Chapter 01

1.2K 135 8
                                    

6 tahun kemudian


Prilly mengendap-ngendap memasukki kamar Ali. Jam menunjukkan pukul 11 siang, namun lelaki tersebut masih saja bergelung di dalam selimutnya bersama mimpi. Setelah berada disamping ranjang Ali, Prilly langsung menggelitiki telapak kaki Ali hingga membuat lelaki tersebut menarik kakinya namun dengan mata yang masih terpejam. Ali membalikkan badannya membelakangi Prilly. Prilly terkikik kala mengetahui Ali terganggu dengan aktivitasnya. Dengan pelan, Prilly menaiki ranjang dan meniup pelan telinga Ali. Prilly kembali tertawa pelan kala Ali mengibaskan tangannya di telinga lelaki itu, mungkin ia merasa itu nyamuk. Saat Prilly akan menganggu Ali lagi dengan menggelitiki pinggang lelaki tersebut, tanpa di duga Ali membalikkan badannya dan langsung membawa Prilly ke memasukki selimut dan memeluk Prilly dengan kakinya yang menindihi kaki Prilly.

"Mau bermain denganku, sayang?" Bisik Ali dengan nada sensual tepat ditelinga Prilly hingga membuat Prilly bergidik merasakan tiupan pelan ditelinganya. Mata Ali masih terpejam.

"ih enggak tahu, haha." Prilly meronta dipelukan Ali diselingi dengan tawanya.

Ali membuka matanya dan langsung disuguhkan wajah orang yang ia cintai. Sungguh senang rasanya perasaan Ali saat ini, bersama dengan Prilly hingga saat ini membuat Ali sungguh merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Sungguh, Ali tidak ingin berpisah dengan gadisnya tersebut.

Setelah kejadian 6 tahun yang lalu, Prilly kini tinggal bersama keluarga Ali. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya membuat Prilly merasakan kebahagiaan keluarga sesungguhnya. Ayah Prilly yang notabennya adalah supir keluarga Ali, yang sudah bekerja selama lebih dari 25 tahun membuat Prilly pun tak canggung dengan keluarga William ini.

Selama 6 tahun ini, semua kebutuhan dan keperluan Prilly keluarga William lah yang menanggungnya. Dimulai dari sekolahnya hingga kebutuhan sehari-harinya. Bahkan kini Prilly sudah memasukki kelas 3 SMP dan Ali sudah kelas 3 SMA. Keluarga William sepakat memasukkan Prilly ke sekolah milik keluarga William dimana SD SMP dan SMA berada di satu yayasan. Prilly bersekolah dimana sekolahnya dekat dengan Ali yang satu yayasan hingga membuat seluruh wanita disekolah Prilly iri karena Prilly dapat dekat dengan Ali.

"Berani gangguan, hah?" Bisik Ali tepat di depan wajah Prilly dan menggigit pelan hidung Prilly hingga membuat Prilly mengerucutkan bibirnya kesal. Ali terkekeh melihat ekspresi Prilly yang kesal karena ulahnya.

"ih Ali sakit tau," rengek Prilly dengan mengelus hidungnya.

"uluh-uluh sakit ya. Sini-sini aku sembuhin." Ali memajukan wajahnya dan

CUP

Ali mengecup pipi Prilly hingga terlihat pipi itu memerah. Ali tertawa pelan hingga membuat Prilly memukul pelan dada Ali.

"eh eh, kok pipinya merah sih?" Goda Ali

"Tau ah," jawab Prilly pura-pura ketus dan langsung menyembunyikan wajahnya di dada Ali. Ali tertawa dan semakin mempererat pelukannya pada gadis yang ia cintai tersebut.

"Ali sesak," Ujar Prilly

Seakan tersadar, Ali langsung merenggangkan pelukannya namun tidak melepaskan Prilly dari pelukannya. Bahkan mungkin tidak akan pernah. Ali melihat lagi wajah cantik dan manis milik Prilly. Dan tersenyum tulus saat Prilly menatap juga dirinya.

"Kenapa ngebangunin?" Tanya Ali lembut

"Kata mom, Prilly disuruh ngebangunin Ali."

Prilly memang disuruh memanggil orang tua Ali dengan sebutan yang sama seperti Ali memanggil mereka. Bahkan, semua sanak saudara keluarga Ali pun sama halnya menyuruh begitu pada Prilly. Hidup di Keluarga Billionare, membuat Prilly tak kekurangan apapun. Bagaimana bisa kekurangan, jika keluarga William adalah keluarga terkaya nomer 1 yang bahkan mengalahkan keluarga Stewart yaitu kakek Ali sendiri. Tak jauh berbeda dengan kakaknya, adik-adik ayah Ali pun sama kayanya, namun kekayaannya tidak mengalahkan kekayaan milik keluarga William.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang