Pukul 4 sore biasanya menjadi jam sibuk ketika orang-orang berlomba untuk bersiap pulang, sebagai tanda bahwa perkerjaan hari ini sudah diselesaikan. Ada banyak cerita tentang sore hari yang selalu disukai, seperti cerita tentang matahari dan cahaya oranye pekat yang memberikan nuasa hangat, cerita tentang bagaimana senja bisa begitu menyentuh untuk hati yang gundah atau cerita tentang anak-anak kecil dengan muka putih penuh bedak, dan tengah berlarian di lapangan mengejar bola kaki yang terpental kesana kemari.
Dari sekian banyak orang yang menyukai sore dan menyanjung senja, Kayla adalah salah satu orang yang tidak terlalu menyukai sore hari. Baginya sore hari hanya waktu yang mengingatkan ia tentang sakitnya ditinggalkan. Entah sejak kapan Kayla mulai membenci adanya sore, yang jelas sore hari hanya akan menjadi waktu tersendu untuknya.
Dengan tote bag berisi lembaran-lembaran skripsi dan buku-buku tebal tentang teori serta backpack yang berisi laptop dan berbagai alat didalamnya, Kayla mempercepat langkahnya demi menghindari paparan matahari sore yang begitu menyengat agar segera sampai di teras seuah mini market untuk beristirahat sejenak dan meletakan barang bawaannya yang berat.
Mini market yang terletak tidak jauh dari kampus menjadi salah satu tempat favorit bagi Kayla menghabiskan waktu di sore hari sebelum kembali ke kost-an. Kayla selalu menghindari atau mungkin lebih tepatnya mengupayakan agar dirinya tidak sendirian di dalam kamar kost-an ketika sore hari, mencegah untuk larut dalam rasa kesepian yang sangat ia benci.
Pengunjung mini market sore ini tidak terlalu ramai, dari tiga meja yang berjejer di teras hanya Kayla yang mengisi dan duduk sendirian, ia memilih meja paling pojok yang letaknya dekat dengan stock kontak listrik. Di hempaskannya tas berat yang sudah ia gendong lebih dari 10 menit berjalan kaki, Kayla duduk dan menghela nafas berat, ia mengambil selembar kertas dari dalam tote bag untuk dijadikan kipas, setidaknya dapat mengurangi hawa panas tubuhnya.
"Minum"
Bagai adegan disebuah drama, Kayla sedikit kaget ketika sebuah tangan menyodorkan sebotol air mineral dingin kehadapannya. Tapi nyatanya ini bukan drama bergenre romansa dengan sejuta adegan romantis dan aktor tampan rupawan yang siap membuat siapa saja berteriak histeris. Daniel. Lelaki yang barusan memberikan sebotol air mineral dingin dihadapan Kayla.
Sudah sebulan terakhir Daniel selalu mampir ke mini market ini, bukan karena dia bekerja sebagai kasir disini atau karena rumahnya tidak jauh dari sini. Tapi karena Kayla. Perempuan biasa yang menggetarkan rasa penasaran dalam hatinya. Daniel menggeser kursi di samping Kayla, dia membuka botol minuman berenergi dengan lambang tanduk banteng dan meneguknya dalam sekali minum. Kayla mengamati lelaki yang tengah duduk disampingnya heran, entah kebetulan atau disengaja rasanya kalau dipikir-pikir dalam seminggu ini sudah 4 kali dia bertemu Daniel.
"Kenapa ? gue ganteng ya kalau lagi minum ? kayak ada aura seksi-seksinya gitu ?"
Kayla mendelik sebal mendengar perkataan Daniel, diraihnya air mineral yang belum sempat dia buka.
"Mau gue siram ?!"
"Galak bener bawang bombay, romannya habis dimarahin dosen pembimbing nih tadi ?"
"Dan!"
"Ya, ada yang bisa dibantu ?" ujar Daniel sambil cengar-cengir seraya berlagak seperti customer service.
Semenit. Dua menit. Tiga menit. Dan sekarang menjadi lima belas menit. Jarak keheningan diantara Daniel dan Kayla semakin melebar, hanya deru kendaraan lalu lalang yang menjadi musik saat ini. Matahari sore pun sudah tidak sesangar tadi, mulai meredup memamerkan senja yang sendu dengan guratan jingga bercampur biru dan siap berganti malam. Kayla merebahkan kepalanya pada tote bag berisi tumpukan kertas, dia membiarkan dirinya untuk ikut terhanyut bersama lamunan sore itu. Daniel beranjak masuk kembali kedalam mini market, disusurinya setiap rak-rak berisi cemilan dan kudapan manis berniat untuk membelikan beberapa jajanan kecil yang bisa ia nikmati bersama Kayla.
YOU ARE READING
Summer Rain
FanfictionDon't judge the book by it's cover. Dulu, aku berfikir bahwa seumur hidupku tidak akan pernah bertemu dengan seseorang yang benar-benar memahami makna dari kalimat tersebut, tapi kini dia menjadi alasan untuk aku bertahan sedikit lebih lama lagi dis...