MOS (Day 1) 3.0

199 33 18
                                        

07.28 a.m.

"OH BAGUS YA KALIAN JAM SEGINI BARU SAMPAI. KE MANA AJA KALIAN DARI TADI?"

"Eh, itu tadiㅡ"

"Maaf bang, tadi aku minta Seongwoo temanin aku makan di kantin soalnya belum makan dari semalem."

Iya, yang tadi diomelin itu Seongwoo sama Daniel yang baru sampai ke lapangan 2 menit sebelum acara MOS mulai. Diomelin sama Jisung mereka karena mereka kan harusnya menjadi contoh yang baik buat adik-adik kelas dengan datang awal bukan mepet waktunya!

"Halah tak usah bual lah kau Niel. Pasti kau sama Seongwoo ke kantin karna Seongwoo yang belum makan kan? Udah hafal aku sama kelakuan kalian tuh," Jisung mengibaskan tangannya mengusir mereka agar segera ke bagian mereka masing-masing karena acara sudah mau dimulai.

"Oops," Daniel menggandeng Seongwoo menuju ke bagian panitia sambil tertawa bersama.

Sudah merupakan rahasia umum kalau Daniel dan Seongwoo adalah satu kesatuan. Kalau ada Daniel maka juga harus ada Seongwoo, begitu juga sebaliknya. Kenapa harus begitu? Tanya Daniel! Dia yang selama ini membuntuti Seongwoo semenjak ia bebas dari rahim mamanya. Untung Seongwoo juga tidak pernah protes.









07: 37 a.m.

Saat Seongwoo sedang asik menata barisan anak X IA 2 yang akan menjadi anaknya selama seminggu tiba-tiba saja salah satu anaknya yang paling tinggi mengangkat tangannya. Ah, dia yang dari tadi dilirik anak-anak yang lain karena ketampanannya dan tinggi badannya yang sungguh terlalu untuk anak kelas sepuluh. Itu katanya Sungwoon, temannya yang juga merupakan panitia MOS.

"Ya? Kenapa Guanlin?" Seongwoo menghampiri Guanlin yang tampaknya sedikit pucat.

"Maaf kak, kakak punya minyak aromaterapi? Kalau ada boleh pinjam?" Guanlin menggaruk tengkuknya canggung. Guanlin bukan canggung soal minta bantuan. Dia terkejut karena Seongwoo yang manisnya sungguh luar biasa jika dilihat dari jarak sedekat ini. Dia kan jadi grogi kalau dihadapkan dengan manusia semanis ini! Jangan beritahu Daniel ya tapi nanti Daniel marah!

Seongwoo langsung mengeluarkan minyak aromaterapi yang selalu ia simpan di saku celananya, "Kamu sakit? Pusing? Mau istirahat dulu aja?"

Guanlin menerima minyak aromaterapi yang disodorkan Seongwoo dan langsung mengoleskannya di pelipisnya, "Dikit aja pusingnya soalnya tadi pagi aku gak sempat sarapan."

"Ya ampun jadi kamu belum makan? Gak boleh gitu dek. Ayo ikut dulu sini sama kakak," Seongwoo menggandeng tangan Guanlin menuju tempat duduk para panitia di depan.

Kalau dari tadi kalian bertanya Daniel di mana, dia sedang sibuk tebar pesona bagi anak kelas X IS 1 yang merupakan tanggung jawabnya untuk seminggu ke depan. Kenapa tidak mengurus anak X IA 2 bersama Seongwoo padahal mereka kan sepaket? Itu karena Jisung yang memisahkan mereka mengatas namakan kesucian mata anak-anak baru dari pasangan yang sering mengumbar kemesraan tanpa tau malu. Kalian pikir Daniel tidak protes? Tentu dia protes! Tapi Seongwoo bilang dia setuju dengan Jisung lalu Daniel bisa apa.

Tapi Daniel melihat Seongwoo sedang menggandeng tangan anak baru yang tingginya setinggi angan-angan untuk bertemu bias itu ke depan dan mengerutkan keningnya tidak suka. Siaga 1.

"Kenapa?" Daniel berlari menghampiri Seongwoo dan anak baru itu. Ia perlahan menarik Seongwoo kesebelahnya yang otomatis membuat gandengan tangan dua orang itu terlepas.

Seongwoo menoleh pada Daniel dan kembali mendudukkan Guanlin di salah satu kursi. Ia memijit pelan pelipis Guanlin dan pipi Guanlin sedikit bersemu karena diperlakukan begitu oleh Seongwoo.

"Daniel kamu ke kantin tolong beliin roti sama teh hangat ya? Ini Guanlin pusing katanya belum sarapan," Seongwoo memohon pada Daniel. Bukannya apa, dia hanya takut Guanlin pingsan soalnya dia juga pernah lupa sarapan lalu pingsan apalagi acara MOS akan berlangsung sampai sore dan jam istirahatnya masih lama.

Daniel diam memperhatikan Seongwoo yang memijit pelan pelipis Guanlin dan mengepalkan tangannya. Siaga 2.

"Niel?" Seongwoo memanggil Daniel yang hanya diam melihatnya dan Guanlin.

Daniel ingin melarang Seongwoo untuk memijit Guanlin tapi itu juga hal yang biasa ia lakukan pada Seongwoo bila ia pusing. Pasti Seongwoo hanya khawatir pada Guanlin dan ingin membantu. Tapi entah mengapa ia sangat kesal saat ini melihat Seongwoo melakukan hal yang sama yang ia lakukan untuk dirinya pada orang lain.

Guanlin juga ikut menatap Daniel yang tatapan tajamnya serasa menikam Guanlin berkali-kali. Guanlin lagi pusing, dia gak ngerti kenapa kakak panitia yang ini liatin mereka berdua sebegitunya. Apa dia marah diminta tolong untuk ke kantin?

"Iya. Aku ke kantin dulu," Daniel langsung pergi meninggalkan Seongwoo yang kini duduk di sebelah Guanlin.

"Makasih ya Niel," Seongwoo tersenyum pada Daniel tapi sayangnya Daniel sudah keburu membalikkan badannya dan berjalan pergi.

"Daniel kenapa sih?" Seongwoo bergumam sambil melihat Daniel sedang mengambil dompetnya di tas yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Seongwoo membaringkan Guanlin sehingga kepala Guanlin sekarang berada di paha Seongwoo, "Kamu baringan dulu aja sambil nunggu Danielnya balik ya."

Guanlin sih iyakan saja. Kata mamanya rezeki gak boleh ditolak. Ia balas tersenyum pada Seongwoo, "Iya kak, makasih ya."

Tidak tahu saja mereka masih diperhatikan seoknum beruang yang sedang terbakar emosi dan anak-anak baru lainnya yang bisa melihat daerah tempat duduk panitia di depan. Barisan anak-anak baru itu sibuk heboh berbisik-bisik sambil diam-diam mencuri pandang pada Seongwoo, sang kakak panitia manis, dan Guanlin, si anak baru tampan yang tinggi. Beruang tentu semakin emosi dengan keadaan ini. Siaga 3.

PARTNER || ONGNIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang