"Arin."
Tidak ada jawaban.
"Rin... Pstt."
Same, nothing answer.
"Heh, anaknya Mang Burhan!" sentak Galen yang refleks membuat Arin menoleh dengan mata membola.
"Gausah bawa-bawa nama Bapak gue. Lagian lo tahu darimana nama Bapak gue, hah?!"
"Eh, padahal itu nama Bapak gue juga! WOW! Kok bisa samaan?! Bukankah kita jodoh?!"
"Sialan," desis Arin, lantas kembali sibuk mencatat hasil diskusi.
"Rin, gue mau nunjukkin sesuatu sama lo."
Lagi, Arin memilih enggan menjawab.
"Aku udah desain undangan pernikahan kita."
Wajah Arin spontan memerah mendengarnya. Cukup sudah dengan main-main, dia berniat untuk memukul kepala Galen sekarang juga, sebelum--
"Mau liat ga? Nih." Galen menyodorkan handphonenya, memperlihatkan apa yang ia sebut desain.
"Bagus kan?! BUAHAAHAHAHAHA!"
BRUK! BLETAK!
"Terkutuklah lo jadi siamang, Galen sialan!"
...
Aku bikin cerita baru RONDALONA
Bisa di cek di work aku
Mampir ya...