First Meet

156 28 0
                                    

           Nayya buru-buru menyalakan mesin mobil nya. Ia mengejar waktu agar tidak terlambat datang ke kampus.

"Semoga," gumam nya pelan.

***

     Setibanya di kampus, Nayya langsung nyosor ke kelas.

"Nayya!!"

Teriakan itu seolah membuat gendang telinga Nayya hampir pecah. Dan membuat langkah gadis itu terhenti. Nayya menoleh ke arah pemilik suara tersebut.

      Siapa lagi kalo bukan Bella. Ya, gadis cerewet ini memang hobby nya selalu mengagetkan Nayya. Dengan suara cempreng nya yang khas itu.

"Monyet! Bisa ga lo gausah teriak? Tuli gue lama-lama." cerocos Nayya.

     Nyali Bella seketika menciut ketika mendapat tatapan tajam dari Nayya.

"Sorry," kata Bella sembari terseyum tak berdosa.

"Najis!"

"Lo kok gak masuk kelas?" tanya Bella bingung sendiri.

"Gue masih ada waktu 5 menit lagi" jawab Nayya santai.

"Kelas lo sekarang ada jadwal nya pak David kan?"

"Hm,"

"NENG NONG!" teriak Bella tiba-tiba.

"Lo apaan sih!"

"Eh Nay, pak David udah masuk kali daritadi."

"APAA?"

"Lo kenapa gak bilang dari tadi?"

"Lah lo kan gak nanya gimana sih,"

"Shit!"

Nayya melongo tak percaya. Ia menepuk jidat nya sendiri. Sedangkan Bella hanya menahan tawanya ketika melihat tingkah Nayya seperti itu.

"Mampus gue!!" gerutu dirinya pelan.

Nayya ingat sekarang! Bahwa seorang David sangat one-time jika mengenai waktu.

Tanpa aba-aba, Nayya langsung berlari menuju kelas nya. Ia sekarang tak mengiraukan Bella, apalagi makanan.

"NAYYA SIAPIN KUPING LO YA" teriak Bella seolah ingin mengompori sahabat nya itu.

Ntah lah. Menurut Bella, ini sangat menyenangkan.

Tepat di depan kelas, Nayya mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal lagi. Lalu ia membuka pintu dengan hati-hati.

"Kok?"

Nayya memandang ke sekitar ruangan kelas. Tidak ada tanda-tanda pelajaran sudah di mulai.

       Sialin! Ia baru sadar. Ternyata dirinya sedang di kerjai oleh Bella.

"Bellaaaaa!!" teriak Nayya prustasi. Membuat seisi ruangan memandang ke arah Nayya.

"Lo kenapa sih?" ucap salah satu orang yang tak suka dengan teriakan Nayya.

"Eh so—sorry,"

Nayya langsung keluar dari kelas. Lalu ia menuju kantin. Berniat mencari keberadaan Bella. Jika saat ini dia berada di samping nya, Nayya bisa saja membunuh sahabat tengil nya itu.

Tapi, saat hendak melangkah kan kaki nya tiba-tiba,

BRUKK

Nayya menabrak seseorang, yang tak lain adalah dosen nya sendiri. Ya, Bapak David Septian Pratama!

"Aw," ringis Nayya karna lutut nya sempat mencium lantai.

"Kalo jalan pake mata, bukan pake kaki." ujar David datar.

       Bukannya nolongin, pria itu malah ngomelin Nayya.

"Kalo gak ada kaki ya gak bisa jalan!" dengus Nayya. "Bukannya bantuin bangun malah ngoceh gak jelas!" tambahnya.

Lalu Nayya menoleh ke arah suara tersebut. Ia kaget bukan main! Dan langsung berdiri seketika walaupun lutut nya terasa sakit.

"Maaf Dav—eh maksudnya pak David," kata Nayya sambil cengengesan.

"Tidak untuk kedua kalinya," jawab David datar dan tak melirik Nayya sedikit pun.

"Lo–eh bapak gak liat lutut saya jadi biru gini, hah?" kesal Nayya tak ingin kalah. Kini emosi nya memuncak.

"Terus ini salah saya, gitu?"

"Iyalah!"

"Kalo saya yang nabrak kamu kenapa kamu yang minta maaf?" jawab nya lagi. Dan jawaban nya pasti selalu logis.

"Susah ya bicara sama orang pinter kaya bapak David. Selalu aja punya alasan yang tepat,"

"Sudah lah, lupakan."

Sebenar nya Nayya paling malas kalo harus menyebut David dengan embel-embel bapak.

       Tapi harus gimana lagi? Ah sudah lah. Nayya hanya pasrah.

"Jadi ini rasanya jatuh cinta pandangan pertama?" gumam nya pelan.

"Kenapa senyum-senyum gitu? Ada yang salah dengan pakaian saya?" tanya David heran.

       Nayya terus saja memamerkan senyuman nya itu. Dan amarah nya seketika turun seratus delapan puluh derajat.

"Muka bapak," ucap Nayya sembari menatap bola mata indah milik David.

"Memang nya kenapa?" tanya nya lagi masih tak mengerti.

"Ganteng pak! Saya suka," jawab Nayya spontan.

       David terdiam,

"Ya, saya akui itu. Dan saya sudah sangat bosan melihat nya," ujar nya datar.

Nayya memutar bola matanya. Ia bingung harus merasakan apa. Disisi lain dirinya sangat senang bisa berpapasan langsung dengan orang yang ia suka. Tapi disisi lain pun ia malu karna pertemuan pertama nya merasa kurang tepat.

Nayya menatap David sekilas, kemudian berniat pergi dari hadapan nya.

      "Tunggu," ucap David dingin dan membuat langkah Nayya terhenti.

"Ke—kenapa ya pak?"




27 Januari 2019.

Dosen ku, Kekasih kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang