01

12.2K 470 47
                                    

Inspired: a Novel Separate Beds by LaVyrle Spencer

                   If This Was a Movie by Taylor Swift

Mungkin sebagian dari orang-orang yang sudah mempunyai seorang suami akan begitu senang dengan melihat tanda berupa dua garis merah yang ada pada benda yang sedang ia genggam. Tapi berbeda dengannya, ia begitu shock dengan apa yang ia lihat. Tidak mungkin, kan, dia hamil diluar pernikah? Dan pantas saja ia telat datang bulan dan perutnya selalu membuat ulah setiap pagi.

Ia membeli benda yang ada ditangnnya entah inisiatif dari mana, dan sekarang ia tak ingin melihat benda yang menurutnya pembawa sial itu, ia melemparnya kepojokan kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan.

Dengan tubuh lemas ia merebahkan tubuhnya dikasur empuk miliknya, ia masih tidak percaya dengan benda sial tadi. Tiba-tiba ia meraba perut mulusnya, ia tidak menyangka dengan apa yang ia alami sekarang. Didalam perutnya terdapat sebuah nyawa, dan ia tak begitu bodoh untuk berfikiran dangkal –menggugurkannya–.

Ia bangun dari rebahannya, mencari tas yang biasa ia bawa kekampus. Setelah menemukan tasnya ia berjalan keluar kamar, dengan langkah mantap ia akan periksa pada dokter kandungan. Mungkin saja benda itu hanya membohonginya, atau sudah rusak jadi ia berinisiatif kedokter kandungan.

Ia masih ingat siapa yang melakukannya, siapa yang membuatnya hamil seperti ini kalau bukan seniornyanya yang di kampus. Siapa yang secara terang-terangan selalu menggodanya, walaupun ia tak pernah merespon sedikitpun, dan siapa yang tak pernah tertarik sedikitpun dengan wajah yang tampannya itu. Dia sendiri yang tak pernah tertarik dengan pria itu. Hanya dia yang tak bertingkah konyol jika pria itu lewat dikoridor kampus, atau sedang berkumpul dengan teman-temannya yang sedang beristirahan dikantin.

Mungkin karna pria itu tak pernah direspon oleh dirinya, akhirnya pria itu dengan perasaan putus asa melakukan hal yang paling keji untuk dirinya. Ia masih tak bisa melupakan kejadian dua bulan yang lalu. Saat ia dan pria itu mabuk disebuah bar terkenal didaerah Konoha. Kalau saja ia tak menerima ajakan sepupunya mungkin saja ia tak akan pernah mengalami kejadian seperti ini. Memang penyesalan selalu datang diakhir, dan Haruno Sakura kau tak perlu menyesalinya, karna ini sudah terlanjur terjadi.

Melihat bus yang berhenti dihadapnnya, dengan cepat ia masuk kedalam dan duduk dipojokan. Ia meringis kembali mengingat kenyataan bahwa ia sedang mengandung anak yang tak pernah ia inginkan, dan ia berfikir bagaimana dengan reaksi kedua orang tuanya nanti jika mereka mengetahui putrinya hamil diluar pernikah? Bisa-bisa ia diusir keluar dari rumahnya, atau yang lebih parahnya lagi ia dihapus dari silsilah keluarganya. Memikirkan seperti itu, membuat bulu romanya berdiri.

Dalam perjalanan menuju kerumah sakit, ia berfikir apakah ia harus mendatangi rumah pria brengek itu, atau ia pendam dan tak akan pernah mengakui bahwa anak yang sedang ia kandung ini anaknya. Mungkin analisis yang kedua itu lebih bagus dari pada analisis yang pertama; memberitahukan bahwa ia hamil karna pria itu.

Tapi jika ia pendam terus pasti ia akan ketahuan juga kan? Seperti kata pepatah ‘bangkai yang disembunyikan lama-kelamaan akan tercium juga.’ Jadi lebih baik ia tak perlu memikirkan bagaimana nanti kedepannya, karna ia sudah sangat pusing untuk memikirkannya.

Lebih baik ia memejamkan matanya, menjernihkan pikirannya yang terlalu keruh itu. Merasakan bus yang ia tumpangi berhenti ia membuka kembali matanya, dan ia melihat keluar jendela, bus sudah sampai dihalte yang dekat dengan rumah sakit, jadi ia berdiri keluar dari dalam bus. Jalan kaki pasti sampai dirumah sakit.

Ia melangkah dengan langkah berat saat ia berada didalam koridor rumah sakit. Ia maju saat nomor antirannya di sebutkan, dan ia sudah merasakan firasat yang tidak enak untuk dirinya. Mungkin sebelum terlambat ia bisa berbalik dan kembali kerumahnya, mengurung dirinya didalam kamar, tapi tidak mungkin, kan? Ia sudah terlanjur didalam rumah sakit dan ia sudah didepan pintu ruangan dokter kandungan, jadi lebih baik ia segera mengetuk pintu tersebut.

If This Was a MovieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang