Gadis 9 tahun tersebut terus saja menangis mengingat ayahnya meninggalkan dirinya seorang diri. Mengapa Tuhan harus mengambil Ayahnya sekarang? Tak tahukah Tuhan, bahwa ia begitu menyayangi ayahnya? Namun mengapa Tuhan mengambil Ayahnya terlebih dahulu. Seorang lelaki berumur 12 tahun menghampirinya dan duduk disamping gadis tersebut.
"Kata guru Ali, kita gak boleh nangisin terus orang yang udah meninggal," ucap lelaki tersebut, Ali Rexin William.
Gadis itu menoleh.
"Kenapa? Prilly 'kan sedih." Ujar gadis yang bersedih, Prilly Amara.
"Kalau kita terus nangisin dia, nanti dia gak bisa tenang disana. Prilly mau ayah gak tenang disana?" Tanya Ali.
Prilly menggeleng.
"Yaudah, kalau gitu Prilly gak boleh sedih Lagi ya. Kita semua juga sedih loh kalau Prilly juga sedih. Prilly mau Ali sedih?" Ali memasang wajah pura-pura sendu. Dan digelengi oleh Prilly dengan cepat.
"Jangan sedih," Lirih Prilly.
"Kalau gitu gak boleh sedih ya," Riang Ali diiringi dengan senyum lebarnya hingga membuat matanya menyipit.
"Oke, Prilly gak akan sedih lagi. Prilly pengen ayah tenang disana." Ucap Prilly dengan menghapus airmata di pipinya. Dan dengan cepat pula, ia langsung menubruk cepat tubuh Ali. Memeluknya erat.
"Prilly sayang Ali," Ucap Prilly.
Alipun membalas pelukan Prilly Tak kalah erat. Sembari tersenyum senang.
"Ali lebih sayang Prilly. Jangan nangis Lagi ya, sayang," Jawab Ali tetapi memelankan suaranya saat kata terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
RomancePrilly Amara harus kehilangan satu-satunya super heronya disaat umurnya 9 tahun, dan ditinggal pergi jauh oleh ibunya saat masih bayi. Ayahnya yang bekerja lebih dari 25 tahun pada Keluarga William, Keluarga Ali. Membuat Prilly sudah dianggap menjad...