dan ibu tersebut pasti ada alasannya.Ibu dan ayah melepaskan pelukannya padaku setelah bergantian memeluk anak semata wayangnya ini.
Terkadang aku sering mengeluh pada ibu, kenapa aku tidak memiliki saudara yang bisa kuajak bercerita, bertengkar, dan tidur bersama seperti teman-teman sekolahku dulu.
Tapi kata ayah, setelah ibu melahirkanku, ayah tidak mau menambah anak lagi karena kata dokter ibu sudah usia 32 tahun, dan jarakku dengan adikku harus diatas 2 tahun. Tapi mengingat usia ibu yang tidak memungkinkan maka ayah tidak meminta untuk hamil kembali. Mengenang riwayat ibu sebelum hamil diriku, beliau mengalami 3x keguguran."Ya sudah, ibu dan ayah tinggal ke kamar dulu untuk istirahat. Jika kalian masih ingin mengobrol lanjutkan saja, mengingat masih ada yang harus kalian bicarakan. Tapi ingat, jangan terlalu malam tidurnya, kalian harus istirahat dengan cukup mengingat besok adalah hari sibuk yang sesungguhnya. Pagi-pagi Liora harus sudah dirias." Aku mengangguk dan mengacungkan jempol kananku pada ibu, yang disambut senyuman ayah dan ibu, juga kekekahn Ethan.
Aku menoleh ke arah Ethan, "ada yang mau saya tanyakan, mau disini apa di dalam saja?" Menyadari pertanyaanku yang sangat ambigu aku langsung menundukkan wajah. "Shit. Stupid banget sih aku milih kalimat" . Aku melirik kearah Ethan.
"Pfftt.." Ethan tampaknya menahan tawanya, namun segera bungkam ketika melihat aku mulai memberengut dan meninggalkannya sendirian di ruang keluarga. Kulirik dari ujung mataku, dia terbengong dengan wajah merasa bersalah. Aku terdiam dari kikikan ku ketika dia menyusulku kedalam kamar.
"Maaf Li, aku kelepasan." Ethan menggaruk lehernya dengan wajah yang sangat ingin kutimpuk dengan diriku. Eh. Bantal maksudnya.
Hihihi..."Hemm... Oke nggak usah dibahas lagi." Ethan tampak duduk menyamping di atas ranjangku, setelah aku mengijinkannya.
Setelah kupikir-pikir lagi tingkah Ethan padaku tak mencerminkan umur nya yang sebenarnya.
Benar kan?!
Dan aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku, dalam hati."Oke, apa yang mau kamu tanyakan sekarang?"
Ethan menatap wajahku serius. Seketika buyar lamunanku tentang Ethan yang tadi kupikir tingkahnya kekanakan.
Melihat raut Ethan saat ini aku merasakan banyak kupu-kupu berterbangan di perutku."Ekhemm..." aku menetralisirkan rona merah pada wajahku. Menutupi bahwa aku mulai kagum pada sosok tua yang tampan di depanku pada malam pertama kami.
Eh.
Malam Pertama?"Hey.. Are you okay, Li? You're blushing now? Kamu demam?" Ethan menyentuh dahiku dengan punggung tangannya.
"Sumpah.. Gue pengen kabur sekarang juga" batinku berteriak. Tapi aku hanya menepis pelan tangan Ethan dari dahiku.
Kurasakan wajahku tambah memanas saat ini."I'm okay." Jawabku singkat.
############
Hmm...
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya...
Hehehe...
Mau cerita 17+ kah ??