Chapter 2

86 9 8
                                    

"Benarkah? Lalu, dimana orang tuamu? Kenapa kau ada di tempat itu?"

Aku terdiam saat ia menanyakan pertanyaan itu. Tapi aku berusaha untuk tidak menangis dan dengan berat hati aku mengatakan, "Mereka.. mereka sudah tiada."

Setelah aku mengatakan hal tersebut, Kenzie langsung mengangkat wajahku dan mendekatkan tubuhku seperti mengatakan bahwa aku bisa memeluknya dan curhat dengannya.

Tanpa aba-aba, aku memeluknya begitu saja dan menumpahkan semua cairan bening yang sudah aku tampung di kelopak mataku. Ia pun membalas pelukanku dan aku pun semakin larut dalam pelukannya.

"Aku turut berduka mendengar hal itu. Maafkan aku."

Tangisan ku pun semakin menjadi karena aku kembali mengingat semua kenangan indahku bersama mereka. Momen suka dan duka yang aku lewati bersama mereka seakan berputar kembali di otak kecilku.

"Sudahlah, jangan cemas. Aku akan menjagamu sampai kapan pun, aku berjanji. Sudah, jangan menangis. Aku tidak ingin melihat Luna ku menangis."

Ia pun mengurai pelukanku dan menangkup wajahku kemudian menghapus air mataku yang sudah membanjiri pipiku. Ia pun berpaling menuju sopirnya dan mengatakan untuk berhenti di toko baju terdekat untuk membelikanku baju agar aku tidak menggunakan pakaian yang terbuka yang masih aku kenakan sejak dari club tempat aku bertemu dengan Kenzie.

"Kenapa kita berhenti di toko ini?" tanyaku sambil terisak.

"Aku akan membelikanmu baju agar badanmu tidak terbuka dengan kostum sampah itu. Kau tunggu disini saja, karena aku tidak ingin ada orang lain yang melihatmu." tegasnya.

"Oh, ba..baiklah."

Aku pun menunggu di mobil bersama pak sopir yang belum aku ketahui namanya. Lalu aku berpikir, apa maksudnya dia itu Alpha dari Al..Al apalah tadi. Kalau memang dia bukan manusia, lalu apa dia? Mungkin banyak pemuda ganteng yang tajir. Tapi, ada satu hal yang membuatku penasaran. Kenapa ia selalu menyebutku dengan sebutan Luna, padahal namaku Cyrinda dan setahuku Luna itu sebutan untuk pasangan makhluk yang tadi Kenzie omong. Arghh, mungkin hidupku akan menjadi lebih gila setelah ini.

Tak lama, ia pun datang dengan beberapa tas yang sedang dibawa oleh asisten perempuannya. Apa? Asisten perempuannya disuruh bawa tas sebanyak itu? Tega banget dia nyuruh perempuan bawain barang banyak. Lalu, yang laki-laki tugasnya ngapain? Jaga mobil? Bereproduksi sana-sini?

"Pakailah pakaian manapun yang kau mau," ucapnya sambil memperlihatkan beberapa baju yang ia beli dan sepertinya mahal.

Aku pun memilih baju tersebut dan segera memakainya. Ralat, baju itu aku rangkap dua dengan baju dari tempat pendosa itu karena aku tidak mungkin aku akan berganti baju dengan lelaki yang belum aku ketahui identitas sebenarnya.

"Sungguh indah dirimu. Betapa cantiknya Luna ku." decaknya kagum.

Aku tersipu malu mendengar ucapan itu dan membuat pipiku yang sepertinya memerah seperti tomat yang sudah siap dipanen. Kenzie pun membelai lembut rambutku dan mencium pipiku.

~~~$$~~~

Sepertinya selama perjalanan aku tertidur karena saat aku terbangun, aku masih berada di dalam mobil bersama Kenzie yang masih terjaga sambil melihatku. Satu hal yang aneh, kenapa kami berada di tengah hutan yang sangat gelap yang hanya di terangi oleh lampu mobil Kenzie dan mobil para pengawal.

"Kita kemana? Kau ingin menculikku?" tanyaku cemas saat mengetahui bahwa sekarang kami berada di tengah hutan yang sangat gelap.

"Tenanglah. Sebentar lagi kita sampai di rumahku."

"Rumahmu kenapa di tengah hutan belantara seperti ini, Ken? Apa kau tidak takut jika tiba-tiba ada predator yang menyerangmu?"

"Tidak."

Mi Alma Gemela [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang