Giceng(xx)

2.1K 3 0
                                    

Katanya kemaren Fajar bawa-bawa Aku yah di tulisannya. Aku juga bisa membuat. Ya. Ini Giceng. Namaku Giceng. Sekali lagi, ini Giceng. Aku adalah Giceng. Bukan dia dan bukan mereka. Dan bukan Fajar. Hhh

Aku lahir di sebuah desa yang ada di kecamatan Wangon. Yang cukup tenar juga. Ayahku bekerja sebagai wiraswasta dan ibuku sebagai ibu rumah tangga. Aku bersekolah TK saat umurku menginjak 5 tahun. Dan SD saat berusia 6 tahun. 

Ayahku bekerja sebagai wiraswasta dan pada saat umur 7 tahun, Ayahku pergi meninggalkan kami dengan mencari peruntungan di luar negeri. Ibuku ibu rumah tangga. Dan Aku tinggal bersama Kakek Nenekku di sebuah gubug kecil yang sudah lapuk namun masih layak untuk dihuni. Aku memiliki 1 adik perempuan, Dia lahir 3 tahun setelah kelahiranku. Memiliki postur tubuh yang jangkung seperti Ayahnya sedangkan aku kebalikannya yang lebih mirip seperti Ibu.

Aku bersekolah di SD yang ada di Desaku. Sekolah yang paling berkesan, yang membuatku ingin kembali lagi bersekolah karena disitu Aku mampu menorehkan banyak tinta prestasi. Pada awal kelas 4 SD, Aku sudah mampu menyumbangkan piala untuk sekolahku. Lomba Pildacil. Lomba Pidato. Lomba Baca puisi. Lomba Menyanyi. Ahh semua piala yang Aku torehkan pada saat itu, hanya Aku persembahkan untuk kakekku. Bahkan saat Aku mengikuti 2 event lomba yang bersamaan acara dan tempatnya, Aku hanya ingin disaat upacara bendera, namaku disebut oleh pembina kemudian maju kedepan dengan diberi 2 piala kemudian di foto. Dan akhirnya aku memenangkan event itu dan impianku terwujud. Sepulangnya Aku dari sekolah, langsung Aku berikan kepada kakek yang sedang berjemur di bawah sinar matahari. Ya, pada saat itu kakekku sakit. Aku belum bisa merawatnya, Aku hanya bisa menemani Beliau saat aku sedang tidak bermain.

Beliau mengajarkanku banyak hal dan sampai sekarang aku masih mengingat apa yang Beliau pesankan kepadaku. Mengajariku agama setiap bada solat maghrib, membujukku agar aku bisa melaksanakan solat jumat dengan memberi iming-iming uang 2000 yang digunakan untuk beramal 500 dan bagianku 1500. Aku masih ingat, dulu uang 1500 aku gunakan untuk bermain Playstation di dekat rumah. Bahkan nenekku selalu mencariku saat memasuki waktu solat jumat. Pernah sekali aku sengaja tidak melaksanakan solat jumat dengan bersembunyi di bawah kasur. Haha. Aku masih mengingatnya ketika semua orang mencariku namun aku hanya tersenyum sendiri di bawah kasur dan dengan bangganya aku mengucapkan mereka tidak bisa menemukanku, ucapku dalam hati. Lucu.

Namun beberapa bulan setelah itu, Nenekku meninggal dunia karena penyakit yang diidapnya. Pada saat aku tertidur, tiba-tiba Ibu membangunkanku dengan memberi kabar bahwa nenek sudah tiada. Aku sedih, Ibu sedih, semua sedih termasuk kakak-kakak Ibuku. Dan yang paling sedih yang jelas Kakekku. Beliau tetap terlihat tegar, meski air matanya tak mampu dibendung lagi. Nanti siapa yang akan mencariku saat memasuki waktu solat jumat? Siapa yang aku singgahi saat aku kena omelan Ibu? Nenek, untuk saat ini Aku merindukanmu :((

Saat aku menginjak kelas 5 SD, kabar mengejutkan datang dari Ayahku yang selama ini terdengar baik-baik saja. Beliau memilih untuk berpisah dengan Ibuku dengan memilih wanita yang menyelamatkan pekerjannya. Hwaaaaaah. Giceng giceng. Malang sekali nasibmu. Bisa bayanging ngga sih? Waktu kecil udah ditinggal Nenek dan Ayah, Pahlawan bagi anaknya. Mungkin lebih banyak yang lebih banyak mendapat cobaan dariku. Kehilangan seorang Ayah yang memilih berpindah hati kepada pelukan wanita lain. Buat anak broken home, dengar ini. Kalian kuat kok. Aku bersama kalian. Dan jika kalian merasakan perih yang dalam, percayalah, Aku lebih merasakan dalamnya, dan sedini itu aku merasakannya. Untukmu, Ayah yang tak tau keberadaannya sekarang, Aku ngga berharap Anda membacanya, karena tidak mungkin. Yah, Ingat anakmu! Jikalau Kau sudah tua nanti siapa yang akan merawatmu selain anakmu?

Sedih, tapi masih harus sedih lagi yang Aku rasakan. Belum setahun setelah kepergian nenek, Kakekku sakit parah, Ya Alloh cobaan apa lagi yang akan Engkau berikan kepada hambamu ini? Dan lagi, mungkin Alloh lebih menyayangi Kakek. Perasaanku hancur lebur. Timbullah sungai duka yang mengalir dipipiku. Siapa yang akan membimbingku? Kakek aku masih belum bisa menerima kepergianmu. Banyak lagi kisah yang kakek ceritakan untukku, dan jika mengingatnya, sedih rasanya. Bahkan saat Aku menulis ini, percayalah sedihnya lebih dari saat aku mendengar kabar Beliau meninggal dulu. Kekek, Tenang ya disana, Aku Rindu :)

Jar, Fajar ini Aku, Giceng. Siswa SD yang mampu menorehkan banyak prestasi dan yang alim rajin ibadah sebelum kakeknya meninggal. Kau bisa apa? Hhh. SBMPTN lulus? Haha bodoh.

Kini, semua hanya menjadi bagian dari masalaluku, Semuanya akan ku ceritakan pada anak cucuku kelak. Jika kau mau mendengarnya lebih banyak, jadilah anak cucuku.

Tentang Dia, Dia, dan DiaWhere stories live. Discover now