satu

29 3 0
                                    

Setelah selesai membersihkan toilet siswi Allisya segera pergi menuju lokernya disana terdapat seragam cadangan miliknya yang memang ia sengaja taruh disana sebagai jaga-jaga jika ada masalah seperti sekarang ini. Lagi dan lagi dewi fortuna tidak berpihak kepadanya saat ia membuka loker, tidak ada seragam yang ia cari melainkan surat yang berisi hujatan tentangnya.

Allisya menghela napas lelah, sudah tidak asing lagi siapa yang menghujat nya lewat surat ini bukannya ia ingin su'udzon tetapi selama ini yang tidak menyukainya hanya Ajeng CS selain menghujat Ajeng kerap kali mempengaruhi siswa/i untuk menjauhinya dan melontarkan kata-kata pedas.

"Sok suci!"

"Murah tetep aja murah gak usah jual mahal lah"

"Pakai hijab paling cuma mau nutupin statusnya yang udah gak perawan!"

"Paling gak lama lagi juga buka hijab!"

Seperti itu lah kata-kata pedas yang kerap kali ia dengar saat melewati koridor menuju kelasnya. Allisya membuka kertas yang ia pegang sebelum membaca ia memejamkan matanya hanya sekedar menguatkan hatinya agar tetap selalu sabar.

Heh cewek gatel! Udah berapa kali gue bilang jauhin addi tapi lo tetep keukeuh deket-deket sama dia. Lo itu berhijab tapi kelakuan kek pelacur! Gak mau sama hijab lo? Kalo gue jadi lo pasti malu banget lah ya secara hijab itu kan suci, lah lo? Najis!

-Ajeng cans

Allisya membuang kertas itu kedalam tong sampah, ia menyangkal semua apa yang Ajeng katakan semua itu tidak benar, Allisya selalu menjauhi Addi bahkan ia berusaha untuk tidak bertemu dengan cowok most wanted dengan segala pesonanya itu tapi tetap saja Addi terus mengejar-ngejar Allisya walau gadis itu pernah memberinya pengertian bahwa ia merasa risih saat Addi terus menerus mengikutinya bak bodyguard.

"Sya, kamu gapapa?"tanya Sashi ya merupakan sahabat Allisya sejak mereka masih TK.

Allisya menoleh ke samping mendapati Sashi yang tengah menatapnya khawatir, "nggak, aku gapapa sa". Sashi mengangguk paham ia takkan memaksakan Allisya untuk menceritakan semua padanya karena ia tahu jika sahabatnya butuh privasi lagipula Sashi yakin jika masalah yang tengah dihadapi Allisya tidak begitu penting jadi Allisya memilih untuk tidak bercerita kepadanya.

"Yaudah yuk ke kelas? Oh iya, sebelum kamu ke kelas mending kamu ganti baju dulu"

Allisya menghela napas panjang, "masalahnya seragam ku tidak ada sa".

Sashi mengernyit bingung pasalnya Allisya adalah seorang yang siap siaga sebelum semuanya terjadi bahkan ia yakin sahabatnya itu sudah menaruh seragamnya diloker tapi mengapa bisa tidak ada?

"Seragamnya kamu bawa pulang ya?"tanya Sashi heran.

"Enggak"

"Terus kenapa bisa nggak ada?"

"Aku nggak tau"

"Yaudah kamu pake seragam aku aja"

"Terus kamu pake apa, sa?"

Sashi mengeluarkan seragam olahraganya, "aku nanti ada pelajaran olahraga jadi aku bisa pake ini". Allisya menggeleng pelan.

"Sa, setelah pelajaran olahraga kamu harus ganti pakaianmu kalau enggak kamu bisa kena omel sama guru nanti. Aku nggak kamu dihukum cuma karena nolongin aku"

"Terserahlah, kamu tuh dibantuin bukannya makasih malah nolak"ujar Sashi menahan kesal.

❤❤❤

Addi tidak sengaja melihat perempuannya yang sudah mencuri hatinya tengah duduk sendiri di bangku yang memang disediakan didepan kelas, gadis itu sedang mengayunkan kedua kakinya secara bergantian.

"Hai, sendirian aja kaya jomblo"sapa Addi disertai kekehan yang mampu menghipnotis kaum hawa tapi tidak berlaku untuk gadis disebelahnya yang menampilkan wajah risih.

"Tolong duduknya jaga jarak malu diliat sama Allah"Addi mengernyit setelah paham ia langsung menggeser posisinya agar tidak terlalu dekat, ia lupa jika gadis disebelahnya ini perempuan baik-baik.

"Maaf"ucap Addi memecah keheningan, "kenapa diluar?".

"Lupa bawa buku matematika. Oh ya jangan lihatin saya seperti itu, saya risih"

Addi sukses dibuat gelagalapan oleh perempuan yang tengah menatap sepatunya, "maaf" itulah satu-satunya kata yang di pikirannya.

"Allisya!"panggil seseorang dari ambang pintu kelasnya.

"Ya?"

"Disuruh masuk sama bu Yati"setelah mengucapkan kalimat itu andra—ketua kelas masuk kembali ke dalam kelas.

"Al—"

"Permisi, assalamualaikum"

Addi menghela napas lelah lagi dan lagi dirinya dicuekin, "wa'alaikumsalam". Cowok jangkung itu menyumpal telinganya dengan earphone lalu pergi menuju kelasnya.

Sesampainya dikelas Addi membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat, Kavin yang bisa dibilang sahabat berotak gesrek sedang menari-nari di atas meja dengan menggunakan rok Sashi sedangkan yang punya masih memakai celana olahraga.

Sedari tadi Sashi tak henti-hentinya berteriak memanggil nama Kavin tapi si empunya nama tak menggubris teriakan Sashi yang cukup melengking. Sashi yang sudah tidak bisa menahan emosinya ia melepas satu sepatunya dan melempar ke arah Kavin.

"Bangsul! Eh sushi, kenapa lo lempar ke gue?!"cecar Addi saat sepatu Sashi mengenai kepalanya. Ya, Kavin dengan sigap menghindar dan berdirinya Addi dibelakangnya adalah sebuah kebetulan atau memang sudah takdir, Kavin tidak mengetahuinya.

"Salah sendiri berdiri disitu!"sengit Sashi kesal.

Kavin yang melihat sahabatnya menjadi korban sepatu Sashi tertawa terbahak-bahak membuat Sashi semakin geram melihat tingkahnya, ide jahil muncul begitu saja diotaknya, Sashi menarik roknya ke bawah hingga memperlihatkan boxer dengan gambar dora milik Kavin membuat seisi kelas tertawa.

"Anjir Kavin muka sangar boxer dora"celetuk dira salah satu teman sekelasnya.

"Kavin bego!"ucap Addi seraya tertawa.

Belum puas Sashi mengerjai Kavin, ia pun mengambil celana abu-abu milik kavin yang ditaruh di atas mejanya lalu membawanya keluar kelas. "SASHI, CELANA GUE!!!".

Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Sashi dengan Kavin. Sashi berlari ke tengah lapangan membuat pasang mata yang melihatnya sedikit memberi perhatian apalagi saat melihat salah satu most wanted mereka menggunakan boxer dora sambil berlari.

"SUSHI, BALIKIN CELANA GUE!!!"

hap.

Kavin berhasil menangkap tubuh Sashi membuat para fans Kavin menjerit histeris melihat posisi Kavin yang memeluk Sashi dari belakang.

"Kavin brengsek lepasin gue!"

"Gak mau, sebelum lo balikin celana gue"

"Modus lo!"Sashi menendang tulang kering Kavin membuat cowok itu meringis kesakitan. "Sakit Sashi!".

"Makanya gak usah modus!"ketus Sashi lalu melempar celana Kavin dan pergi begitu saja.






Typo? Comment ya....

Next?

ALLISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang