Cahaya matahari menyelusup masuk ke dalam kamar cowok yang tengah menenggelamkan wajahnya dengan selimut kala cahaya matahari menusuk matanya, ia masih sangat ngantuk mengingat jam tidurnya yang berantakan. Addi memiliki kebiasaan yaitu susah tidur atau insomnia, ia akan baru bisa tidur saat jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi disaat semua orang mulai terbangun dari tidurnya ia malah akan menjemput mimpinya.
"ADDI!"panggilan yang berasal dari sang ibu ia hiraukan matanya masih terpejam bahkan tidak ada tanda-tanda kalau ia akan membuka matanya.
BRAKKK....
Pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya dengan celemek yang menempel ditubuhnya dan tak lupa tangannya memegang spatula, geram sudah ia melihat putra sulungnya yang masih tidur pulas.
"ADDI! BANGUN UDAH SIANG!"
"Apa sih mah?"ucapnya dengan mata yang masih terpejam.
"BANGUN!"
"Lima menit"
"Bangun sekarang atau mamah pukul?"ancam Ayu membuat kedua mata Addi terbuka sempurna. Bagaimana tidak? Mamahnya itu jika sudah mengamuk dunia akan hancur, dunia Addi setidaknya. "Iya iya"
Dengan terpaksa ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, 45 menit cowok jangkung itu keluar dari kamar mandi setelah ritualnya selesai. Addi adalah sosok yang ribet dibanding perempuan ia harus menggunakan pomade sebelum berangkat sekolah dan tak lupa memakai minyak wangi yang sudah menjadi aroma khasnya, setelah dirasa cukup percaya diri ia pun segera mengambil kunci motor di dalam laci namun tidak ada apapun didalam laci itu, kosong.
"Lah kunci motor gue kemana?"gumamnya seraya mengobrak-abrik seisi kamar seperti melempar bantal ke sembarang tempat sampai mengacak-acak buku yang ada di meja belajar, kamarnya sekarang persis dengan kapal pecah jika Ayu tahu habis sudah pria itu.
Tidak menemukan kunci motornya dikamar ia segera turun berniat bertanya kepada sang mama yang sedang sibuk memasak.
"Mah, liat kunci motor Addi gak?"
Ayu menoleh dan mendapati anak sulungnya sedang menatapnya penuh harap, "mamah sibuk!".
Addi mendesah kecewa, "mah serius"
Ayu mematikan kompornya lalu menghampiri Addi dan mengambil sesuatu dari saku seragam anaknya.
"makanya kalo nyari barang itu pake mata bukan pake mulut!"omel Ayu sedangkan yang diomelin menyengir menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih.
🖤🖤🖤
Cowok berjambul itu kini tengah berdiri di tengah lapangan bukan tanpa alasan ia berdiri disana, ia sedang menjalankan hukuman yang diberikan oleh bu Winda. Bahkan ia tidak sendiri melainkan bersama seorang gadis yang tengah melakukan kegiatan yang sama dengan Addi, hormat kepada sang merah putih. Addi menoleh ke sampingnya mendapati perempuan yang sedang kepanasan terlihat dari keringat yang terus mengalir dari keningnya, ia jadi merasa tidak tega.
"Diminum" Addi menyodorkan sebotol air mineral dingin kepada seseorang di sebelah nya.
Gadis itu menoleh karena merasa diajak berbicara dengan seseorang, "maaf, puasa".
"Oh. Oke"
Bingung mau melakukan apa Addi berdiri didepan gadis itu, mungkin dengan begitu gadis dibelakangnya tidak akan terkena sinar matahari.
"Kamu, ngapain?"
"Ngelindungin lo"
"Gausah, makasih"
"Gak terima penolakan!"
Tak ada sahutan lagi dari perempuan yang sudah mencuri perhatiannya membuatnya sontak menoleh ke belakang.
1
2
3Refleks Addi membopong tubuh gadis itu ala bridal style, sesampainya di UKS Addi menaruh tubuh Allisya dengan hati-hati di brankar.
"PMR mana sih!" decak Addi kesal karena tidak mendapati seorang PMR sekalipun.
🖤🖤🖤
Sudah 10 menit mata itu terpejam sudah 10 menit pula Addi menunggu gadis itu terbangun dari tidur singkatnya.
Allisya mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang menusuk indra penglihatan, tangan kanannya terangkat hingga menyentuh keningnya yang terasa pusing.
"Sstt" Addi yang baru saja membeli sebungkus nasi goreng langsung menghampiri Allisya untuk mengecek keadaan gadis itu.
"Kamu gapapa, Sya?"
"Addi? Ngapain kamu disini?" Allisya merubah posisinya menjadi duduk, tadinya Addi ingin membantu Allisya namun ditolak secara halus dengan gadis itu. "Ya, aku gak apa-apa".
"Tadi siapa yang bawa aku kesini?"tambahnya ketika merasakan keanehan.
"Aku"jawab Addi ragu ketika melihat air muka Allisya yang mendadak berubah datar. "Maaf, a—".
"Makasih dan permisi"seru Allisya seraya beranjak dari UKS.
Yang bisa dilakukan Addi sekarang adalah menghela napas pasrah, ia merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya beberapa menit yang lalu. Ia tahu resikonya jika menyentuh gadis yang satu itu, gadis yang anti disentuh oleh lelaki manapun kecuali dengan mahramnya.
Cowok itu memilih pergi dari UKS menuju kantin sekedar membeli minum karena ia merasakan haus pada bagian tenggorokannya.
"Woy!" kavin menepuk pundak Addi membuat cowok itu terlonjak kaget. "Sialan!"
"Pagi pagi udah ngelamun aja kaya anak perawan" ledek kavin yang langsung diberi tatapan sinis sahabatnya itu.
"Goblok sia!"
"Maneh teh keturunan turki kenapa ngomong sunda?"
"O" setelah mengucapkan satu huruf bersamaan dengan jari tengahnya yang ia berikan ke Kavin, ia memilih pergi menuju kelas karena sebentar lagi bel pergantian pelajaran segera berbunyi karena ia tidak ingin ketinggalan pelajaran kesukaannya, matematika.
Iya tau kok pendek :v
Gak jelas juga tapi apa salahnya kalau kalian vomment? Gak bikin kalian rugi kok :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLISYA
Teen FictionAuristela Allisya Lesham Shaenette atau sering di sapa allisya, gadis berhijab yang disukai oleh most wanted dengan segala kelebihannya membuat para fans Addi membully Allisya. Apakah gadis itu akan marah? Tidak! Dia tetap akan pendiriannya, sabar...