BAGIAN 1

59 16 33
                                    

wrn! typo(s).


Hari Senin. Adalah hari yang ingin sekali Rena hindari kehadirannya. Hari yang selalu menciptakan kesialan untuknya. Upacara bendera yang menurutnya sangat membosankan. Harus berpakaian rapi lah, harus diam lah, dan sebagainya. Juga di hari Senin, mata pelajaran di kelasnya-kelas XI S 4- bukanlah pelajaran kesukaannya. Bahasa Inggris, Ekonomi, Matematika dan Sejarah Indonesia.

Matematika. Mungkin bagi sebagian murid dari SD, SMP, SMA/SMK, adalah pelajaran paling membosankan. Termasuk Rena. Bagi Rena, Matematika bisa diibaratkan 'gebetan tak sampai', karena otak Rena tak sampai jika mempelajari mapel itu.

Apalagi Sejarah. Rena akan tertidur dan menjadikan materi Sejarah yang disampaikan oleh guru laki-laki berumur empat puluh tahunan itu sebagai dongeng pengantar tidur. Untung saja guru itu rabun. Dan sangat jarang sekali jika mengajar, ia memakai kacamatanya. Bisa dipastikan guru itu tak dapat melihat dan memperhatikan siswi bengalnya terlelap karena materinya.

Karin yang melihat teman sebangkunya tengah terlelap, menyenggol pelan lengannya. Saat Pak Yanto mendekat menuju bangku mereka, mulai peka jika salah satu muridnya ada yang tertidur saat pelajarannya.

Karin terus saja menyenggol lengan Rena. Rena yang menjadikan tangannya sebagai bantal pun sedikit terusik dari tidurnya. Melek, menatap Karin lempeng, kemudian tidur lagi.

Pak Yanto sudah di depan mata. Dan matanya pak Yanto mengarah ke Karin, seolah mengatakan; 'bangunin, oy!'. Semua penghuni kelaspun menatap bangku Karin dan Rena, ingin menonton pertunjukan. Dan dengan rasa periketemanan dan periketegaan, Karin menyenggol-mendorong- lengan Rena dengan kuat, hingga sang empu terjungkal dari tempat duduknya.

Gubraaakk!

"Heh banzaaii! Siapa yang dorong? Gue sampe terjengkang!" umpat Rena kesal. Jatuhnya yang tidak elit-menungging- mengundang gelak tawa seisi kelas.

Rena terduduk di lantai sambil mengusap dahinya yang kepentok lantai. Setengah sadar ketika ia melihat sepasang kaki bersepatu yang ada di depannya. Dan sadar sepenuhnya ketika mendengar suara seseorang;

"RENA, KELUAR DARI KELAS!"

Wah, tidak bisa dibiarkan. Akan kesenengan jika Rena dikeluarkan dari kelas. Bukannya mengeluh, ia malah semangat. Ia nanti merencanakan untuk kembali melanjutkan tidurnya di rooftop atau pos satpam.

Rena berdiri. Hendak keluar dari kelas.

"Bersihin gudang utama. Kamu akan saya pantau nantinya," tambah Pak Yanto.

Yah, ternyata Pak Yanto bisa membaca rencana licik Rena, pemirsa. Dan, kali ini Rena mengeluh.

Melewati deretan bangku, ia berbalik, menatap Karin. Menunjukkan dua jarinya, ditunjukkan ke matanya, lalu ditunjukkan ke Karin, ia menatap tajam. Karin hanya terkekeh.

****

Dengan tidak ikhlas, Rena tetap menjalankan hukumannya. Ia bukan pengecut yang akan lari dari kesalahan. Walaupun yang dilakukan sedari tadi adalah misuh-misuh sambil memegang sapu, yang penting dia di gudang.

"Mau nyapu atau main golf? " celetuk sesosok cowok yang berada di ambang pintu gudang. Mengenakan pakaian rapi, tak lupa almamater OSIS yang ikut membalut seragamnya.

Ketos nih, kayaknya. Batin Rena berseru.

Rena menghentikan acara membersihkan gudang. Menatap tajam cowok yang bersedekap itu, yang dibalas tak kalah tajamnya oleh cowok itu.

"Lo ada perlu sama gue?" tanya Rena sarkatis. Dagunya ia dongakkan, agar terlihat angkuh seperti ibu tiri di cerita Bawang Merah dan Bawang Bombay. Bawang putih sekarang mahal.

"Pak Yanto," jawab cowok itu singkat. Dengan ekspresi datar.

Rena mengernyit. Oh, gini toh bentukan cool boy. Batinnya.

"Ngapain?" tanya Rena sekali lagi. Apa pulak ditanya ada apa malah menjawab Pak Yanto? Sarap memang ini cowok.

"Jagain lo."

"Gue bukan toko yang perlu dijaga. Emang, lo anjing penjaga?" Rena tidak takut pada cowok ini. Rena menebak jika cowok ini makan nasi.

"Bersihin gudang." Cowok itu tak memikirkan perkataan sarkas Rena. Ia hanya menjalankan perintah dari guru untuk memantau kegiatan Rena.

"Lo cuma disuruh mantau, 'kan? Bukan buat nyuruh-nyuruh gue?" Rena tidak terima jika ia disuruh-suruh. Memangnya dia babu?!

Cowok itu hanya terdiam di depan pintu. Tanpa menunggu cowok itu menjawab, Rena kembali menyapu lantai dengan benar. Agar cepat selesai dan tidak lagi bertemu dengan makhluk tidak jelas asal-usulnya ini.

****

-20 Mei 2019

MORGANRENA •slow up•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang