Satu

36 3 0
                                    

Azka menguap lebar ketika telah sampai di depan pagar sekolah barunya. Ia mengedarkan pandangan meneliti bangunan yang tidak terlalu megah itu. Tembok bercat merah yang mulai pudar, pagar besi yang sudah keliatan berkarat. Dan sebuah pos satpam di dalam sana. Yang atapnya juga sedikit berkarat.

Azka menghela nafas sambil mengucek matanya pelan. Bagaimana bisa papanya memindahkannya di sekolah seperti ini. Rasanya Azka tidak punya semangat sekolah hanya karena memandang bangunan didepannya ini.

Ia jadi menyesal karena sudah mengabaikan ancaman papanya untuk memindahkannya sekolah. Azka kira itu hanya sebuah ancaman belaka, bahkan Azka terkejut ketika mengetahui surat kepindahannya sudah ada ditangan Papanya.

Azka tidak berniat masuk sama sekali. Ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Sudah jam 08.00, pantas saja pagar sekolah ini sudah terkunci dan tidak ada lagi siswa-siswi yang lewat. Rupanya Azka terlambat. Ia berniat untuk bolos saja. Hari ini Azka belum siap sama sekali untuk pindah sekolah. Bayangkan, baru tadi pagi papanya memberitahunya! Kurang mendadak apalagi itu!

Lagi. Azka menghela nafas kesal. Baru saja ia akan berbalik pergi. Seorang Cewek berlari tergopoh-tergopoh didalam sana, rupanya Cewek itu menuju pos satpam.

"Pak Jono! Pak!"

Seorang satpam yang sudah berumur beranjak dari tempat duduknya. "Ada apa Selena?"

"Pak, saya izin pulang sebentar ya. Buku PR saya ketinggalan. Saya sudah izin sama bu Niken kok." Kata Cewek itu.

Pak satpam itu terlihat berfikir sebentar kemudian mengangguk. "Ya sudah, jangan terlalu lama."

Cewek itu tersenyum manis. Kemudian memberi hormat kepada Pak Jono.

Pak Jono berjalan membukakan gerbang untuk Cewek itu. Mereka berdua belum sadar dengan keberadaan Azka. Selena keluar dengan terburu-buru. Ia hanya melirik sesaat ke arah Azka.

"Kamu terlambat ya? Sepertinya saya baru lihat kamu. Anak baru ya?"

Mulut Azka terkatup cepat saat mendengar pertanyaan dari Pak Jono. Azka sampai tak sadar jika Pak Jono sudah berada didepannya. Sedari tadi mulut Azka terbuka sedikit karena melihat Cewek cantik ada di sekolah ini. Apalagi melihat mata indah itu. Astaga Azka jadi lupa kalau ia tidak ingin pindah sekolah.

Azka berdehem sebentar. "Iya pak. Saya Azka. Pindahan dari SMA Kesuma Bangsa. Baru pindah hari ini pak."

"Kalau begitu, mari saya antarkan ke ruang guru."

Azka mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki pak Jono. Azka tak henti-hentinya membayangkan wajah Cewek itu. Siapa tadi namanya? Selena? Dari nama saja sudah cantik. Sepertinya Azka jatuh cinta pandangan pertama.

***

"Perkenalkan nama saya Azka Primaja Hardinata. Pangil saja Azka. Umur saya 17 tahun. Saya pindahan dari SMA Kesuma Bangsa."

Semua mata tertuju padanya. Tidak ada satupun yang bersuara. Bukan karena tidak tertarik sama sekali dengan Azka. Karena yang mendampingi Azka perkenalan adalah Bu Yosi, guru paling killer di sekolah ini.

Azka mengernyit heran melihat orang-orang didepannya. Duduk tegap, mata memandang lurus kedepan, tangan disilangkan diatas meja, dan bibir yang sedikit melengkung keatas. Kurang rapi apalagi kelasnya ini.

"Baiklah. Ada yang ditanyakan?" Kata Bu yosi memecah keheningan.

Serempak mereka menjawab tidak dengan posisi yang sama.

Azka menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Ia menoleh ke arah Bu Yosi. Berharap sesi perkenalan ini sudah usai dan ia diperkenankan untuk duduk.

HOPE'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang