PART 1: Mimpi dan Pertemuan kembali

60 7 4
                                    


"Kumohon, jangan tinggalkan aku sendirian lagi."Kata seorang anak yang tengah terisak oleh tangisannya.

Orang yang dipanggil itu pergi seakan-akan dia tak peduli dengan seorang anak yang tengah bersujud memohon dikakinya.

Dia memantapkan langkahnya keluar pintu tanpa menghiraukan anak yang menangis sambil terisak di bawah lantai.

"Kumohon!!"
"Tetaplah bersamaku"
"Aku takut"

"MAMAAA"

Jingga terbangun sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Mimpi itu kembali terulang lagi untuk kesekian kalinya.

Dia mencoba mengingat-ingat kejadian itu, dan secara tiba-tiba cairan bening turun dan membasahi pipi putih Jingga.

Mengapa susah sekali bagi Jingga untuk melupakan kejadian 10 tahun lalu. Kenangan pait yang ia selalu impikan setiap kali ia mencoba melupakan seseorang yang telah merampas semua kebahagiaanya dan membuatnya tak lagi merasakan hangatnya kasih sayang dari sebuah keluarga.

Jingga menghapus air matanya dengan kasar. Ia merebahkan tubuhnya kembali ke kasur, dan mencoba memejamkan matanya seraya berdo'a agar mimpi buruk itu tak datang lagi.

06.10 am

Jingga membuka matanya yang terlihat sembab. Sinar matahari telah menelusup masuk ke kamarnya. Ia mulai melihat jam yang ada diatas nakas samping tempat tidurnya.

"OOHHH MAAYYYH GAAATTT"

Suara teriakan Jingga memenuhi ruangan kamarnya setelah ia melihat dengan jelas jam yang menunjukkan pukul 06.10 yang berarti 20 menit lagi gerbang sekolahnya akan segera ditutup.

Dengan kekuatan penuh Jingga melompat dari kasurnya layaknya seorang spiderman.

Ia tau jika sebentar lagi ia akan berurusan dengan guru piket yang cerewet nya mengalahkan ibu-ibu yang habis kehilangan tupperware kesayangannya.

Bisa-bisa nanti telingannya panas jika mendengarkan gurunya itu berceloteh panjangXlebar seperti rumus luas persegi panjang, belum lagi dengan sahabat-sahabatnya yang akan menyerbu Jingga dengan beribu-ribu pertanyaan.

Daripada membayangkan semua kejadian aneh itu lebih baik ia segera berberes dan berangkat ke sekolah sebelum telat.

****

06.29 am

Jingga telah sampai diparkiran, ia memarkirkan mobilnya disamping mobil-mobil yang lain.

Jarak rumah Jingga dengan sekolahnya memang tidak terlalu jauh, cuma membutuhkan waktu 4 menit untuk sampai ke sekolahannya dengan menaiki mobil yang dibelikan ayahnya waktu ulang tahunnya.

Oh iya, Jingga tinggal dengan Ayahnya dan mbok jem pembantu rumah tangganya yang telah bekerja sejak Jingga masih berumur 4 tahun sampai sekarang.

Mbok jem tahu persis kejadian apa yang telah menimpa kepada Jingga. Mbok jem sudah menganggap Jingga seperti anaknya. Jingga pun sama, ia juga sudah menganggap mbok jem seperti teman curhatnya, hingga sampai sekarang Jingga sering sekali curhat ke mbok jem tentang apa saja yang telah ia alami.

Jingga juga sangat dekat dengan ayahnya, karena saat ini yang ia punya hanyalah ayahnya. Walaupun ayahnya jarang pulang kerumah karena kesibukannya, Jingga memaklumi itu, karna ia tahu ayahnya melakukan itu semua karna semata-mata ingin membahagiaakan Jingga, anak semata wayangnya.

****

Jingga terus berlari menelusuri koridor sekolahnya dengan nafas yang terlihat tidak beraturan, kakinya mulai lemas. Keringat bercucuran didahi dan pelipisnya.

SEPERTI SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang