Prolog

16 2 0
                                    

Hari yang mendung ketika mengawali sebuah kisah pertama kalinya bagi Soobin. Yaa, namanya Choi Soobin. Tinggal di sebuah apartement kecil namun dengan kerja kerasnya, dia berhasil memperoleh beasiswa di salah satu sekolah terkenal Seoul, SOPA (School Of Performing Arts). Merupakan siswa baru kelas 1A.

Seragam warna kuning, dan gagah telah menarik banyak perhatian wanita di SOPA. Rupawan dan tinggi, tak heran sudah jadi ciri khas dari seorang Choi Soobin.

Soobin datang ke kelas dan duduk di kursi paling depan tanpa menghiraukan pandangan banyak wanita yang mengaguminya di belakang. Hanya saja dia sangat malas berurusan dengan wanita.

"hey, boleh minta nomer hp mu gk? Aku cukup terkesan olehmu" ucap salah satu wanita itu.
"..."
Soobin hanya melirik para gadis tak jelas itu. Sambil membuka bukunya.

"ihhhhh, gayanya cool banget, gak apa deh dicuekin. Lama-lama luluh juga dia" bisik gadis itu pada temannya.

Pelajaran pertama dimulai. Pak Namjoon mengawali kelas Bahasa Inggris dengan ceria. Soobin membuka buku dengan gayanya yang khas. 10 menit kemudian, derap kaki yang berlari dan membuka pintu kelas sambil terengah-engah. Tak lain Yuna, dia adalah wanita yang biasa namun sering terlambat.

"maaf pak saya terlambat, boleh saya masuk?" pinta Yuna.
"usahakan aku tak melihatmu terlambat di kelas berikutnya. Jika itu terjadi, jangan pernah kembali ke kelas ku. Sekarang masuk!" tegas pak namjoon.
"terima kasih pak"

Semua melihat Yuna dan berbisik "lihat dia, berantakan dan terlambat. Kayaknya gk malu deh."

Ucapan itu sudah sering Yuna dengarkan, namun bagi dia "bodo amat". Yuna menarik kursinya tepat disebelah sahabatnya Ryujin dan menyiapkan bukunya dengan kesal.
"kebiasaan, telat mulu. Aku udah telfon kirim chat, pasti kamu ketiduran lagi kan? Makanya jangan terlalu capek yahhh..." tutur Ryujin.
"iya iyaaa, eomma kuuu" ucap Yuna sambil tersenyum.

Soobin pov.
Aku liat ada cewek ceroboh yang datangnya telat. Sebenarnya aku tak peduli, namun setelah aku meliriknya seperti aku mengingat sesuatu yang harusnya kulupakan tapi tak ingin kuingat. Tapi ada rasa dimana hatiku mengganjal hal yang penting. Karena terlalu pusing ku mengingatnya, akhirnya aku pasrah dan yaaahh biarkan saja. Lagipula hidup ini tak harus mengingat masa lalu bukan?

Bersambung...

Terimakasih atas apresiasi pembaca, kritik dan saran aku butuhkan biar bisa meningkatkan karya ku ini. Hanya sekedar hobi. Semoga banyak yang suka yaaahh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love is like stigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang