Senyuman Sakura mengembang lebih lebar dari biasanya, gadis itu melipat selimut rumah sakit dan meletakkannya ke atas bantal merapihkannya ke tempat. Bibirnya masih tersungging lebar, memerhatikan Naruto dan Hinata yang sedang mengemas barang-barangnya.
"Sudah selesai?" Suara berat mengisi ruangan. Sasuke muncul memberi tatapan sekilas pada gadis bersurai merah muda itu sebelum fokus pada sahabat pirangnya.
Sakura tidak tahan untuk tidak mengerutkan alisnya, bingung menyerangnya. Pria itu mengenakan pakaian bersih seperti biasa aroma minyak wanginya seketika tercium. Tetapi itu tidak membuatnya tertarik, pikirannya dicuri akan satu pemikiran yang tercetus di otaknya menemukan keberadaan lelaki itu di ruang inapnya. Dokter Tsunade sudah membenarkannya keluar dari rumah sakit, artinya dia sudah sembuh total. Lalu apa maksud pemuda itu datang kemari?
Kedua alisnya ganti menekuk, dia mendapati tatapan tidak fokus dari wajah Naruto. Juga Hinata yang kini memaksakan senyum diwajah cantiknya. Dia harus menginformasikannya langsung. "Aku akan tinggal di tempat kalian kan, Naruto?" Tanyanya kemudian menatap istri sahabatnya. "Hinata?
Sasuke melirik Dari hujung mata ekspresi penolakan diwajah gadis itu, "Kau belum memberitahunya, Naruto?" Tanyanya, langsung tahu bahwa sahabatnya itu memang tidak bisa diandalkan. Diam-diam Sasuke mengelah napas.
"Aku lupa." Naruto menyengir sambil menghampiri Sakura membantunya berjalan ditemani Hinata disampingnya. "Begini Sakura, Mikoto-baa ingin agar kau tinggal sementara di Mansion." Katanya pelan penuh kehati-hatinya. Tatapannya teduh melawan iris hijau yang sekarang ingin menelannya hidup-hidup.
Kedua mata Sakura mengerjab, merespon penuturan Naruto yang tanpa merasa bersalah kini mengusap rambutnya pelan sebelum membantunya turun dari kasur dan naik ke kursi roda. Sakura meringis merasakan dingin menyentuh lengan telanjangnya. Tetapi tatapan menuntut penjelasan masih terpasang diwajah pucatnya.
Hinata sedang membawa tas tangan berwarna peach-nya sembari mendorong kursinya menuju pintu besar. Tapi Sakura menyentuh jari wanita itu yang ada dibahunya agar berhenti. Dahinya terlipat, bingung membayang diwajahnya lagi. "Tinggal? Untuk apa?" Tanyanya dengan suara keras.
Ponsel hitam Sasuke kembali mengantongi saku celananya. Dia tidak mengindikasikan pertanyaan gadis itu mengingat ini adalah rencana ibunya dan Naruto juga sudah tahu lebih dulu. Tujuannya kemari hanya menjemput gadis itu dan selesai. "Tentu saja untuk penyembuhanmu." Ujarnya datar. Melarikan diri dari tatapan bola emelard itu.
Ekspresi Sakura terlihat mengeras karena dia sedang memikirkan kalimat hati-hati agar sahabatnya itu mengerti bahwa dia tidak menyukai apapun yang direncanakan dibelakang tanpa persetujuannya. "Naruto, bukankah kita sudah membicarakan ini kemarin?" Tanyanya menekan setiap kata-nya.
Tapi bukannya suara sahabatnya yang terdengar, malah suara pria bernama Uchiha Sasuke menjawabnya tegas. "Sebelum kalian berbicara berdua, ibu terlebih dulu membicarakannya dengan Naruto." Tangan lelaki itu terulur menarik kenop pintu rumah sakit.
Sakura menahan langkah Hinata yang hendak mendorong kursi roda kembali. Kasutnya menyentuh lantai marmer, giginya mengigit bibirnya. Bola matanya melebar, "Tanpa persetujuanku?" Tanyanya dengan nada tidak percaya.
Hinata meremas memerhatikan interaksi Sakura dan Sasuke dengan kecemasan yang berhasil dia sembunyikan. Tangannya yang masih menyentuh bahu gadis itu memberi remasan ringan. "Sakura." Bisiknya tidak tahu harus berkata apa agar gadis itu berhenti mengkhwatirkan semua hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Meet
FanfictionSasusaku Fanfiction Threeshot Meninggalkan kampung dan mengadu nasib ke kota lain memang tujuan awal Sakura, tapi bagaimana jika dirinya malah terjebak di dalam lingkaran cinta segi tiga. Sesuatu yang sangat merepotkan, dimana hal itu mengacaukan se...