BAB I : Hari Dimana Aku Mati

166 32 28
                                    

14 Januari 2019

        Ballroom sebuah hotel nampak cantik didekorasi serba putih dan coklat muda. Bagian dinding dihiasi dengan foto pra-wedding dan karangan bunga berisi ucapan selamat atas pernikahan mereka.

        Melyandini, biasa dipanggil Mel, nampak anggun mengenakan kebaya putih bercorak bunga berwarna coklat muda, ditambah samping bermotip batik Sukapura khas Tasikmalaya yang sangat elegan.

        Sebentar lagi akhirnya ia akan menjadi istri dari Dosen salah satu universitas ternama, Aldhan Alviansyah yang sudah memacarinya selama 10 tahunan. Terlepas dari masa lalunya yang seperti apa, namun Mel sangat bahagia berhubungan dengan Aldhan.

                            🍀🍀🍀

        Seorang pria mengenakan batik menuju barisan tamu undangan yang mengantri untuk menanda tangani kehadiran mereka. Ia disambut ramah oleh pagar ayu yang kelihatannya masih berusia anak SMA.

        "Halo, Kak, selamat datang. Silahkan diisi daftar hadirnya, Kak," sapanya seraya menunjukkan buku tamu.

        "Iya," balasnya.
Ia pun menuliskan namanya. 'Daniar Kenzi Permana'. Setelah selesai menuliskan namanya, ia tak segera masuk ke dalam ballroom.

        Matanya secara tak direncanakan ingin melihat pajangan foto pra-wedding kedua mempelai disekitar pintu masuk. Daniar melihat dari foto diujung.

        Foto pertama, Mel dan pria itu saling bertatapan mesra mengenakan gaun kebaya berwarna coklat dengan latar disebuah taman bunga. Foto kedua, masih ditempat yang sama, mereka berpose seolah berlari bergandengan tangan. Foto ketiga, sekarang mereka mengenakan pakaian sederhana namun berlatar disebuah danau sedang mendayung perahu berdua diatasnya.

        Setelah melihat foto-foto mereka, nampaknya hatinya sudah tak sanggup untuk melanjutkannya lagi. Terlalu sesak dan berat. Daniar memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan. Tak sengaja Daniar menabrak seorang pria mengenakan jas serba hitam dan mengenakan kaca mata hitam.

        "Maafkan saya," ujar Daniar seraya sedikit menundukkan wajahnya.

        Pria yang ditabraknya barusan hanya melihat dirinya sambil tersenyum, entah maksudnya apa. Daniar jadi geli dan buru-buru pergi meninggalkan pria aneh itu.

        Pria itu kini melihat jam tangannya, "Ah, ternyata dia, ya? Hanya tinggal beberapa jam lagi," gumam pria tersebut.

                            🍀🍀🍀

        Suara musik kecapi dan suling yang merupakan musik tradisional Sunda terdengar merdu ditelinga. Pengantin wanita berjalan pada karpet merah bersama Papanya. Di atas panggung resepsi mempelai pria menunggu. Semua tamu undangan bertepuk tangan meriah menyambut sang pengantin wanita.

        "Eh, Mel cantik, kan?" Delsan, sahabat Daniar menyikut lengan Daniar. Daniar mengangguk setuju.

        "Andai saja lo yang disana, Dan," celetuknya lagi. Daniar terusik dengan celetukkan Delsan barusan.

        "Diem lo, berisik!" omel Daniar.

         Kedua mempelai sudah berada diatas panggung dan berdiri berdampingan. Kemudian mereka duduk menghadap Bapak penghulu.

        "Baiklah, kita mulai acara resepsi pernikahannya. Bismillahirrohmaanirrohiim. Saya bertanya kepada mempelai pria. Apakah saudara Aldhan Alviansyah bin Malik Jamil telah siap untuk membangun rumah tangga bersama dengan calon istri Anda?" tanya Bapak Penghulu.

Mel & DaniarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang