Ketika Kim Taehyung datang membawa setangkai bunga yang penuh dengan duri dan melukai Yoo Youngjae, Yoo Youngjae memutuskan untuk meninggalkan Haneul Jib.
Ketika Yoo Youngjae pergi, Yoo Kihyun memutuskan untuk pergi. Dan ketika Yoo Kihyun pergi, Min...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Note : Ada bagian yang ditambahkan di bagian akhir.
'Dia seperti salju. Begitu dingin namun sangat lembut, membuatku tidak ingin melepaskannya. Seperti salju yang akan meleleh saat musim semi datang, mereka pun juga bisa hancur. Aku ... ingin menjadi musim dingin yang bisa menjaga mereka' Keinginan kecil Kim Taehyung.
•••••••••••••••••••••••
Geochang, South Korea.
Musim dingin di bulan desember, puncak terdingin tahun ini datang membekukan segalanya. Bahkan hampir semua tempat diselimuti oleh salju putih. Jalanan, atap rumah, halaman dan bahkan tumbuhan, jatuh dalam rengkuhan kelembutan salju dingin yang semakin tebal dari waktu ke waktu.
Dua pemuda Kim dan satu wanita paruh baya tampak berada di dalam sebuah bangunan yang terlihat sederhana namun begitu damai dengan berlantai kayu. Menghindari salju yang turun satu persatu di luar sana. Tampak satu pemuda Kim berjalan paling depan dengan membawa sebuah guci berpenutup kain putih di tangannya yang juga memakai sarung tangan putih. Dia memegang guci tersebut seakan tengah memeluknya. Hingga langkah keduanya terhenti tepat di sebuah ruangan yang begitu hening dengan penerangan yang minim, di mana terdapat rak kayu yang hampir memenuhi ruangan dengan beberapa guci dan sebuah foto di depannya yang berjajar rapi diantara rak-rak tersebut.
Pemuda Kim pertama melangkahkan kakinya, meninggalkan pemuda Kim kedua dan juga seorang wanita paruh baya di belakangnya. Perlahan, tangan yang terlihat begitu berat tersebut terulur ke depan dan menaruh guci di tangannya ke salah satu rak yang kosong tepat di hadapannya. Bahu tegap dan tatapan dinginnya seakan ingin mengingkari air mata yang baru saja menetes dari sudut matanya.
"Mohon, jangan cemaskan apapun dan beristirahatlah dengan nyaman di sini. Sudah membesarkan aku sampai sejauh ini, aku ucapkan terima kasih ... ayah."
Pemuda Kim pertama mengakhiri kalimatnya dengan seulas senyum yang berhasil meruntuhkan tatapan dinginnya beberapa waktu lalu.
"Aku pergi sekarang," ujarnya kembali.
Pemuda Kim pertama kemudian berbalik dengan raut wajah dan tatapan yang telah kembali menjadi dingin seperti sebelumnya ketika ia melakukan kontak mata dengan pemuda Kim kedua yang berdiri di samping sang wanita paruh baya yang tertunduk dan seperti tengah menangis tanpa suara.
Seakan tak ingin berlama-lama melakukan kontak mata dengan pemuda Kim pertama, si pemuda Kim kedua segera mengalihkan pandangannya dan berjalan mendekati wanita paruh baya tersebut. Pemuda Kim pertama kemudian memegang kedua bahu sang wanita paruh baya dan memutar tubuh wanita itu dengan lembut. Menuntun langkahnya yang begitu lemah meninggalkan ruangan tersebut beserta pemuda Kim kedua yang masih mematung di tempat yang sama.
Keduanya berjalan menuju pintu keluar. Namun, wanita paruh baya tersebut menolehkan kepalanya ke belakang ketika menyadari sesuatu yang janggal. Dan langkah keduanya terhenti tepat di atas tangga ketika sang wanita paruh baya tersebut menyadari bahwa pemuda Kim kedua tidak mengikuti mereka. Dia memegang tangan yang berada di bahunya dan mempertemukan pandangannya dengan sang pemilik punggung tangan tersebut.