Kami belum pernah bertemu sebelumnya. Bahkan untuk sekadar mendengarkan suara masing-masing dibalik sebuah telepon pun belum pernah kami lakukan. Tanpa sedikit pun petunjuk tentang fisiknya kami memberanikan diri untuk merencanakan sebuah pertemuan yang bahkan kami pun tidak tahu akan bertemu di mana dan ke mana angin akan membawa kami pergi. Sedikit kebingungan menentukan pilihan, kami putuskan untuk bertemu selepas pulang sekolah di depan sekolah ku. Ah..tak usah kalian bayangkan bagaimana jeleknya wajah kami kala itu aku, yang memakai sweater pink dan berponi tengah saat itu sedang harap-harap cemas seperti apakah rupa lelaki yang mampu membuatku memtuskan untuk terlibat dalam kisah yang rumit.
Aku hanya bisa melihatnya dari belakang, punggung itu tampak goyah dan kesepian. Lelaki yang aku temui itu berada diatas motor bebeknya, celana yang besar, sweater, sepatu, dan tas yang tak terlihat begitu bagus menempel pada tubuhnya "ah..jelas bukan tipe ku" bisik ku dalam hati. Aku mencoba menyapanya dengan lontaran senyuman dan sapaan namanya pasti, kalian ingin tahu namanya? Tak akan pernah ku sebut di sini, nanti kalian jatuh cinta.
"mau kemana?"
"ih engga tau, naik aja dulu ya"
"bingung mau kemana"
"bukannya temen kamu lagi pada futsal? bareng ian aja berangkatnya"
"yaudah ayo"
Wajah muram terlihat dari kami berdua, menunjukkan tanda ketidak cocokan selera satu sama lain. Berusaha menguatkan rasa agar tidak mudah goyah dengan keputusan yang telah kami setujui.
Motor bebek yang dikendarainya melewati jalanan sempit tetapi, cukup lah untuk dilalui satu buah mobil. Jalanan Babakan Sari yang kala itu sangat terik tak membuat kami mengurungkan niat untuk pergi menuju tempat futsal. Ada satu hal yang lucu dari pertemuan pertama kami, di salah satu pengkolan dekat rumah ku motor bebek itu kehilangan keseimbangannya dan gubrak! ya kami terjatuh dari motor. "Malu-maluin banget sih" keluhku tak sampai hati aku ucapkan secara langsung pada lelaki itu, kami saling menatap berusaha untuk menutupi rasa malu karena ini pertemuan pertama kami.
Tak banyak yang dapat ku ceritakan dari pertemuan pertama kami, karen akami masih maslu-malu. Kalian pasti akan tertawa jika tahu bahwa sepulang dari tempat futsal bukan lelaki yang telah jadi pacarku yang mengantarku pulang, lalu siapa? Ian, teman rumah ku. Diluar ekspektasi kalian, kami berboncengan tiga orang aku, seorang wanita, duduk di jok motor paling belakang. Meenggelikan bukan? Sudah, jangan dibayangkan kalian tak akan kuat.
Lalu, setelah itu apa yang kami lakukan? Entah, aku lupa yang jelas kami terus saling bertukar kabar layaknya pasangan lain. Oh ya, kami sempat berkencan di minggu pertama kami resmi berpacaran. Dimana? Kebun Binatang Bandung, iya tempat para satwa dipajang dan menjadi tontonan para manusia kejam. Masih dengan sikap malu-malu kami berangkat ke tempat itu berbekal hadiah yang akan ku berikan untuk pacarku, kami bertemu di ujung jalan rumahku. Kebiasaanku saat punya pacar adalah sering memberi hadiah, alay? terserah kalian mau sebut aku apa tetapi menurut ku itu bentuk rasa perhatianku pada pacarku.
YOU ARE READING
RUMIT
RomanceCerita ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis dengan sedikit sentuhan kalimat dramatis. Pertemuan seorang perempuan yang tamat akan pengalaman cinta dengan lelaki lugu di masa SMA. Cerita mereka berlanjut dari awal hubungan yang sekada...