Pagi itu cuacanya cukup dingin, pasca hujan mengguyur kotaku, itu adalah hari pertamaku kembali masuk kelas, bukan lagi sebagai siswa biasa, namun aku akan kembali ke sekolah sebagai senior. Tasku, hanya pantas membawa buku buku yang penting saja, seragamku, tak lagi perlu disetel begitu rapih, dan rambutku harus diberi minyak khusus agar dapat ditata sehingga wajahku terlihat semakin tampan, begitulah aku mengawali kehidupanku sebagai seorang senior. Aku bersekolah di SMA Republik Indonesia, yang merupakan salah satu sekolah swasta terbaik di kotaku, Semarang.
Aku menghidupkan mesin motor tuaku, kemudian memarkirkannya didepan rumah, lalu aku kembali lagi masuk kedalam untuk berpamitan dengan keluargaku.
"Bapak, Mas Pandji aku berangkat dulu ya" sorakanku lantang
Kemudian aku kembali melangkah menuju motorku yang sudah menyala, dan langsung melaju dengan cepat meninggalkan rumah dalam hitungan beberapa detik saja.
Jalanan masih terasa sepi, sangat cocok untuk beberapa lagu yang sedang diputar dalam playlistku saat ini, memang kebiasanku, menggunakan earphone saat mengendarai sepeda motor, sudah banyak orang yang melarangku, termasuk bapak, namun aku tetap saja keras kepala, karena dengan lagu, aku dapat terus memilikimu.
Lalu bagaimana kabarmu pagi ini? Sudah beberapa pekan kita tidak bersua, dan kuharap kamu baik baik saja. Tak usah tanyakan kabarku, karena kuyakin tak seharipun kamu pernah merindukanku. Merindukanmu tak semudah yang dulunya pernah kubayangkan, namun itu bukanlah bagian tersulitnya. Hal yang jauh lebih sulit adalah saat kamu tau dan benar benar paham akan perasaanku dan entahlah, aku juga tak mengerti dengan hal bodoh yang pernah kulakukan.
Ditengah perjalananku yang panjang, tiba tiba aku teringat sesuatu, ingatkah kamu dulu? Setiap pagi kita selalu terhubung melalui ponsel ponsel kita dari tempat yang jauh terpisah. Kita membicarakan banyak hal, pendidikan, masalah politik, keluargamu, kegiatan yang kamu lakukan bahkan aku juga tau apa sarapanmu. Ah mungkin kamu sudah lupa, karena cuma aku yang mengganggap itu istimewa.
Lalu bagaimana dengan sewaktu pulang sekolah? Kamu yang kesepian memintaku untuk menemanimu memenuhi kewajibanmu sebagai anggota piket, kita mengobrol hangat dengan tanganku yang terkadang membantumu, apa kamu masih mengingatnya? Oh ya lantas bagaimana dengan ajakanmu kepadaku dan teman teman kita untuk belajar bersama dirumahmu? Dan ternyata kamu sendiri yang menjadi penghianat, bukan bukan, bukan bagi mereka, tapi bagi diriku sendiri. Kamu mengajak Tommy, Kevin dan Varicha untuk belajar bersama. Namun ternyata apa? Diam diam kamu sendiri mengajak dia untuk ikut bersama kita. Aku mati, aku benar benar akan mati saat itu. Sakit selali rasanya melihat kamu dengannya menghabiskan waktu bersama didepan bola mataku, menyantap kudapan bersama, membahas soal berdua, bahkan tertawa oleh hal hal yang tidak masuk akal. Dan hal yang jauh lebih menyakitkan adalah saat kamu sepenuhnya tahu, dan bersikap pura pura tidak tahu terhadap perasaanku yang nyata.
Saat itu aku menyerah, dan kamu memaksaku untuk kalah dalam permainanmu
Lalu apakah kamu ingat saat kita kembali belajar bersama? Namun bukan lagi dirumahmu, Saat aku memutarkan lagu pada playlist mp3 ku, kamu langsung menoleh dan mengabaikan soal soal didepanmu, menatapku dan berkata "Aku suka lagu itu", semenjak aku tahu kita mempunyai selera musik yang sama, musik itulah yang menjadikanku selalu merasakan kehadiranmu di sisiku, setiap kali ku putar, setiap kali kubaca liriknya, sesering itu pula aku merasa seolah memilikimu, dan lagu itu lah yang perlahan masuk kedalam saluran pendengaranku, iramanya membuatku hanyut serta liriknya mencerminkan perasaanku yang nyata kepadamu.
Akhirnya aku sampai disekolah, sengaja kuparkir motor dibawah pepohonan rindang agar nanti saat pulang sekolah aku tidak kepanasan untuk mengambil motor ini. membuka helm kemudian menaruhnya diatas motorku sedemikian rupa agar tidak jatuh ditarik gravitasi bumi, lalu kau melangkah berbalik ke arah gedung sekolah, memperhatikan sekeliling, berharap dapat melihat senyum indahmu pagi ini.
"Ah sial, yang ada hanya semangat siswa siswa baru" batinku mengucap
Akhirnya pagi ini aku memulai langkah pertamaku, sebagai senior yang berperan penting disekolah, dan juga sebagai figuran yang berperan fiktif didalam hatimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Kehidupan
RomanceCinta akan tumbuh, menjadi bagian dari kehidupan, persis seperti saat kamu menanam bibitnya, tersembunyi dibelahan hatiku yang paling dalam