Kalian pernah membayangkan punya kakak kelas tukang atur, atau setidaknya ia sadar diri dengan tingkah kekanakannya dan kebiasaan miliknya yang kebanyakan menghayal, atau dia yang memiliki suara diatas sepuluh oktav dan membuat telinga berdengung saat angkat bicara, atau dia yang jaim tingkat kecamatan saat ketemu orang lain, tetapi memanfaatkan yang sudah dekat. Ataupun dia yang ngeselin waktu kuker dan bikin emosi?
Jawab jujur, pasti kalian akan menjawab, Tidak. Tidak akan. Tidak pernah. No and Never!
Tapi bagaimanapun juga ini kehidupan, mau tak mau kalian harus bersosialisasi. Mau dia pereman sekolah ataupun adik kelas yang suka guling-guling di lantai kelas. Hidup harus bersosialisasi, karena manusia adalah mahluk sosial dan membutuhkan orang lain. Seperti yang dirumuskan pada ilmu sosiologi.
Kecuali kalian mahluk jomblo dan diyakini hidup dengan membelah diri. Dan itu pun jika kalian bisa.
Salah satu orang yang menerima pahitnya takdir adalah Yumii, punya kakak kelas yang baik hati dan murah senyum kayak Alissa. Secara luarnya. Setiap jalan punya banyak fans. Sedikit-dikit disapa. Bikin urat kesel berdenyut. Apalagi saat mau ke kantin, serasa perjalanan kayak dari bumi ke langit.
Seandainya ia mau dia bisa saja meninggalkan Alissa, dan dengan senangnya ia membeli roti incarannya tanpa peduli bahwa Alissa masih sibuk ngurusin para fans yang cuma datang-nyapa-pergi, mirip banget sama angkot jalur kota yang cuma naikin penumpang-nganter-pergi.
Tapi, seperti apalah jadinya dia saat nanti Alissa kesal dan mengganggunya. Dan perlu kalian ketahui Alissa bukan lah orang 'segan' untuk membulli adik kelas sepertinya. Karena saat bersama yumii dia berubah 180 dari aura baik hati, suka senyum, like a princess, menjadi kakak kelas egois, suka nyuruh-nyuruh jelmaan lucifer yang suka gangguin dia, bikin kesel.
Seperti waktu itu, yumii telah menyelesaikan tugas miliknya saat kupingnya mendengar panggilan beberapa gadis yang membuat sinyal pertahanannya menyala, menandakan Alissa sudah mendekat. Dia harus waspada.
"Yumii, kekantin yuk."
Alissa tersenyum bak putri raja, bikin semua yang dikelas melihat dan menyapa. Kecuali Yumii yang mengangkat tinggi-tinggi bukunya. Mencoba melupakan siapa yang memanggilnya tadi dan membuat dirinya seperti orang gegar otak yang lupa ada jelmaan lucifer sedang melambaikan tangan kearahnya.
"Y-u-m-i-i mau kekantin atau bersiin sepatu~~"
Seolah baru saja Yumii diam di syurga tiba tiba dia telah melihat mulut neraka menganga, dengan malas ia beranjak dari posisinya. Memandang wajah Alissa yang tersenyum manis, hanya untuk beberapa saat setelahnya berubah menjadi senyuman iblis.
"Ayuk, cepet dah laper."
Yumii menghela nafas, kadang ia berfikir kapan dia bebas dari ratu iblis dihadapannya ini. Langkahnya mengiringi Alissa, dengan malas melihat ke depan.
"Gak ngajak para fans," Alissa melirik Yumii yang baru saja berkata dengan tatapan datar, lantas menggeleng dengan malas sebelum beberapa kali menyapa orang yang mengenalnya.
"Gak,"
"Lah, kenapa?"
"Kan aku maunya ngajakin kamu buat pergi bareng, mau di traktir gak?"
Yumii menaikkan alis menatap Alissa tak percaya.
"Iya, beneran. Aku traktir. Tapi cuma cepek ya. Lagi akhir bulan nih."
Sudah Yumii duga, ia memandang Alissa begitu datar. Mana mungkin orang pelit mirip Alissa mau traktir dia.
###
Yumii duduk dengan wajah malas, seperti biasa mendengar Alissa dalam mode cerewet dan tak pernah memakan baksonya hingga gadis ini yakin makanan itu sudah menjadi dingin. Sedari tadi wajah Alissa tersenyum dan bercerita tentang khayalan tingkat tingginya yang menjelma menjadi sebuah cerita panjang tak berujung.
Es teh manis telah habis setengah, Alissa masih terus bercerita. Kadang ada beberapa hal yang membuat Yumii tertawa dengan tidak anggunnya, gadis ini malah menatap Alissa dengan wajah lucu.
"Kadang kala itu menarik," satu suapan penuh bakso masuk kedalam mulut Alissa, ia hanya menghela nafas
"Iya, apalagi banyak cerita yang kepotong karena lupa. Padahal udah di tungguin."
Yumii menghabiskan teh hangatnya, menatap jam digital merah miliknya yang menunjukkan jam satu, waktunya balik ke kelas.
"Iya, ditungguin. Sama kayak aku yang begitu mengharapkan Reyhan jadi jodoh aku." Yumii mendengus, mulai lagi deh topik paling ia benci.
"Mimpi deh sen, kak Rere emang sau sama sampeyan."
"Mudah aja, tinggal pelet jadi."
"Serah deh, tapi yang jelas kalau mau dapetin itu orang aku gak niat jadi mak comblang."
Alissa tertawa, Yumii tau apa yang dipikirkan gadis itu, ia memang selalu seperti ini, saat Alissa mulai membahas tentang sepupunya Reyhan Bratha.
"Tapi kadang juga aku mikir, kapan aku dapat jodoh."
Alissa berdiri dengan cengiran khasnya menyuruh gadis itu menghabiskan dua bakso yang tersisa sementara ia pergi membeli cemilan.
Itulah yang Yumii yakini, bagaimana pun Alissa ia masih tetap kakak kelas gilanya yang memiliki banyak fans perempuan. Namun, tidak dengan lelaki.
Saat ia menghabiskan makanan Alissa, Yumii pernah berfikir, Alissa memang disukai. Tapi ia bukan anak yang mudah jatuh cinta. Dalam kata lain Alissa memiliki riwayat jatuh cinta sangat buruk. Yumii kembali meminum sisa teh milik Alissa sebelum beranjak menghampiri gadis itu yang melambai untuk mengajak gadis ini kembali ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dreaming
Teen FictionKalian percaya Jodoh kalian bisa saja orang yang tak pernah kalian temui, tapi namanya dulu sering kalian pakai, entah itu untuk mengkhayal. Karena bisa jadi, sebelum kalian sadar mimpi indah itu sudah menjebak kalian dalam sebuah cerita hidup yang...