2

288 45 7
                                    



"Berdirilah!" Dengan nada memerintah dia menyuruhku berdiri. Sok sekali, memangnya dia siapa?! Tapi aku malas membuat keributan. Aku berdiri menuruti perintahnya dan...

PLAAK...

Sebuah suara keras memenuhi telingaku. Pipi kananku terasa nyeri. MWO!!! Dia menamparku? Aku memegangi pipiku dan menatapnya sengit.

"Apa maksudmu?!"

.

.

Disclaimer : Seluruh tulisan ini milik saya. Saya hanya meminjam nama-nama orang yang saya cintai ini semata-mata demi kelangsungan cerita.

Happy Reading ^^

.

.

Dia hanya menatapku dengan pandangan mengejek.

"Jadi ini namja yang telah merebut kekasihku? Ck... tidak ada yang menarik, menjijikkan!" Dia menatapku berulang kali dari atas kebawah, dan kembali lagi ke atas.

"Sepertinya kau salah paham." Aku mencoba bersikap tenang. Bagaimanapun aku adalah seorang siswa yang tak pernah sekalipun tercatat berbuat onar di sekolah ini. Apalagi yang dihadapanku ini adalah seorang yeoja, pantang bagiku untuk menyakiti yeoja!

"Hahaha... salah paham? Semua bukti sudah jelas! Kau telah merebut kekasihku! Kau telah berani menemuinya di belakangku! Kau memberinya sebuah gambar jelekmu itu! Kau selalu diam-diam mencuri pandang ke arahnya! Dan kemarin... kau menggodanya agar mau mengantarmu pulang! Gara-gara kau aku jadi bertengkar dengannya. Cih... namja murahan! Menjijikkan!" Dia berekspresi meludah di hadapanku.

Apa-apaan yeoja di depanku ini! Menumpahkan semua kekesalannya pada orang yang bahkan tidak dia kenal, dan mengarang-ngarang sebuah cerita menggelikan seperti ini.

"Tutup mulutmu!" Aku menggeram mencoba menahan emosiku. Tanganku sudah mengepal dengan erat. Jangan sampai aku kelepasan meluncurkan tinjuku padanya.

"Kau yang tutup mulut! Apa kau tak sadar dengan perbuatanmu yang menjijikkan itu! Kau hanya namja miskin, tidak sepantasnya kau menyukai Hanbinie, dia tidak sebanding denganmu!" Dia kembali menyerangku dengan kata-kata tak bermoralnya itu. Aku semakin menggertakkan gigiku, rahangku mengeras, tanganku mengepal dengan kuat. Aku sudah tak bisa menahannya lagi. Aku menerobos gerombolan yeoja memuakkan dihadapanku itu dengan keras. Tak kupedulikan lagi sumpah serapah konyol yang di lontarkan yeoja itu. Apa tadi dia bilang? Murahan? Menjijikkan? Pikiran negatif-nya itu yang lebih murahan dan menjijikkan. Tak sengaja aku menabrak bahu seseorang saat melewati pintu kelas. Aku tak peduli siapa yang ku tabrak tadi. Aku tak peduli siapapun saat ini. Aku hanya butuh sebuah ketenangan. Aku butuh appa yang selalu bisa menenangkanku.

Bahkan aku tak peduli saat sebuah suara yang sangat akrab di telingaku memanggilku.

"Eh, Jinanie. Ya! Kau mau kemana? Sebentar lagi kita masuk!"

Aku tetap melanjutkan langkahku. Aku benar-benar tak peduli.

.

.

Aku mengusap pelan pusara di depanku. Aku sedang berada di makam appa-ku. Satu-satunya hal yang bisa membuatku tenang adalah berbicara dengannya. Meskipun dia sudah tak ada, tapi aku percaya kalau dia mengerti anaknya sedang gelisah.

Because of You! (BinHwan Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang