Chapter 1

114 14 20
                                    

Semua berawal dari kabar bahwa nyokapku didiagnosa terkena kanker meningitis dan beberapa minggu setelahnya, beliau meninggal. Ahh, aku merindukanmu bunda T_T.

Oke, setelah itu bokapku nikah lagi. Wanita yang aku sebut ibu tiri itu sikapnya sangatlah diluar dugaan ku. Ia penggila alkohol dan sering pergi ke diskotik. Aku sempat bertengkar kepada keduanya. Hingga suatu hari ayahku meninggal karena serangan jantung di kantornya. Apa?! Serangan jantung?! Aku sempat terkejut dan shock saat mendengar berita tersebut.

Momen itu adalah momen dimana aku down se down down nya. Aku lupa caranya bangkit kembali. Bahkan aku sempat berpikiran untuk menyusul kedua orang tuaku di surga sana. Tapi, untungnya aku masih memiliki akal sehat dan berpikir jika aku melakukan hal itu, akankah membuat hidupku sia-sia? Akankah perjuangan kedua orang tuaku untuk menghidupiku berakhir sia-sia? Akankah Tuhan mengampuni dosaku jika aku melakukan hal gila tersebut? Nah, sejak saat itu aku mulai berusaha untuk bangkit.

Karena ayahku meninggal, kondisi ekonomi kami jadi berantakan. Ditambah lagi ibu tiriku yang penggila alcohol. Suatu pagi ia mengatakan bahwa mengatakan bahwa ia lelah menjadi orang miskin. Ia pun mengatakan akan menjualku di diskotik langganannya. Aku terkejut mendengar ucapannya. Bagaimana bisa ia menjualku dengan seenaknya. Aku pun bertengkar dengannya. Tapi, entah apa yang merasuki diriku, sorenya aku menyetujui omongannya dan malamnya berangkatlah aku ke tempat pengumpul dosa itu.

~~~$$$~~~

"Lucy, antarkan Rinda ganti baju," ucap Gayatri ke wanita yang memakai pakaian yang sangat terbuka itu dan membuat seluruh lekukan tubuhnya terlihat kecuali lingkaran coklat di dadanya dan pinggulnya.

"Baiklah. Ayo, Rinda."

Aku pun hanya pasrah dan menuruti omongan dua wanita di depanku ini. Sampailah ia di ruangan yang hanya ditutup korden itu dan Lucy menyodorkan pakaian yang hampir sama dengan pakaian yang Lucy pakai.

"Dimana aku bisa ganti baju?" tanyaku gugup

"Hei, aku perempuan. Ganti disini aja. Nggak usah malu."

"Tapi..."

"Nggak ada tapi. Cepet pakai, nanti aku antar kamu ke sana, oke?"

"Hmmm.. yaudah deh."

Aku pun mulai melucuti satu persatu pakaianku sambil diawasi oleh Lucy. Aku sedikit malu karena aku belum pernah ganti baju dengan orang lain apalagi menggunakan baju yang sangat terbuka seperti ini.

"Wah, dadamu indah sekali. Aku yakin orang-orang akan tertarik denganmu dan akan membayar mahal." puji Lucy. Seketika aku menutupnya dengan baju yang aku pegang karena malu.

Setelah aku selesai ganti baju, aku diantar ke stage untuk dipamerkan. Seketika orang-orang langsung mendekati stage dan menatap aku dengan penuh gairah. Ahh, aku benci hidupku ini. Tapi aku harus bagaimana lagi, aku bingung. Aku pasrah.

Aku mau dia

Dia menggoda sekali

Aku yakin dia masih virgin, aku mau dia

Suara riuh dari para pendosa itu membuatku hanya bisa tertunduk malu.

"Perhatian semuanya. Harap diam sebentar. Aku tahu kalian sudah tidak sabar. Baiklah, langsung ke intinya saja. Jika kalian mau memiliki gadis ini, silakan siapkan uang kalian. Akan aku lepas dengan harga tertinggi." umum Lucy menggunakan mikrofon di stage tersebut.

Tak lama, proses tawar menawar terjadi. Aku harap tidak ada yang membeliku. Aku sedih karena aku harus menjual harga diriku sendiri kepada orang-orang ini.

"Maafkan aku yah, bun. Maafkan Rinda." batinku.

"20 milyar. Ada lagi? Tidak ada? Baiklah. 20 milyar jatuh ke tangan pemuda ber kaos coklat. Lelang ditutup, selamat menikmati kembali aktivitas kalian."

Proses pelelangan selesai dan aku dibawa masuk kembali oleh Lucy. Aku pun diantarkan ke pemuda yang telah membeliku dengan harga 20 milyar. Orang gila macam apa yang ingin membeliku dengan harga 20 milyar.

"Dimana uangnya?" Tanya Lucy dan diikuti oleh Gayatri.

"Serahkan dahulu gadis itu. Akan aku beri uangnya."

"Maaf, tuan. Tidak bisa. Ada uang ada barang."

"Baiklah."

Pemuda itu berbalik badan mengisyaratkan orang di belakangnya yang seperti asistennya untuk mengambil uang itu. Tak lama, asisten pemuda itu datang dengan membawa koper medium yang setelah dibuka oleh Lucy berisi uang.

"Baiklah. Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Lucy dan Gayatri bergantian.

Aku pun berjalan ke pemuda itu sambil menunduk malu. Lalu, diantarlah aku ke mobil sedan berwarna bronze yang terparkir di depan pintu masuk dan dua mobil SUV hitam yang penuh dengan orang-orang ala bodyguard seakan menyambut kedatanganku.

Benar saja, saat aku dan pemuda yang membeliku lewat, mereka menunduk hormat dan membukakan pintu untuk aku dan pemuda yang membeliku. Tak lama, semua mobil berangkat pergi dari tempat itu.

"Siapa namamu?" tanya pemuda itu.

"Cyrinda Xynerva, tuan."

"Gadis berhati lembut dan pekerja keras serta jujur. Nama yang cantik. Sesuai dengan paras wajahmu."

Aku hanya terdiam saat mendengar ucapannya. Bagaimana bisa ia tahu arti namaku? Aku sendiri bahkan tidak mengetahui arti namaku sendiri.

"Kau tidak ingin tahu namaku?" tanya pemuda itu lagi.

"Eh, i..iya. Maksudku.. siapa namamu?"

"Aku Kenzie Kayana Kaivan. Alpha dari Alyssium pack. Tidak usah takut kepadaku, karena sekarang kau adalah Luna ku."

"Alpha? Luna? Bukankah itu sebutan bagi pemimpin dari makhluk hmmm.. apa ya, aku lupa."

"Werewolf."

"Ya, kau benar. Orang tuaku sering membacakan dongeng tentang makhluk itu sebagai pengantar tidurku saat kecil," ucapku antusias.

Pemuda yang bernama Kenzie itu tersenyum mendengar ucapanku. Senyum yang bisa dibilang indah. Tapi dibalik senyumnya yang indah, aku merasakan aura yang sangat menyeramkan seperti dirinya adalah seorang yang kejam. Arghh, sepertinya aku sudah gila.

"Benarkah? Lalu, dimana orang tuamu? Kenapa kau ada di tempat itu?"

~~TBC~~

885~~090219

Next gak nih? Voment dulu dongg. Oke? sip

Terimakasih udah mau baca ceritaku ini. Terimakasih juga buat yang sudah kasih suara di part sebelumnya. Maaf ya kalo masih acak-acakan :)

Mi Alma Gemela [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang