Morgan Gevando. Berjalan santai di lorong kelas XI IPS, dengan gaya sok cool yang mana membuat siswi berwajah tebal tergoda. Baju seragam telah keluar setengah dari celana abu-abu nya. Kancing atas ia biarkan terbuka, almamater OSIS ia tenggerkan di bahu kiri.
Sorak sorai siswi memenuhi lorong. Berbagai teriakan kagum Morgan mendengar. Begitulah kaum cewek. Ganteng dikit, lirik. Keren dikit, gebet. Sexy dikit, lemah syahwat.
Morgan tetap berjalan santai melewati kerumunan cewek-cewek yang meneriaki namanya sejak tadi. Sudah seperti artis papan atas saja dia. Padahal papan tulis.
“Woi, Bro! Fans lo butuh belaian, tuh!” celetuk sesosok makhluk kasat mata di samping Morgan, diikuti kekehan makhluk lainnya.
“Santai, kalo lo nggak sanggup, biar gue yang belai,” balas makhluk satunya.
“Saputra Yudha, seorang cowok yang haus belaian cewek, padahal cewenya udah berenteng-renteng,” kata salah satunya.
“Lo kata Masako berenteng-renteng!” kata Yudha.
Mari kita berkenalan terlebih dahulu. Karena tak kenal maka ta'aruf.
Morgan Gevando. Hanya cowok dengan otak standar, namun diberi anugerah ketampanan tak tertandingkan, kata mamanya. Dia di cap sebagai murid jail dan pandai membuat keributan.Sementara di sisi kanan Morgan, ada Saputra Yudha. Playboynya SMA Rajawali. Setiap ada cewek cakep lewat, digodain. Cewek seksi lewat, jabanin. Tapi, hati cewek itu disakitin. Emang, cowok sekarang pada jago akting. Jangab tanya masalah muka, sebelas dua belas sama Bryce Hall, kata Yudha sendiri.
Lalu ada Arjuna Wicaksono di samping Yudha. Tingkahnya tak berbeda jauh dengan Morgan. Jail dan usil. Jika sudah adu jotos dengan lawan, sulit dipisahkan. Mukanya standar, tidak ganteng amat, itu kata Morgan.
Dan yang terakhir, di kiri Morgan ada Bastian Alfano Pratama. Yang paling pintar diantara ketiganya. Selalu mendapat peringkat satu dikelasnya. Juga menjadi cowok idaman para kaum hawa disekolahnya, karena ia pintar dan tampan. Walaupun sedikit cruel dan arrogant. Tapi aslinya dia baik.
Mereka saling melengkapi dengan sifat yang berbeda-beda. Mereka adalah sahabat seperpopokan sampai memakai celana abu-abu. Tetangga lima langkah. Rumanya berderet.
“Fan, nih almamater lo,” kata Morgan pada Alfan, menyodorkan almamater yang tadi sempat ia pinjam.
Alfan menerima almamater OSISnya tersebut. “Gimana tadi? Lancar?” tanya Alfan penasaran. Ia menatap Morgan sambil memakai almamater miliknya. Sementara Yudha dan Juna tengah sibuk menggoda cewek-cewek yang mereka lewati.
“Lancar, dong. Jutek gitu ya mukanya. Gue kira dia bakal tersepona sama ketampanan gue ini, padahal udah masang tampang cool,” jelas Morgan.
“Terpesona, goblok!” sahut Yudha, mendengar perkataan Morgan yang dipelesetkan.
“Suka-suka Ojan dong, Malih!” Morgan menyentil jidat Yudha.
“Udah gue bilang, Rena tuh jutek anaknya. Gue dulu mau gebet aja nggak jadi,” kata Alfan. “Susah ngedapetinnya. Kalo ada yang murah, kenapa nyari yang mahal?”
“AKU SETUJU DENGANMU BABANG ALPAN TERSEYENG!” ucap Yudha excited. Ia menghampiri Alfan, lalu memeluk lengannya. Mengundang gelak tawa seisi lorong. Dengan jijik Alfan melepaskan tangan Yudha kasar.
Mereka sampai di kantin, lalu mencari tempat duduk.
“Tapi bro, justru yang mahal itu sulit didapetin,” usul Juna menimbrung. Capek juga godain ciwi-ciwi. “Gue aja ngegebet Dina dari SMP sampe sekarang aja nggak dapet-dapet.”
“Lo nya serem!” kata Yudha.
“Ini tantangan seru buat gue. Meski Rena jutek, dia itu orangnya baik.” Morgan tersenyum mengingat kala ia bertemu dengan Rena di pasar.
Flashback on
Morgan capek menunggu Mamanya yang sedang berbelanja di pasar tradisional yang tak jauh dari rumahnya ini. Bau ikan tercium amis di hidungnya. Sudah dipastikan jika bau badan Morgan akan seperti ikan.
Saat Morgan ingin menghampiri Mamanya yang keberatan muatan belanja, tiba-tiba ada seorang gadis yang menawarkan diri untuk membawakan belanjaan Mamanya tersebut.
Diam-diam Morgan tersenyum. Ia suka dengan gadis yang bertingkah laku sopan kepada orangtua. Jadi, ia suka pada gadis itu?
Flashback off
“Ya walaupun dia sering dihukum juga sih. Tapi itu keren!” Morgan memuji cewek tersebut.
Jadi, tadi saat Morgan ingin kembali ke kelas, ia sempat melewati kelas Rena. Ia juga melihat adegan Rena tertidur di kelas, terjatuh dan dihukum. Saat Rena terjatuh dengan posisi nungging, Morgan tertawa ngakak. Lalu berhenti ketika ada temannya lewat. Saat Rena keluar dari kelasnya untuk melaksanakan hukumannya, ia sembunyi, kemudian menghampiri Pak Yanto di dalam kelas. Meminta izin untuk mengawasi Rena dalam menjalankan hukumannya. Pak Yanto pun setuju, ia tidak capek-capek mencari anak OSIS untuk dimintai tolong ataupun dirinya sendiri yang memantau, karena Morgan menawarkan dirinya sendiri.
Morgan berlari menuju kelasnya dan lekas meminjam almamater OSIS milik Alfan yang kebetulan anggota OSIS walaupun tak pernah hadir saat rapat. Biar terkesan anak baik-baik saat berhadapan dengan calon gebetan walau aslinya zonk.
“Gila ya, selain jutek dia kalo ngomong nggak disaring,” cetus Morgan saat mengingat dirinya tadi dikatai anjing.
"“Lo kata dia teh,” kata Juna sambil menyeruput es teh tawarnya.
“Ya masa gue dikatain anjing penjaga kata dia!” balas Morgan tak terima. “Padahal muka gue udah kayak Justin Bieber.”
“Lo mah Mbleber,” ejek Alfan.
“NENG INDAH YANG MANIS, TEH TAWAR INI MENJADI MANIS KETIKA ABANG MELIHAT SENYUMMU NENG!” kumat. Juna sudah ketularan playboy dari Yudha. Indah adalah anak dari penjaga kantin. Sudah kuliah, membantu ibunya di kantin sekolah ini. Sering jadi bahan godaan cowok berhidung polkadot di sini.
Yudha menyahut, “Jangan mulai deh, Jun, Junaedi.”
“Ya mungkin dia keganggu sama lo.”
“'Kan gue cuma mantau dia aja, Fan.”
“Lo butuh kesabaran aja bro,” ucap Yudha menyemangati. “Berjuang. Kodrat cowok ya berjuang ngedapetin ceweknya, kalo lo emang suka sama dia. Kalo udah dapet, pertahanin. Pikirin kalo lo udah susah buat ngedapetin dia. Sekian ceramah dari Ustadz Yudha Al amin, Wassalam.”
“Sok iye lo. Padahal lo aja sering nyakitin hati cewek,” balas Morgan.
“Gue butuh pelampiasan. Gue nggak cinta sama mereka, mereka yang menawarkan jadi pacar gue, dan gue kasihan. Lo kayak nggak tau aja Gan dari gue,” kata Yudha kesal. Bukannya ia menyakiti hati cewek, tapi ia terlampau bosan dengan sikap centil cewek yang menjadi pacaranya. Padahal dia playboy.
“Kenapa lo jadi melow-melow tahi kucing gini?” tanya Juna yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka. Ia terlampau antusias ketika menggoda cewek yang lewat. Penerus Yudha ya gini.
“Dan intinya, gue mau berjuang untuknya,” putus Morgan akhirnya.
Mereka bertos ria sambil menyantap pesanannya tadi.Persahabatan bagai kepompong. Yang kata Juna, ia kupu-kupunya, Morgan kepompongnya, Alfan ulatnya, sementara Yudha sebagai kotoran ulatnya.
***
Momen Morgan and the gank dulu aja ya. Next part ada Rena juga.
Kurang kerjaan, up malem malem:v
Terima kasih kepada kalian yang telah membaca cerita ini. Kasih krisar dan beritahu jika ada typo atau eyd yang salah.
See u!
•MorganNia•
KAMU SEDANG MEMBACA
MORGANRENA •slow up•
Teen FictionBukan tentang Morgan Smash. Inilah kisah tentang Morgan Gevando, yang tengah berusaha mendapatkan hati Darena Arsyila. Cewek yang tiap harinya mengganggu pikirannya. Morgan tak kalah ganteng dari personil Smash. Tapi, kenapa Rena menolaknya? Bukan...