Fiksi

233 22 31
                                    

Tubuh Araya gemetar hebat saat melihat sesuatu yang sangat indah itu berada di depan mata, ia tak pernah membayangkan ini sebelumnya bahkan berani berharap saja belum pernah, dan kini ia berada disini, ditempat ini, dengan seorang laki-laki yang menggenggam erat tangannya.

"Frenzy..." Ia bergumam pelan, ia tak tahu harus berkata apa lagi, ini benar-benar sangat indah. Laki-laki itu tersenyum kecil kemudian membelai rambut Araya lembut, "Kamu suka bukan?"

"Ini sangat indah! Benar-benar indah! Aku suka ini!" Gadis itu melepaskan genggaman tangan Frenzy kemudian berlari mengelilingi taman bunga indah itu, taman bunga sebenarnya memang biasa saja bagi kebanyakan orang tapi, tidak bagi Araya ia belum pernah melihat hamparan bunga seindah ini, apalagi ia melihatnya pada malam hari dan ditemani oleh cahaya bulan seperti ini. Ini benar-benar seperti mimpi baginya.

"Whoaaa!!! Ini keren sekali!!" Serunya ia menciumi bunga-bunga itu satu per satu meneliti warna-warnanya dan menyentuhnya perlahan. Gaun biru yang dipakainya berterbangan, rambutnya yang kecoklatan semakinberwarna indah ditengah cahaya bulan menambah kecantikan gadis itu.

"Sudah puas?" Tanya Frenzy sambil melipat tangannya di dada, Araya menatap cowok itu lekat-lekat dengan tatapan yang sulit dijabarkan dengan kata-kata tak lama kemudian ia berlari kencang dan tenggelam dalam rengkuhan laki-laki itu.

"Terimakasih banyak," Ucapnya sambil tersenyum "A...aku... mencintaimu... sangat mencintaimu," Katanya dalam kehangatan pelukan laki-laki yang sedang memeluknya.

"Ini untukmu, Araya... kamu suka bukan? Kamu bisa pergi kesini kapanpun kamu mau," Ucap Frenzy sambil melepaskan pelukan Araya "Sekarang saatnya untuk pulang." Frenzy menarik lengan gadis itu.

"Tidak mau, Frenzy! Aku ngak mau pulang!" Araya menyentakkan tangan Frenzy kasar.

"Araya..." Frenzy membelai lembut rambut indah gadis itu sambil menatapnya penuh dengan kasih sayang "Ayahmu akan khawatir..." Lanjutnya.

"Tidak!! Aku ingin hidup denganmu, Frenzy! Lupakan ayah, ibu, atau siapapun yang menyebalkan!" Air mata mulai mengalir dari mata indah gadis itu "Ayah tak akan mengizinkanku pergi kesini..." Lanjutnya sambil sesenggukan.

"Aku mencintaimu, Araya," Ucap Frenzy seraya menenangkan gadis itu "Tapi... cara yang paling tepat adalah mengembalikanmu pada orangtuamu, hanya itu..." Frenzy merengkuh Araya hangat sambil membelai rambut gadis cantik itu.

"Aku tidak bisa hidup dengan mereka, Frenzy... Tidak akan!" Tangisan Araya semakin keras, dan Frenzy hanya membelai rambut gadis itu hangat seraya mengeluarkan kata-kata yang menenangkan.

"Frenzy... Jangan tinggalkan aku dengan mereka! Mereka itu kejam!!" Jeritnya keras sambil tetap menangis dalam pelukan Frenzy.

"Aku mengerti, Araya sayang... bagaimana jika kita pergi ke rumah pohonmu dan bermalam disana malam ini?" Tanya Frenzy hangat dan disetujui oleh Araya. Frenzy menggenggam tangan Araya dan membawanya berjalan menjauhi taman bunga malam indah itu, mereka menyusuri jalan dan sampai ditempat yang sangat berarti bagi Araya, tempat sebelum ayahnya menjadi kaya, tempat sebelum ibunya menjadi wanita karir 'Rumah Pohon' yang dibuat saat Araya masih kecil, yang dibuat penuh kasih sayang bukan penuh harta.

Araya menaiki tangga rumah pohon itu satu persatu kemudian diikuti oleh Frenzy. Araya kemudian menatap deretan foto yang berada di dinding rumah pohon sederhana itu, terlihat fotonya waktu berusia tiga tahun sedang tersenyum diatas anak tangga rumah pohon itu, foto saat ia dan kedua orangtuanya pertama kali naik ke rumah pohon dan banyak foto bersejarah lainnya.

"Mereka menyayangimu, Araya..." Ucap Frenzy meneduhkan.

"Aku ngak ngerti kenapa sekarang mereka lebih memperhatikan perusahaaan dibanding anaknya sendiri?" Ucap Araya sambil memandangi foto-foto itu satu persatu "Lebih baik hidup melarat daripada seperti ini," Gumamnya smabil tertawa kecil.

FiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang