1. Teman Lama

7 0 0
                                    

Berbicara mengenai jodoh, memanglah sesuatu yang tak bisa disangka sangka. Ketika sekian lama mengenalnya namun masih tidak berfikir tentang apapun yang ternyata kini kami dipersatukan dalam debuah ikatan yang sakral.

Namanya Shelna Winata, perempuan cantik dengan kepribadian tak kalah cantik dari parasnya. Lulusan salah satu Universitas ternama di Jakarta dengan gelar Sarjana Farmasi Apoteker, kini dirinya tengah bekerja di sebuah Rumah Sakit swasta milik keluarga Prayuda.

Elang Rizky Prayuda, laki laki yang sejak dua minggu lalu telah sah menjadi suaminya. Elang merupakan kakak tingkatnya dulu sewaktu kuliah, yang entah mengapa bisa menjadi suaminya. Dulu ia hanya sebatas kenal dengan Elang, namun karena pertemuan tak disengaja beberapa bulan lalu membuat mereka dekat dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ke pernikahan.

Shelna masih ingat jelas bagaimana laki laki itu melamarnya di dalam kamar mayat Rumah Sakit tempatnya bekerja, konyol memang.

Flasback

"Shel, kamu dipanggil Bu Tika, disuruh ke bangsal satu" ucap salah satu temannya saat Shelna sedang berjaga.

Bu Tika adalah atasannya disana, biasanya dia meminta bertemu untuk nmembicarakan stok obat dan macamnya. Tanpa ragu Shelna pergi menemui Bu Tika ke bangsal satu yang memang melewati kamar jenasah.

Namun saat sampai di depan kamar jenasah, tiba tiba ada yang menariknya masuk ke dalam membuat Shelna dengan reflek menjerit.

"Aaa.. tolong" teriaknya ketakutan, perlu diketahui bahwa Shelna adalah seorang penakut dan memiliki phobia gelap.

"Hiks siapapun tolong!" teriaknya lagi sambil terisak.

Dia bahkan tetap memejamkan matanya dari awal masuk ke ruang jenazah itu.

"Shelna," terdengar bisikan seseorang namun Shelna tak mau membuka matanya, dia terlalu takut.

"Shelna .." ulangnya membuat Shelna perlahan membuka matanya.

Dilihatnya sosok laki laki, disana Elang sedang berdiri di hadapannya, Shelna bangkit dan memegang tangan laki laki itu. Dia tau ini tidak boleh, namun dia sangat ketakutan.

"Shel,"

"Bawa aku keluar kak, tolong." ucapnya memotong perkataan Elang.

"Aku bawa keluar asal kamu terima syarat dariku,"

Tanpa berfikir dua kali dirinya langsung menganggukan kepala dengan cepat agar bisa keluar dari ruang tersebut, urusan syarat bisa diurus belakangan pikirnya.

Laki laki itu kemudian mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku celana bahan miliknya.

"Terima ini dan pakai sekarang juga, aku mau kamu menikah denganku," Elang berkata dengan tenang dan memberikan sebuah cincin pada Shelna.

Shelna terkejut dengan apa yang didengarnya, ia mendongak menatap Elang dengan mata sembabnya. Apa dirinya tak salah? Dilamar oleh Elang memang hal yang diinginkan setiap wanita namun Shelna tak pernah mau banyak berharap.

"Kak, jangan bercanda dan cepat bawa aku keluar, aku takut hiks.." laki laki itu terkekeh pelan.

"Siapa yang bercanda, jika kamu mau keluar cukup pakai cincinnya," jelasnya.

Karena merasa tak ada pilihan lain, Shelna memakai cincin tersebut dengan cepat dan meminta keluar. Dia juga tak mau munafik dengan menolak kesempatan yang ada, tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya ia telah menyimpan rasa kepada sosok Elang sejak lama.

Melihat perempuan itu sudah menerimanya, Elang membawa Shelna keluar sesuai perjanjiannya.

Sesampainya di depan kamar jenazah, Shelna membuka matanya dan menghela nafas pelan. Dia lega telah keluar dari tempat yang terasa menakutkan baginya.

"Besok keluargaku akan datang ke rumahmu, bersiaplah" kata Elang kemudian.

"Kak.."

"Ingat kamu sudah menerimanya, Shelna Winata "

"Tapi, apa maksudnya?" jangan salahkan Shelna yang pura pura bodoh demi meyakinkan ini mimpi atau nyata.

"Kita akan menikah" jelasnya, kemudian pergi meninggalkan perempuan itu dengan berbagai pemikiran dikepalnya.

Flasback off

"Ngelamunin apa?" Elang bertanya secara tiba tiba, sambil memberikan secangkir coklat pada Shelna yang kini duduk di ruang keluarga.

Gadis itu berterimakasih dan menerimanya. Shelna menggeser tubuhnya, agar Elang bisa ikut duduk disebelahnya.

"Aku nggak ngelamun, cuma lagi mikir aja,"

Elang mendengus "Ya maksudnya, kamu mikir apa?" ucap laki laki itu kembali bertanya.

"Mikir apa ya?" tanya perempuan itu dengan raut pura pura berfikir membuat Elang gemas sendiri dibuatnya.

Laki laki itu mencubit hidung Shelna dan mencium pipinya. "Gemesin banget deh," ucapnya lalu tertawa. Shelna merona dibuatnya.

"Gombal receh,"

"Aku serius sayang," keduanya kemudian larut dalam tayangan televisi di depannya.

"Besok kita pindah ya," Elang kembali berbicara setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Pindah? Kemana?" tanyanya kebingungan.

"Kerumah kita dong, emang kemana?" sungguh, jawaban suaminya itu benar benar membuatnya terkejut.

"Rumah kita? Kak El serius? Setau aku kita kan belum punya rumah,"

"Siapa bilang belum punya?" laki laki itu bertanya tapi Shelna justru diam. Dia merasa dirinya belum begitu mengenal suaminya, banyak hal yang ia bahkan belum tahu sama sekali.

"Aku sudah menyiapkan rumah sejak lama, hanya saja tidak ada yang tau" lanjutnya.

"Bagaimana dengan mama?"

"Termasuk mereka" Oh! Anak macam apa itu, pikirnya.

"Tapi.."

"Shelna, sampai kapan kamu mau menolak suami? Nggak takut dosa apa"

"Apa maksudnya menolak suami? Shelna kan belum selesai ngomong tapi udah dipotong aja, trus kenapa bilang gitu?" tanya Shelna kebingungan.

"Jangan lupakan kalau kamu belum melakukan kewajibanmu"

"Kewaji....ban?" ucapnya terbata.

Elang hanya bisa menahan tawa saat melihat ekspresi lucu istrinya. "Kenapa? Ada yang salah?"

"Ih! Kakak kenapa jadi ngomongin itu sih!" perempuan itu sesekali memukul dada suaminya. Ya memang dirinya belum menjadi milik Elang sepenuhnya. Namun itu bukan karena ia menolak, dirinya hanya belum siap.

"Apa? Memang aku bicara apa ?"

"Kewajibanmu itu menuruti perintah suami, termasuk pindah rumah, memang apa?" jawabnya santai.

Shelna melongo dibuatnya, pikirannya sudah kemana mana dan suaminya malah membuatnya malu seperti itu. Awas saja!

"Udah ah, mau tidur aja." dirinya bangkit dan berjalan cepat menuju kamar.

See you next chap :v

KETULUSAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang