Bogel(un)

609 1 0
                                    

Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam. Namaku Bogel, orang-orang memanggilku bogel, dan kalian bisa memanggilku Bogel.

Aku lahir 16 tahun lalu di Ranjingan, Kecamatan Wangon. Sebuah desa termewah di jagad raya, desa terindah di dunia, dan desa tercinta bagi yang mencinta.

Aku saat ini bersekolah di SMA yang ada di negri orang. Dan aku harus menempuh berpuluh-puluh kilometer agar aku bisa sampai di  sekolahku. Sekolahnya mewah, seperti desaku. Desainnya megah, dan identik dengan warna abu-abu. Warnanya kalem dan merupakan sekolah yang ditakuti pesaing-pesaingnya. Bukan karena berisi berandal, namun karena prestasi yang ditorehkannya. Lahir tahun 1984 membuat sekolahku menjadi berpengalaman dalam berbagai macam perlombaan dan pencapaian. Kalau kata orang tua mah, sekolah yang sudah banyak makan asam garam. Itu kata orang tua, kalau kata kamu?

Aku duduk di kelas 2 SMA, IPS. Yang identik dengan berandal? Badung? Nakal? Tak semua siswa IPS nakal dan badung, namun semua IPS memiliki tingkat kebebasan tersendiri yang membuat aku merelakan untuk tidak masuk ke jurusan IPA. Satu, karena aku terlalu bodoh, jika Gyceng merupakan murid pintar di SDnya, aku kebalikannya. Murid bodoh yang pengin pintar tapi tidak mau belajar. 

Untuk kali ini, aku akan membahas tentang masa SMAku yang kalau lirik lagu bilang tuh " Tiada masa paling indah, (kecuali) masa-masa di sekolah ". Aku sih setuju dengan itu. Kalau kau tak setuju, aku tak mempermasalahkannya. Masa dimana aku leluasa untuk berteman, tanpa mengesampingkan pendidikan dan tetap berada di jalan Tuhan. Kala itu...

Setiap senin, sebelum upacara dimulai, aku dan temanku duduk di kursi besi yang ada di setiap koridor kelas. Berbicara apapun yang bisa dibicarakan. Kadang ada yang di dalam kelas untuk bermain gitar, mengerjakan tugas, atau hanya duduk di bangku sambil berpangku tangan. Suara peluit dari driver sekolah menjadi tanda bahwa aku dan teman-teman harus segera menuju kelapangan upacara karena upacara akan segera dimulai. Di pertengahan jalannya upacara, selayaknya siswa lainnya, aku pun saling berbicara seperti biasa dengan barisan formasi laki-laki 2-2-3. Oiya kelasku terdiri dari 7 cowo dan 18 cewe. Kadang yang duduk sendirian tergantung jam berangkatnya. 

Sehabis upacara, kembali lagi kami sekelas terutama anak cowo berkumpul dan duduk di koridor kelas, ada banyak siswa yang duduk dengan kami, ada anak IPA juga. Lebih tepatnya samping kelas kami kebetulan ada gazebo dan itu merupakan basecamp anak kelas 2. Tak lama duduk, tiba-tiba datang guru mapel yang akan mengajar kelasku.

" Ayo masuk " Kata Pak Karto, guru mapel bahasa indonesia

Tanpa menjawab, kami berdelapan masuk dengan aku yang di depan disusun Amad, Fahri, Setyo, dan Awi. Sedangkan Adit dan Blondo pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mapel BI, kami menuju ruang serbaguna untuk mendapatkan pelajaran selanjutnya, yaitu senbud. Seperti biasa, sebelum pelajaran dimulai, grup band yang kami berinama " Gendot " beraksi, menghibur dirinya sendiri. Aku sebagai vokalis, Amad drumer, Fahri gitar, Adit bassis, dan Blondo sebagai penari latar. Sementara Awi dan Setyo bermain gamelan. Lagu favorit kami yaitu genit dari tipe x dan ku tak bisa dari slank. Selalu jika kami bermain musik, lagu itu akan menjadi lagu yang menjadikan ciri khas band gendot.

Pernah, saat kami jamkos kemudian kami main ke ruang serbaguna dan bermain musik kemudian kepala sekolah datang, gugup menyelimuti semua personil gendot band. Ada yang bajunya dikeluarin, lepas baju, lepas sepatu dan berbagai macam lagi tingkah konyol saat kepala sekolah tiba-tiba menghampiri kami dengan berkata

" Ini pada ngapain disini? Tanya beliau dengan muka seperti marah

" Eeee, ini Pak buat latihan perpisahan " Jawabku dengan gugup. Sedengkan yang lain sibuk membenarkan atribut sekolahnya.

" Ooh, yaudah lanjutin, tapi saya request lagu ya " Lanjut beliau

" Lagu apa Pak? " Jawab kami kompak

" Lagunya Armada "

" Okeh Pak siap "

Kemudian beliau pergi meninggalkan kami. Dan spontan kami semua tertawa dengan lantang. 

" Kirain mau marah, eh malah request lagu " Ujar Fahri

Selasa, jam pertama mapel bahasa jawa. Anehnya walaupun rata-rata siswa orang jawa, namun mapel bahasa jawa sangat dihindari, tapi aku tidak. Malah aku senang, dengan gurunya tapi. Kalau mapelnya mah sama kaya yang lain. Wkwk. Gurunya juga ganteng, tinggi, cool, ahh idaman pokoknya. Cara mengajarnya pun menurutku okelah, tapi entah apa yang membuat siswa menjadi berucap " Ahh " semacam nada mengeluh saat mereka diberi mapel bahasa jawa.

Pak Ido wiwiti, Assalamualaikum wr wb.

Sugeng enjing, sugeng pepanggihan malih kalih Pak Ido. Dinteng menika sinteng ingkang mboten mlebet? Kalawingi sampun dugi babagan macapat nggih?  Begini kiranya ucap beliausetiap akan memulai pelajaran.

Siangnya sejarah, mapel dimana siswa bebas untuk melakukan apa saja. Tidur, makan, ngemut permen, minum, mainan dengan teman semeja, apapun itu asal waktu ulangan bisa mengerjakan dan tuntas dengan nilai di atas kkm. Kebetulan aku duduk dengan Amad, siswa maho yang setiap pelajaran membahas hal-hal berbau mesum. Hai Amad, Cowo dengan banyak fans, apa kabar? Temenin yuk ke toilet. Haha. Sengaja aku samarkan, walaupun sudah kau tau aslinya.

Rabu, hari paling membosankan. Karena kami harus berhadapan dengan pelukis masa depan yang bergerak di bidang akuntan yang kalau ngomong ngalor ngidul tak tau arah tapi tujuannya sama. Sebagai ketua kelas, tak lain tak bukan memang selalu menjadi tunjukkan untuk maju kedepan, mengerjakan soal yang beliau berikan. Apa dayaku kawan, yang tidak bisa itung-itungan namun harus menyelesaikan dengan semua orang yang menyaksikan menghadap ke papan tempat dimana aku mengerjakan. Ketika sedang diajar beliau, anak cowo selalu tak pernah memperhatikan, hanya Awi yang serius namun tetap saja tidak bisa.

" Paham Mad? " Tanyaku ke Amad

" Hmm " Jawabnya semacam ngece

" Mudeng ? "

" Ga, Haha "

Selalunya seperti itu.

Kamis, tak ada yang spesial dari hari kamis.

Jumat, hari mapel penjas. Suka deh, suka olahraganya, setiap sebelum masuk jam pelajaran kami selalu bermain dulu di lapangan basket atau voli, semau mereka dan semauku. Dan kata guru penjas, kelasku merupakan kelas terbrisik, kelas terkacau, kelas terbandel, kelas yang selalu jadi omongan guru di kantor, kelas yang pasif, kelas yang antagonis. Padahal kata guru ekonomi, kelas kami paling diem. Haha beda orang beda penilaian.

Kebersamaan yang kami jalin sangat erat, hingga saat perlombaan dalam event apapun kami sepakat untuk tidak memenangkan lomba, karena kekompakkan kami hanya dalam bidang negatif. Remian bareng di kelas, tletekan di kelas, gitaran bareng, manjat pager bareng. Haha ketua kelas yang ngajarin anak didiknya menjad berandal. Setiap apel pagi, selalu melakukan roll depan sebagai halang rintang di depan kelas.

Untuk kelasku, terimakasih telah menjadi bagian yang menyenangkan di hidupku. Jangan lupa, Bogel, tetap Bogel. Gel gel gel.

Tentang Dia, Dia, dan DiaWhere stories live. Discover now