' kami adalah satu. Dan kami akan selalu menjadi satu. Bersama tanpa ada yang tertinggal. Bersama tanpa ada yang terlupakan. Dan Bersama tanpa ada yang dibuang '
----------------------- °° ---------------------------
Han Jisung terdiam sebentar melihat ponselnya. Ia tersenyum manis sebentar. Waktu di ponselnya menunjukan angka 6:35 masih lama waktu yang tersisa sebelum bel berbunyi.
Ia berjalan pelan menuju lapangan basket indoor sekolahnya. Ia membuka pintu itu dan melihat kedalam. Ternyata sudah ada beberapa temannya yang berada disana. Dalam posisinya yang masih berada di ambang pintu, tentu saja ia menghalangi jalan orang lain yang mau masuk kedalam. Dan itu dirasakan oleh seseorang yang berdiri di belakangnya. Ia menatap jisung dengan bingung.
" Han--- bisa minggir dari jalanku? "
Jisung yang tidak sadar ada seseorang dibelakangnya terkejut ketika mendengar suara rendah orang itu yang tepat berada di dekat telinganya. Dengan refleks ia berteriak karena hal itu.
" YAAK!! KAU MENGANGETKAN KU, HWANG!! " teriak jisung dengan kesal.
Beberapa temannya yang sudah berada di dalam sana seketika menoleh ke arah pintu ketika mendengar teriakan jisung tadi.
" itu salahmu. Kau menghalangi jalanku, Han. Sekarang minggir, tupai. "
Dan dengan perkataan namja itu-Hwang hyunjin - barusan, membuat jisung tambah kesal. Ia baru saja akan kembali memarahi hyunjin, namun tidak jadi karena salah satu temannya disana melerai perdebatan mereka.
" Jisungie..Sudahlah. Kemari, lihat yang ku bawa untukmu "
Salah satu temannya yang memanggil nya tadi menunjukan sesuatu yang dipegangnya pada jisung. Sebuah buku novel yang jisung inginkan. Dengan senyum lebar nya jisung berlari ke arah temannya itu dan segera memeluknya. Ia begitu gembira. Mood nya cepat sekali berubah.
" waaaah felix~ terima kasih. Kau yang terbaik~ "
Temannya yang lain hanya menggelengkan kepalanya menatap tingkah jisung. Mereka sudah terbiasa dengan hal itu. Sifat ke kanakan dan hyper jisung selalu muncul tanpa terduga.
Felix membalas pelukan jisung sebentar lalu melepaskan nya. Ia tertawa melihat jisung yang begitu bersemangat karena novel yang ia berikan tadi. Mereka sudah seperti saudara kembar. Apapun yang jisung sukai felix sudah mengetahui nya. Dan novel itu sudah jisung incar semenjak bulan lalu. Sudah hampir seluruh toko buku mereka datangi untuk novel itu, tapi tidak ada dimanapun. Itu membuat jisung begitu sedih.
Namun beberapa hari lalu felix diberitahu oleh salah satu temannya jika novel itu ada di suatu toko buku di daerah dekat perbatasan seoul-busan. Dan felix rela pergi kesana pagi tadi untuk membeli novel itu. Dan orang yang mengantar nya itu minho- orang menyebalkan - yang kekasihnya anggap 'pengganggu' sehingga kekasihnya marah padanya beberapa saat lalu. Ck- kekanakan sekali bukan. Tapi mereka sudah berbaikan tenang saja.
Hyunjin yang baru sampai di hadapan teman-temannya yang lain langsung mengalihkan tatapannya pada kekasihnya felix. Ia cukup bertanya-tanya mengapa dia sudah berada disini duluan. Bahkan sebelum leader mereka datang.
" Hyung, tumben sekali kau datang lebih awal dari chan hyung. "
Ucapan hyunjin barusan membuat mereka semua berfikir hal yang sama, kecuali felix dan minho. Mereka berdua sudah tahu pasti apa penyebabnya.
" jangan bahas hal itu. Mood ku kembali buruk, Jin. " jawab changbin- kekasihnya felix.
Felix yang berdiri disampingnya tertawa. Ia begitu tidak habis fikir mengapa kekasihnya harus marah hanya karena ia yang pergi bersama minho yang notabene nya juga teman dekat mereka.
" dia cemburu. Karena felix berangkat bersamaku tadi. " jawab minho dengan santai.
Seketika gelak tawa terdengar dari felix dan jisung yang begitu senang melihat ekspresi changbin yang semakin menekuk wajahnya. Seperti nya ia merasa kesal karena ucapan minho dan di tertawakan barusan.
" aku tidak cemburu. Mana mungkin aku seperti itu- ck! Tidak penting. " elak nya.
Teman-teman nya malah semakin tertawa mendengar jawaban changbin barusan. Bohong sekali. Sudah jelas changbin cemburu dan mereka tahu pasti akan hal itu.
" bohong. Hyung cemburu hahaha mengaku saja "
Jisung yang masih meledek changbin dengan kalimat itu terus membuat suasana lapangan indoor itu ramai. Mereka masih terus berdebat hal tidak penting itu hingga beberapa orang yang mereka tunggu akhirnya datang.
" seru sekali. Apa yang kalian bicarakan? " Tanya satu namja berwajah kalem diantara yang baru datang lainnya. Jisung, hyunjin, minho, felix serta changbin menoleh ke arahnya serentak.
" seungmin-ah, Selamat datang. Ah kami sedang membahas soal changbin hyumphh------ "
Ucapan jisung terhenti karena changbin yang membekap mulut jisung. Sudah cukup ia membiarkan jisung meledeknya tadi, tidak untuk selanjutnya.Jisung masih meronta-ronta di bekapan changbin. Ia memukul-mukul tangan changbin yang menahannya. Membuat hyunjin yang berdiri di sebelah jisung membantunya lepas dari jeratan changbin. Dan mau tidak mau changbin melepaskan jisung saat itu juga.
Seungmin dan ketiga orang lainnya menatap mereka bingung, meminta penjelasan.
" changbin kenapa? Dan hey- kau apakan jisung tadi hah?! Jika dia kehabisan nafas bagaimana?! "
Chan, sang leader mereka baru bersuara semenjak masuk ke ruangan itu. Ia tidak terima saat jisung- adiknya - diperlakukan seperti itu. Dia memang menderita brother kompleks hm. Yaa, jisung itu adiknya chan. Marga mereka memang berbeda, tapi mereka adalah saudara. Jisung adalah adik tiri chan. Ayahnya chan menikah dengan ibu jisung 13 tahun lalu. Saat jisung masih berusia 4 tahun dan chan yang berusia 6 tahun saat itu begitu senang mendapatkan adik super menggemaskan seperti jisung. Dan mulai saat itulah dia selalu begitu overprotective terhadap jisung.
" jika jisung kehabisan nafas, biar aku yang memberi nya nafas buatan nanti hyung. " jawab minho dengan nada usil nya.
Dan tepat setelah mengatakan hal itu, minho merasakan sakit pada bahu kanan nya. Karena baru saja ia dipukul oleh buku novel tebal milik jisung tadi oleh hyunjin. Ekspresinya datar tanpa rasa bersalah.
" chan hyung yang menyuruhku, hyung. "
Chan langsung tertawa pelan mendengar kalimat hyunjin. Memang itu yang akan chan lakukan jika posisinya dekat dengan minho. Dan terima kasih untuk hyunjin karena ia tidak perlu susah payah memukul minho dengan tangannya.
Setelah beberapa perdebatan yang tidak penting lainnya akhirnya mereka kini sudah berkumpul dengan tenang. Duduk di tengah lapangam indoor basket secara melingkar dengan posisi ; Chan-Seungmin-Woojin-Jeongin-Minho-Hyunjin-Jisung-Felix-Changbin.
Seharusnya changbin duduk disebelah Jeongin dan minho disebelah felix, tapi dengan keras ia menolak dan akhirnya minho yang mengalah duduk di tempat changbin seharusnya duduk. Sepertinya changbin masih kesal padanya.
Chan mengeluarkan sebuah laptop dari dalam tas nya dan membuka sebuah file. Ia sedikit mengetikan sesuatu dan terlihat beberapa hasil ketikan nya di layar tersebut. Ia mulai fokus menatap layar laptopnya.
Seungmin disampingnya ikut memperhatikan apa yang chan lihat di layar laptop itu. Ia sedikit mengangguk kecil ketika berhasil menangkap apa yang di maksud chan dalam file itu.
Chan akhirnya mengalihkan pandangannya pada beberapa orang disana dan sedikit menghela nafas panjang, bersiap memulai penjelasannya.
" oke, guys. Jadi begini......................... "
How? Next or No?
- Aqueella
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret
Random'rahasia' itu ada untuk disimpan rapat kan? Selalu ada alasan mengapa rahasia itu disembunyikan. Sama seperti mereka. Bertingkah seolah tidak ada apa-apa namun kenyataan malah sebaliknya.